RENUNGAN September 2001
Tragedi WTC
"Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.…." (Yohanes 12:24)Tragedi World Trade Center pada Selasa kelabu 11 September 2001 disaksikan oleh begitu banyak orang diseluruh dunia. Banyak tanggapan orang terhadap peristiwa naas yang menimpa gedung kembar lambang pasar bebas di kota cosmopolitan New York itu, ada yang marah, sedih, berduka, bersimpati, merasa bersalah, namun ada juga yang bersorak gembira.
Bagaimanapun, semua yang berhati nurani tentu akan berbelasungkawa menghadapi penderitaan yang dialami oleh keluarga dari ribuan korban yang ditinggalkan dengan cara yang tragis itu, keluarga-keluarga yang pada umumnya sama sekali tidak berurusan dengan politik dunia namun mereka harus menanggung derita pedih yang merupakan kesalahan orang lain, penderitaan yang serupa juga dialami mereka-mereka yang terpaksa mengungsi di Maluku, Sampit maupun Timor di Indonesia.
Di Balik tragedi yang sudah begitu besar-besaran diliput oleh mass media, kita dapat memetik hikmah rohani yaitu lahirnya suatu pengharapan baru dibalik kehancuran yang lama.
Dalam beberapa kali kunjungan ke kota New York, masih tersimpan dua buah brosur tentang kota cosmopolitan ini yang berjudul 'visitors guide and map: I Love New York'. Pada dua brosur itu sama-sama ditonjolkan dua simbol kota dunia itu di sampulnya, yaitu Patung Kemerdekaan (Liberty) dan gedung kembar World Trade Center yang berlantai 110.
Tertarik akan gedung kembar WTC, ketika mengunjunginya dan bahkan sempat naik ke atap gedung itu, diperoleh brosur 'The World Trade Center New York' yang didepannya digambarkan gedung kembar itu yang berdiri megah di tengah-tengah pemandangan bangunan-bangunan pencakar langit di kawasan selatan pulau Manhattan.
Yang menarik dari gambar itu adalah tulisan di bagian sampul brosur itu yaitu kalimat: "The closest some of us will ever get to heaven", bahkan di dalamnya ada komentar tambahan yang berbunyi: "And in the evening, please don't touch the stars." Kalimat yang saat itu hanya bersifat simbolik yang menggambarkan betapa dekatnya atap gedung itu menjangkau langit (close to heaven) saat ini memiliki makna yang lebih dalam bahwa mereka yang mati tanpa berdosa yang berada dalam gedung yang ditimpa tragedi itu diterima Tuhannya di surga (in Heaven).
Menarik mengikuti tayangan kebaktian di katedral nasional di Washington D.C. melalui siaran internasional dimana salah seorang yang berkotbah adalah Billy Graham. Penginjil yang telah uzur ini menjadikan kehancuran gedung kembar WTC itu sebagai ilustrasi yang menarik untuk direnungkan bersama. Dikatakan bahwa gedung WTC menggambarkan dengan tepat situasi kebanggaan manusiawi yang tidak kekal yang bisa rontok, namun sekalipun segenap gedung itu rontok dan luluh lantak, faktanya fondasi gedung itu tetap kekar dan ini berarti gedung itu siap untuk dibangun kembali.
Gambaran ini dijadikan contoh untuk menggambarkan bahwa bangsa Amerika perlu bertobat dari dosa-dosa mereka dan merontokkan semua dosa yang ada, namun bila mereka memiliki iman, maka iman itu akan tetap dapat menjadi fondasi suatu bangunan baru yang lebih rohani yang tentu lebih berguna bagi Tuhan dan sesama manusia.
Sering dalam kehidupan ini manusia harus menghadapi suatu kenyataan yang sangat menyedihkan dan tragis semacam yang dialami WTC, namun dibalik kepedihan itu bila kita menyadari akan iman dalam diri kita yang memiliki pengharapan kepada Tuhan, dengan bekal iman itu kita dapat bangun dan mengalami kehidupan kembali dengan buah-buah yang lebih lebat bagi Tuhan dan sesama manusia.
Memang tragedi WTC sangat memilukan kita semua dan tentu kita berharap agar jaringan penyebab tragedi itu bertobat karena perbuatan mereka telah mendukakan Tuhan dan manusia, apalagi tujuan mereka ternyata tidak berhasil, sebab maksud menghancurkan bangsa Amerika sekarang berbalik 'menyatukan bangsa Amerika Serikat kembali' yang saat ini merasakan duka komunal, suatu momentum dalam sejarah yang mengulang kejadian di Pearl Harbour enam puluh tahun silam.
Kita juga bisa belajar banyak dari tragedi yang telah terjadi ini bahwa tidak ada kebanggaan manusia yang kekal yang bisa diharapkan untuk mendekatkan kita ke sorga, dan kita juga bisa belajar bahwa tidak ada dosa manusia yang dibiarkan bebas sesuka mereka karena Tuhan sekali waktu akan menghukum semua orang yang berdosa.
Kita patut mendoakan agar pelaku teror itu dapat ditemukan dan dihukum, dan janganlah sampai terjadi balas membalas yang menjadikan masyarakat menjadi korban.
Namun, kejadian ini juga seperti yang digambarkan oleh Billy Graham, dapat menjadi momentum untuk introspeksi bagi kita semua bahwa yang penting adalah memiliki fondasi iman yang kuat, maka kehancuran dan kematian bangunan jasmani memungkinkan terbukanya suatu pengharapan baru, suatu kehidupan yang lebih berbuah, kehidupan yang dekat dengan Tuhan (close to Heaven and close to God).
Salam kasih dari Herlianto
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]