RENUNGAN Maret 2002                 


Pasca Banjir

"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. ... Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37-39)

Ada pengalaman menarik sebulan yang lalu, di Jakarta, ketika ikut terjun dalam pelayanan korban banjir di lima Posko Kesehatan di Jakarta. Pelayanan kasih kesehatan hari itu diikuti oleh sekitar tigapuluhan tenaga sukarelawan dan sempat menjangkau ribuan korban bencana banjir.

Yang mengharukan adalah bahwa banyak ahli medis, ahli bedah, dokter gigi, dokter umum, bahkan ada beberapa spesialis dari rumah sakit AURI ikut terjun tanpa pamrih ke kampung-kampung kumuh yang dikala banjir sedang hangat-hangatnya kelihatan bagai kolam dengan manusia sebagai ikannya.

Sekalipun penulis sempat diminta untuk berdoa mengantar rombongan, dalam pelayanan kasih menanggulangi kesehatan korban banjir ini orang tidak melihat dari suku apa atau beragama apa, orang tidak melihat ahli apa atau tidak, dan juga orang tidak melihat apakah kaya atau pas-pasan seseorang, semua dengan sukarela terjun untuk bahu-membahu membantu saudara-saudaranya sesama warga Jakarta yang baru diguyur banjir yang deras di kampung-kampung tersebut.

Sebaliknya, para korban yang dilayani juga tidak dilihat apakah mereka dari kampung favorit atau tidak, dari golongan ini atau itu, yang jelas mereka adalah sesama kita yang baru dilanda banjir yang banyak menderita penyakit yang membutuhkan pertolongan segera.

Betapa sukacitanya rombongan melihat ribuan orang yang dibantu mengobati kesehatan mereka yang diakibatkan banjir yang tidak terbendung itu, ada yang demam, ada yang sesak nafas, ada yang gatal-gatal, dan ada yang mengalami penyakit yang harus dioperasi segera, semua diusahakan untuk mendapat pertolongan yang benar-benar profesional.

Di balik rombongan itu ternyata banyak orang sekalipun tidak ikut terjun langsung telah berpartisipasi dalam pendanaan, ada pabrik obat dan apotik yang menyumbang banyak sekali obat-obatan, dan betapa bahagianya mereka yang dilayani yang mendapat pelayanan dokter spesialis dan obat-obatan yang gratis, suatu kesempatan yang nyaris jarang dialami oleh para penduduk miskin d kampung-kampung kumuh.

Seperti kita ketahui, sekitar 60 persen penduduk Jakarta tinggal di kampung-kampung kumuh yang tidak layak huni dan mereka inilah yang paling banyak mengalami derita ketika ditimpa banjir tanpa bisa berbuat apa-apa.

Namun yang menjadi soal, tepat seperti yang dikatakan seorang tokoh Indonesia, bahwa “Bangsa Indonesia itu bersatu dan peduli, namun sayang hanya kalau ada krisis.” Kritik ini penting untuk direnungkan karena memang ketika ada banjir atau bencana semacam itu, orang tidak melihat derajat diri tapi yang dilihat adalah apa yang bisa dilakukan untuk mengasihi sesama warga yang dilanda bencana, namun sinyalemen tokoh itu perlu juga menjadi perhatian, apakah hanya di saat banjir saja mereka mendapatkan pelayanan yang sedemikian? Bagaimana kalau bekas-bekas banjir telah menghilang, kemanakah para dermawan dan ahli medis itu bisa dihubungi? Dimanakah dompet-dompet yang selagi bencana banyak dibuka?

Kondisi darurat bencana memang menggerakkan banyak orang, namun derita orang bawah masih belum usai. Jadi, yang penting diusahakan adalah agar momentum kerjasama pelayanan kasih pada waktu banjir itu bisa menjadi landasan pacu untuk terus melayani kaum miskin di perkotaan secara sinambung tanpa melihat momentum banjir atau bencana lainnya. Yang perlu terus menjadi target adalah sesama kita yang benar-benar mengalami kesesakan hidup baik dimasa normal dan terlebih di masa bencana.

Langkah berikutnya yang menunggu adalah uluran kasih sesama kita untuk membantu anak-anak yang kehilangan alat-alat sekolah yang selama ini dimiliki (belum terhitung boneka mainan mereka), mereka yang kehilangan pekerjaan karena banjir, dan lebih dari itu mereka yang kehilangan tempat berteduh yang hanyut oleh banjir.

Kampung sebagai tempat hunian yang paling tidak layak di kota-kota penuh dengan sesama kita yang membutuhkan perhatian dari mereka yang lebih berpunya, karena itulah, marilah kita bersama-sama menggerakkan segenap kemampuan dan harta kita untuk membantu saudara-saudara kita sesama warga Indonesia yang menderita, baik di saat ada banjir maupun di saat tidak ada banjir, karena demikianlah kehendak Tuhan Allah.

A m i n.

Salam kasih dari Herlianto

[_private/r_list.htm]