RENUNGAN April 2002
[_private/r_list.htm]Kasihilah Musuhmu
"(38) Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. (39) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu." (Matius 5:38-39)
Sudah tahun kedua kita memasuki millenium ke-3 atau sekitar 2000 tahun setelah Tuhan Yesus datang, namun mengapa dunia tidak kunjung berada dalam kedamaian? Kerusuhan dan perang masih ada di mana-mana dan angkara murka masih terus mendatangkan malapetaka di bumi ini.
Imanuel yang artinya ‘Allah Menyertai Kita’ menunjuk kepada kehadiran Yesus Kristus di tengah-tengah umat manusia, menunjukkan dengan jelas misi Allah yang sebenarnya. Hal-hal yang baik, benar, adil, dan penuh kasih sayang adalah dambaan setiap orang, dan inilah yang merupakan misi Allah sejak awalnya.
Namun sayang, dosa dan nafsu telah merusak tatanan ciptaan yang baik itu sehingga kejahatan merajalela di bumi, dan dalam Perjanjian Lama kita dapat melihat bahwa semula Allah sendiri berkenan akan menghukum mereka yang jahat dan berdosa, itulah sebabnya ada perintah yang menyebutkan seperti yang disebut dalam ayat-38 di atas, bahwa harus dilakukan pembalasan ‘mata ganti mata dan gigi ganti gigi’.
Masa Perjanjian Lama memang mengungkapkan bahwa Allah menghukum setiap orang yang berdosa dan mendukakan Allah secara langsung, dan untuk itu Allah menggunakan umat pilihannya untuk melakukan keadilan dan kebenaran di bumi. Sayang, faktanya umat Yahudi yang diharapkan menjadi wakil Allah dalam menuntaskan kejahatan, mereka sendiri telah menjadi jahat, sehingga ukuran penghakiman yang dikerjakannya telah jauh berbeda dari ukuran kebenaran dan keadilan Allah sehingga umat Yahudi pun dihukum dan di buang ke Babel agar bertobat dan kembali kepada Allahnya.
Sepanjang sejarah dunia, kedegilan umat Yahudi dapat kita lihat dalam hukuman yang terus menerus mereka terima termasuk penyebaran (diaspora) ke seluruh bumi, dan bukan hanya itu, sepanjang sejarah umat yang berontak kepada Allahnya itu bahkan sering mengalami penganiayaan (holocaust), namun kedegilan hati mereka belum sirna.
Sebenarnya bila umat Yahudi mau bertobat, rela menerima hukuman, dan menyerah kepada Tuhannya, justru Allah akan menganugerahkan mereka dengan belas kasihannya, namun sayang kekerasan hati mereka masih belum memungkinkan hal itu, itulah sebabnya Allah sendiri menyertai umat manusia dalam diri Yesus yang terbilang orang Yahudi juga.
Berbeda dengan nafas Perjanjian Lama, kehadiran Yesus dalam Perjanjian Baru justru menawarkan ‘damai sejahtera di bumi’ di antara ‘manusia yang berkenan kepada-Nya.’ (Lukas 2:14). Dalam kotbah-kotbahnya Yesus menjalankan kasih secara nyata dan mendatangkan damai sejahtera, sesuatu yang berbeda dengan nafas Perjanjian Lama. Dalam ayat 39 bacaan kita di atas kita melihat bahwa sekarang Tuhan mengajar kita agar ‘Mengasihi Musuh’ dan bila ‘ditampar pipi kanan agar merelakan pipi kiri pula.’
Pernah Yesus ditanya mengenai berapa kali kita harus mengasihi musuh-musuh kita, Ia menjawab: ’70 X 7’ kali! Ini suatu kesabaran yang luar biasa yang dikerjakan dan dicontohkan Tuhan Yesus yang rela menderita demi menebus umat manusia yang berdosa.
Tidak mudah untuk mengerti dan menjalankan misi Allah yang dengan jelas kita lihat dalam misi Yesus di bumi, soalnya angkara murka selalu ingin kembali menampakkan dirinya di bumi. Di tengah itulah Tuhan memanggil kita untuk menjalankan misi Allah di bumi yaitu mendatangkan ‘kebenaran, keadilan, dan damai sejahtera’ di bumi. Suatu misi akbar namun sulit dijalankan.
Kematian Yesus di kayu salib adalah untuk menebus umat manusia dan menjadi teladan bahwa dosa dan kejahatan bukan untuk dilawan dengan kejahatan melainkan dengan kasih dan pengorbanan, dan Ia menang atas maut dan bangkit dari antara orang mati, dan kemenangannya atas maut itulah yang membuka peluang bagi manusia yang sekalipun menderita di bumi dan mengalami kematian sekalipun, telah tersedia keselamatan dan kebangkitan tubuh dimasa mendatang.
Kita patut mendoakan orang Yahudi yang sampai sekarang masih mengeraskan hatinya dan orang Palestina yang membalasnya dengan kekerasan pula, agar mereka mau berdamai dan berunding. Apapun alasannya, kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah apalagi dalam jangka panjang. Kita patut berusaha menolong semua korban kekerasan itu.
Kita juga patut mendoakan situasi di Ambon, Poso, Aceh dan tempat-tempat lain di Indonesia dimana sering terjadi kekerasan dilawan kekerasan yang tidak menyelesaikan masalah melainkan meluaskan angkara murka, namun perdamaian dan saling memaafkan adalah kunci yang membuka pintu peluang kearah kehidupan yang damai sejahtera.
Kiranya damai sejahtera Allah menyertai mereka yang berkehendak baik.
A m i n.
Salam kasih dari Herlianto