RENUNGAN Mei 2002
[_private/r_list.htm]Berdiam Diri
"(7) Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
(8) Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
(9) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku akan kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
(10) Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” (2Kor.12:7-10).Suatu peristiwa yang tidak terduga saya alami, yaitu dalam beberapa bulan terakhir ini sewaktu-waktu terasa ada sesak/sakit di dada, dan secara tepat waktu pada akhir April ketahuan bahwa ada kondisi penyempitan pembuluh darah jantung (koroner) yang cukup parah (95%) disamping tiga penyempitan lainnya. Yang menjadi masalah bukanlah penyakit itu sendiri, namun mengapa hal itu terjadi justru ketika saya seharusnya mempersiapkan 10 pelayanan keluar pula yang cukup berbobot, ke Sumatera Utara, Kalbar, dan Kaltim, bahkan termasuk ke Australia dan Singapore? Mengapa tidak ditunda dahulu sehingga pelayanan-pelayanan itu tuntas dilayani?
Pada tanggal 1 Mei 2002 setelah terapi angiography kateterisasi, dokter mengatakan bahwa saya beruntung dapat segera dideteksi kelainan di pembuluh jantung itu, sebab bila di tunda dan diselingi pelayanan dan terjadi sesuatu, tidak mustahil penyempitan itu menjadi maksimal dan pembuluh darah menjadi buntu, alias tersumbat, dan saya akan mengalami serangan jantung (heart attack/infract).
Dalam menghadapi peristiwa mendadak dan harus berhenti ditempat itu, setelah undangan-undangan di batalkan, maka saya mulai memasuki masa BERDIAM DIRI, dan pada saat itulah ayat-ayat yang ditulis dan dialami rasul paulus itu berbicara menjawab pertanyaan “mengapa saya harus menjadi lemah justru pada saat-saat dimana seharusnya saya kuat melayani undangan yang bertubi-tubi?”
Rasul Paulus mengalami hal yang sama, bahkan tiga kali meminta kesembuhan kepada Tuhan. Berdosakah ia sehingga harus mengalami kesakitan? Ternyata tidak, karena dengan kelemahan tubuhnya itu Tuhan ingin mengajarkan beberapa hal, yaitu: (1) agar hamba Tuhan tidak mengandalkan kekuatan sendiri (Yer.17:5-8); (2) dalam kelemahanlah rasul Paulus mulai menyadari bahwa ia justru kuat, suatu paradox iman; (3) dalam kelemahan manusiawi, kuasa Tuhan yang perlu dalam pelayanan justru akan kita perlukan; dan (4) semua ini untuk menyadarkan para hamba Tuhan agar tidak meninggikan diri karena kekuatan sendiri.
Memang bila kita terus menerus merasa memiliki kekuatan, lama kelamaan kita dapat menjadi orang yang merasakan mampu melayani Tuhan dengan kekuatan manusiawi, padahal manusia itu sebenarnya rapuh. 30 tahun setelah menyerahkan diri sebagai pelayan Tuhan dan 20 tahun membentuk Yayasan Bina Awam telah dilalui tanpa mengalami sakit yang berarti, namun kali ini bukan saja dialami sakit yang harus dilalui dengan istirahat, namun harus beristirahat panjang selama 3 bulan, suatu kesempatan yang sukar dicara mengingat padatnya pelayanan selama ini yang selalu ada.
Pengalaman rasul Paulus juga mengajar setiap hamba Tuhan bahwa kelemahan tubuh bukan akhir segala-galanya, sebab justru dalam kelemahan itulah seseorang menjadi kuat karena kuasa Tuhan dinyatakan dalam dirinya! Rahasia besar yang sulit diterima manusia yang merasa diri kuat. Dan selanjutnya, pada ayat 7, rasul Paulus sampai dua kali menyebutkan agar ia ‘tidak meninggikan diri’!
Seseorang yang selalu berhasil dalam pelayanan akan merasa diri kuat sehingga kurang merasa perlu mengandalkan Tuhan, namun bila kita menyadari bahwa dibalik kelemahan itu tersembunyi rahasia besar yaitu agar kita tidak meninggikan diri yang justru dapat membuat kita jatuh, maka kita patut bersyukur bahwa kelemahan itu adalah pintu menuju sikap yang lebih rendah hati.
Lebih dari itu semua, bagi para hamba Tuhan yang selalu sibuk, memang datangnya penyakit merupakan kesempatan terbaik untuk memasuki masa istirahat dan untuk BERDIAM DIRI. Karena berdiam diri merupakan masa yang sangat baik untuk kembali mengevaluasi pelayanan yang terjadi selama ini dan untuk menyiapkan diri dalam menghadapi penugasan Tuhan yang lebih heran lagi sesudahnya.
Kiranya damai sejahtera Allah menyertai pelayanan kita dan marilah kita mendoakan masa berdiam diri ini agar pelayanan Yayasan Bina Awam semakin mengandalkan kuasa Tuhan sendiri.
A m i n.
Salam kasih dari Herlianto & YBA