RENUNGAN Agustus 2004
Mendoakan Selebriti
“Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah” (1Petrus 3:3-4).
Belakangan ini, nyaris semua saluran televisi menawarkan kesempatan untuk menggapai posisi puncak, untuk menjadi idola, pria tampan, sampai model yang berhasil. Yang jelas ada usaha jalan pintas secara masal untuk menjadi selebriti tenar yang basah kuyup oleh harta. Bayangkan, dalam waktu tiga bulan seorang yang tidak terkenal tiba-tiba bisa menjadi bintang dan membawa pulang mobil baru, belum termasuk hadiah-hadiah lainnya. Sekalipun kalau kita sadar kita tahu bahwa yang bisa dikarbit secara begitu hanya satu diantara berjibun pendaftar, namun cukup mencengangkan fenomena yang satu ini, karena puluhan ribu orang tertarik mendaftarkan diri.
Fantasi Akademia sang pelopor menekankan kemahiran suara dan gaya, Idola Indonesia juga menjanjikan sukses bersandarkan kemampuan yang sama, Kontes-kontes lain seperti Dangdut disamping kedua di atas juga menekankan lenggak-lenggok sebagai bahasa tubuh. Model fesien menekankan busana karya-cipta terbaru disamping kelincahan berjalan diatas cat-walk, dan malah ada pemilihan pria ganteng dan romantis idaman wanita-wanita cantik. Yang jelas, semua jalan menuju puncak itu menonjolkan prestasi lahiriah dengan segala kecantikan-kegantengan dan glamor gaya panggungnya.
Di balik itu semua, kita melihat bahwa semua yang ditonjolkan adalah yang bisa secara kasat mata dilihat melalui kelima indera manusia, terutama oleh mata dan telinga. Tetapi, hal-hal yang tersembunyi yaitu aspek manusia yang batiniah nyaris tidak terukur dan pandangan dunia masakini memang sering mengabaikan yang ini. Dan yang luar biasa, siaran-siaran fatamorgana-selebriti itu telah menyihir jutaan pemirsa di seluruh Indonesia!
Kita di Indonesia prihatin bahwa usaha menjadi ‘selebriti instant’ gaya televisi dan film itu memang pada awalnya baik-baik saja dan indah ditonton, namun bila kita menyimak berita-berita di koran, majalah, dan terutama tabloid, kita dapat melihat bahwa di balik glamor di atas panggung itu kita melihat manusia batiniah yang rapuh yang penuh dengan realita hidup yang sering pahit. Dan sayangnya perilaku moralitas panggung demikian sekarang sudah menulari para pemirsa di dunia nyata sehari-hari.
Banyak selebriti pada masakini jatuh dalam urusan uang, pembagian keuntungan, hak cipta, dan segala aspek perebutan uang yang menumpuk mendadak yang biasa diperoleh melalui jalur selebriti. Banyak yang kehidupan pribadinya terkoyak, mulai dari kecanduan keluar-masuk salon dan kelab malam, bermain susuk perdukunan untuk mempercantik diri, sampai terjerumus lembah hitam narkoba. Tidak sedikit selebriti mengalami prahara rumah tangga, kalau bukan pertengkaran ya perceraian yang meninggalkan anak-anak generasi penerus hidup dalam kepribadian terkoyak oleh perpisahan orang tua mereka. Berita terbaru mengungkapkan seorang bintang cantik merebut suami tampan dari seorang isteri yang lagi mengandung anak mereka. Lebih banyak lagi yang terjerat perselingkungan atau terjerat seks bebas.
Realita selebriti demikian yang dahulunya hanya bisa kita lihat di hollywood dan film-film Barat sekarang sudah menjadi kenyataan sehari-hari di Indonesia. Kita tahu bahwa selebriti cantik & tenar Marilyn Monroe pernah berucap bahwa: “Saya tidak bisa hidup diluar gemerlapannya lampu-lampu panggung.” Memang itulah kenyataannya, namun harga yang harus dibayarnya juga cukup mahal, sebab kehidupan rumah tangganya diisi kawin-cerai dan perselingkuhannya dengan USA-1 menyebabkan akhir hidupnya tragis, mati karena kebanyakan obat tidur. Skandal-skandal yang sama sudah dialami di Indonesia, ada yang video porno kebugilannya beredar di masyarakat, bahkan ada selebriti yang video perselingkuhannya beredar bebas dan hidupnya sekarang ibarat kalimat yang belum selesai dan diakhiri dengan koma, dan beberapa terpaksa meringkuk di balik teralis penjara.
Kita perlu mendoakan dan mengingatkan para selebriti demikian, karena kalau kita tidak mendoakan dan mengingatkan mereka dan mereka makin terjerumus ke dalam jerat popularitas lahiriah yang sesaat, bukan saja aspek moralitas batiniah mereka terancam, tetapi perilaku mereka itu bagai ragi akan menjadikan banyak pemirsa menjadikannya sebagai bagian kehidupan fantasi mereka dan kemudian menjadi bagian dari kehidupan di dunia nyata.
Hal yang salah dalam usaha mengkarbitkan selebriti maupun kehidupan selebriti karier adalah bahwa yang ditonjolkan kehidupan panggung adalah glamor lahiriah yang memang menarik untuk dilihat dan didengar dan menjanjikan harta yang bisa diraup dalam waktu singkat. Namun, aspek kebatinan yang tersembunyi secara inderawi diabaikan bahkan dicampakkan, padahal kita tahu bahwa aspek lahiriah itu sementara sifatnya tetapi aspek batiniah itu kekal sifatnya bahkan untuk bekal dalam kehidupan mendatang. Seharusnya dalam hidup, keseimbangan antara yang lahiriah dan batiniah di jaga, dan kalau tidak bisa diseimbangkan, keseimbangannya yang lebih berat ke aspek batiniah akan jauh lebih baik daripada ketimpangan yang sebaliknya.
Kecantikan dengan segala hiasan dan fesiennya akan tidak menarik lagi ketika manusia makin menua, segala prestasi lahiriah akan menjadi kenangan ketika badan menjadi uzur. Tetapi, prestasi batiniah akan makin meningkat ketika manusia memasuki masa kedewasaan dan menjadi orang tua yang makin berhikmat dan bisa menjadi benteng yang kokoh untuk melindungi generasi seterusnya.
Para rohaniwan perlu lebih mendoakan dan mengingatkan para selebriti dan calon-calon selebriti agar mereka tidak terjerat oleh “gemerlapannya lampu-lampu dan musik panggung” tetapi mengingatkan mereka agar mencari prestasi batiniah yaitu manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah.
“Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi, di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Karena di mana hartamu berada di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:19-21).
Amin!
Salam kasih dari Redaksi YABINA ministry www.yabina.org
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]