RENUNGAN Agustus 2004
The Family
“Semua orang yang percaya tetap bersatu, dan semua milik mereka adalah milik bersama.” (Kisah 2:44).
Ayat di atas cukup terkenal karena menggambarkan bagaimana jemaat mula-mula di Yerusalem bersatu dan melakukan kehidupan bersama, dan ayat ini menjadi ayat sentral yang digunakan oleh kelompok kultus (cult) ‘The Family’ (Children of God).
Kita sudah mengetahui khususnya dalam fasal-fasal awal kitab Kisah Para Rasul, bagaimana turunnya Roh Kudus telah mengubah kehidupan para murid Yesus dan rasul Petrus yang pengecut bisa berubah menjadi pengkotbah tegar yang berani berkata benar sesuai firman Tuhan di hadapan sidang Sanhedrin, dan di hari Pentakosta itu ia berkotbah dengan lantang mengenai keselamatan dalam nama Tuhan Yesus Kristus (fasal 2). Hasilnya, jemaat mula-mula tergerak sehingga banyak orang rela mengorbankan harta bendanya dan hidup dalam persekutuan dimana mereka tidak lagi menganggap harta mereka sebagai milik pribadi melainkan sebagai milik bersama.
Sehubungan dengan seri artikel mengenai The Family (Children Of God) dan Hippies, khusus COG yang menggunakan sebagai ayat sentral dan menafsirkan ayat di atas dengan pengertian yang berbeda dengan umat Kristen secara umum, marilah kali ini kita merenungkan ayat di atas dalam konteksnya yang sebenarnya.
Ada tiga hal yang bisa dipertanyakan dengan penafsiran ayat di atas sesuai yang dipercayai oleh kelompok The Family (COG) yaitu: (1) Apakah ‘tetap bersatu’ itu menunjukkan bahwa semua orang hidup bersama dalam satu komunitas (commune) yang terpisah dari keluarga masing-masing?; (2) Apakah ‘milik bersama’ itu mencakup seluruh harta benda yang dimiliki masing-masing; dan (3) Apakah ‘milik bersama’ itu termasuk tubuh daging sehingga bisa saling menikmatinya secara seksual (sexual sharing) tanpa memandangnya sebagai hak suami dan isteri?
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa “Semua orang yang percaya tetap bersama.” Ini tidak menunjukkan indikasi bahwa mereka memisahkan diri dari dan memutuskan hubungan dengan keluarga masing-masing dan bergabung menjadi satu keluarga baru yang tinggal bersama, misalnya dalam commune (komunitas), sebab ayat itu dengan jelas menunjukkan bahwa mereka hidup tetap bersama namun masing-masing anggota masih hidup dalam keluarga sendiri.
Ayat (46) menyebutkan bahwa “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.” Ayat ini menjelaskan bahwa mereka tidak berkumpul hanya secara eksklusif (lingkungan sendiri) dalam ‘komunitas’ tetapi juga bersama umat Allah lainnya di Bait Allah, dan juga bahwa mereka berkumpul tidak memisahkan diri dari keluarga masing-masing melainkan secara ‘bergilir’ di rumah-rumah anggota jemaat. Inilah ‘komunitas kasih’ yang dicertikan dalam kitab Kisah Para Rasul.
Ayat (45) menyebutkan bahwa “dan selalu ada yang menjual harta miliknya , lalu membagi-bagikan kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.” Ayat ini tidak menyebutkan bahwa semua orang lalu hidup bersama dan semua milik pribadi menjadi milik bersama, sebab ayat ini menjelaskan bahwa selalu ada yang menjual harta miliknya dan bukan berarti bahwa semua orang menjual semua miliknya untuk menjadi milik bersama, tetapi bahwa ada saja orang yang mempunyai kelebihannya dan menjual kelebihannya lalu membagikan kepada semua orang sesuai keperluan masing-masing.
Kis.4:32-37 menunjukkan cerita yang sama dimana disebutkan bahwa: “Tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya.” (ay.34-35) Dan, lebih jelas lagi ayat yang menyusul berbunyi: “Demikian juga dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi kelahiran Siprus. Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.” (ay.36-37).
Ayat-ayat di atas memang menunjukkan bahwa ada yang menjual rumah atau tanah dan membagikan untuk keperluan jemaat tetapi tidak berarti semua menjual semua milik mereka dan menjadi milik bersama. Ini bisa dilihat dalam kasus Barnabas dimana ia menjual ladang miliknya dan menyerahkan ke depan rasul-rasul. Ia tidak menyerahkan harta benda lainnya melainkan hasil penjualan ladangnya. Demikian juga ayat-ayat itu tidak menyebutkan mengenai ‘tubuh’ yang menjadi ‘milik bersama’ melainkan hanya ‘harta benda’ seperti uang hasil penjualan rumah, tanah & ladang, dan harta benda lainnya. Tidak disebutkan di sini bahwa kemudian jemaat bertumpuk-tumpukan di depan kaki rasul-rasul mempersembahkan tubuh daging mereka sebagai persembahan sehingga rasul-rasul dan jemaat lain bisa menjadikannya sebagai milik bersama dan melakukan ‘sexual sharing.’
Jadi dari penafsiran ‘golden verse’ (Kis.2:44) yang digunakan The Family (Children Of God), kita dapat melihat adanya penyesatan, yaitu bukannya menafsirkan suatu pengajaran kasih yang digali dari Alkitab (exegese) melainkan pengajaran ‘Mo Letters’ yang dimasukkan ke dalam Alkitab (eisegese). The Family (COG) menerima Alkitab sebagai ‘inerrant’ (tidak bisa salah setiap kata-katanya), tetapi mereka menafsirkan secara salah sesuai keinginan pemimpin mereka yang menuliskan ajaran baru di luar Alkitab dalam bentuk ‘Mo Letters.’
Lepas dari itu, kita dapat melihat ayat itu sebagai kritik atas praktek hidup jemaat masakini dimana jemaat masakini cenderung menjadi individualistis dan hanya sedikit yang bisa ditampung dalam kantong kolekte yang menjadi milik bersama (inipun menjadi milik gereja yang lebih banyak digunakan untuk membangun gedung, membiaya hidup pendeta, dan penyelenggaraan ibadat). Jurang kaya miskin terlihat jelas dalam kehidupan berjemaat pada masakini, sedangkan hidup kolektif makin jauh dari praktek jemaat masakini.
Ayat di atas kembali menyadarkan umat Kristen agar saling membantu dalam kasih sehingga tidak ada yang berkekurangan di antara jemaat, sehingga dengan demikian kita tidak lari kepada ekstrim, dimana di satu sisi jemaat mempraktekkan ‘total sharing’ seperti yang dipraktekkan The Family (COG) dan sebaliknya di sisi lain jemaat menganggap semua harta milik menjadi milik eksklusif masing-masing, melainkan mengikuti amanat Alkitab agar gereja mengajarkan kasih kepada sesama, sehingga genaplah apa yang dikatakan Alkitab tentang jemaat mula-mula, yaitu: “tidak ada seorangpun yang berkekuarangan di antara merek.” (Kis.4:34a).
Amin!Salam kasih dari Redaksi YABINA ministry www.yabina.org
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]