RENUNGAN Agustus 2004               


Pertanggungan Jawab
 

 “... kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.” (1Petrus 3:15-16).

            Dalam berinteraksi dengan orang lain lebih-lebih dalam masyarakat plural, kita diperhadapkan dengan berbagai banyak kepercayaan yang tidak semuanya dapat ditemui dengan komunikasi yang lancar. Ada yang menghargai, ada yang bisa menjalin dialog dengan akrab, ada yang penuh kecurigaan, dan ada pula sikap pertentangan, dan bahkan ada yang bisa mendatangkan penderitaan bagi umat Kristen. Dalam menghadapi situasi demikianlah kita dapat belajar dari ucapan rasul Petrus di atas dalam memberikan pertanggungan jawab (apologia) kepada orang lain.

            Latar belakang tulisan rasul Petrus adalah adanya penentangan pada umat Kristen yang berusaha membungkam mereka dengan berbagai cara sehingga umat mengalami berbagai penderitaan (1Petrus). Di samping itu dalam suratnya yang kedua (2Petrus), kita melihat bahwa ada juga faktor penentang berupa nabi-nabi dan guru-guru palsu. Ini berarti ada roh penentang dari luar maupun dari dalam kekristenan;

            Pada ayat-ayat bacaan di atas, setidaknya ada 6 hal yang bisa kita pelajari, yaitu:

1. ‘kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan!’

Dasar dari keyakinan umat Kristen yang menyebabkan mereka menderita adalah iman akan Tuhan Yesus Kristus (1Ptr.1:3). Kristus inilah yang harus dikuduskan menjadi Tuhan dan menjadi fundasi kehidupan untuk dipertanggung jawabkan oleh umat menghadapi pihak lain;

2. ‘siap sedialah pada segala waktu.’  

Ini mengajar setiap umat Kristen agar konsekwen dengan imannya dalam menguduskan Kristus sebagai Tuhan, bukan saja pada hari minggu pada saat kita menghadiri kebaktian di gereja atau pada saat melayani, tetapi harus siap sedia pada segala waktu;

3. ‘memberi pertanggungan jawab.’

Umat Kristen dituntut untuk berani mempertanggung jawabkan imannya dihadapan mereka yang menanyakan hal itu, untuk itu kita harus benar-benar menguasai pokok-pokok iman, pengharapan dan kasih Kristiani, agar kita dapat memberikan jawaban yang tepat;

4. ‘tentang pengharapan yang ada padamu.’

Apakah pengharapan umat Kristen itu? Rasul Petrus menjelaskan bahwa pengharapan itu adalah “karena rahmat-Nya yang besar Tuhan telah menyelamatkan kita melalui penebusan Kristus yang telah bangkit bagi kita.” (1Ptr.1:3-4). Jadi pengharapan Kristen dimulai dari rahmat Tuhan yang telah kita terima dalam penebusan Tuhan Yesus di Golgota, dimana kebangkitannya merupakan kebangkitan sulung yang juga akan kita alami kelak;

5.
‘haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni

Disamping iman dan pengharapan, kasih harus menjadi bagian dari kehidupan umat percaya, karena itu dalam memberi pertanggungan jawab diperlukan sikap kasih yang lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni”;

6. ‘supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.’

Apologia umat percaya bukan saja mempertanggung-jawabkan pengajaran (iman & pengharapan) namun juga bersaksi dengan perilaku yang kasih dengan hormat dan hati nurani yang murni, sebab dampaknya cukup besar sebagai hasil kesaksian hidup yang sebenarnya untuk bisa menjadi saksi yang benar bagi Kristus.

Amin!

Salam kasih dari Redaksi www.yabina.org.


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]