RENUNGAN September 2004
Joy To The World
“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14).
Sabtu malam 4 September 2004, di Istora Senayan – Jakarta diadakan gebyar grand final ‘Indonesian Idol’, sebuah fenomena baru kehidupan selebriti yang dihadiri puluhan ribu penonton dimana tiketnya sudah terjual habis pada hari pertama di jual.
Malam itu juga Indonesian Idol pertama ‘Joy’ berhasil terpilih melalui audisi dan kompetisi ketat selama 6 bulan dan menyisihkan 34.000 peserta dan berhasil memperoleh pilihan tertinggi dalam voting via tilpon dan SMS yang diikuti 4 juta orang! Sebuah surat kabar ibukota dalam ulasannya sehari sebelumnya memulai baris komentarnya dengan kalimat ‘Joy to the World’ untuk menyatakan kekaguman banyak orang terhadap figur si ‘Joy’, mahasiswi yang menjadi superstar yang hidup gemerlapan di atas panggung dalam waktu tiga bulan dan sempat mencicipi tinggal selama dua minggu di suite seharga $300 semalam di hotel bintang lima Hilton dan dijemput antar dengan mobil Mercedes Benz.
Tepatkah julukan koran tertentu dan benarkah si ‘Joy’ mendatangkan ‘Joy to the World’? Dan sekalipun dalam ucapan syukurnya ketika berhasil menang sebagai ‘Indonesia Idol’ ia menyatakan syukurnya yang pertama kepada ‘Tuhan Yesus’ apakah ini yang diharapkan firman Tuhan sebagai kesaksian ‘Christian Idol?’
Benar harus diakui, bahwa pada level tertentu yaitu emosi, Joy telah memberikan sukacita emosional sesaat kepada jutaan pemirsa TV di dunia (dhi. di Indonesia) di samping terutama yang hadir di Senayan, namun di balik itu kita menyaksikan betapa di koran-koran kita baca penderitaan yang terus menerus dirasakan banyak manusia Indonesia yang sama sekali tidak merasakan adanya ‘joy’ dalam kehidupan mereka. Banyak buruh pabrik terkena PHK, banyak TKW hartanya dirampas dan diusir dari Malaysia, banyak nelayan ‘Buyat’ menderita karena pencemaran laut oleh pabrik dilingkungan hidup mereka, banyak pedagang kaki lima di Makasar dan kota-kota lain diobrak-abrik sumber hidup mereka, dan banyak sekali orang di gusur dari rumah mereka dibanyak kota. Adakah ‘joy’ dalam hati mereka?
Firman Tuhan melalui rasul Yohanes menyebutkan:
“Siapa yang mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?” (1 Yohanes 3:17).
Memang sampai batas tertentu Joy telah mendatangkan sukacita emosional dalam dunia (dhi. Indonesia) namun masih jauh perjalanannya untuk menjadi ‘Christian Idol’ yang menjalankan firman Tuhan yang mendatangkan sukacita seutuhnya (Shalom) yaitu kasih dan damai sejahtera bagi dunia terutama orang Indonesia. Tuhan Yesus berfirman bahwa: “Lebih mudah unta masuk ke lubang jarum daripada orang kaya masuk kerajaan surga.” Ucapan firman Yesus ini perlu disampaikan kepada semua ‘joy-joy’ di seluruh Indonesia.
Kita perlu sadar bahwa dunia sudah tertipu oleh gemerlapannya Indonesian Idol, AFI, KDI, Cantik Indonesia dll. yang nota bena adalah bisnis besar yang sebenarnya merugikan rakyat banyak demi ambisi bisnis stasiun TV dan dunia rekaman sekuler dengan memberikan impian ‘hanya’ sebuah mobil untuk ‘satu’ orang dan 11 orang lainnya ‘hadiah-hadiah ala kadarnya’ di antara puluhan ribu calon yang mendaftar, tetapi mengeruk keuntungan yang luar biasa besar baik dari tiket masuk, penjualan kaset, iklan, maupun share hasil penggunaan SMS/Premium Call.
Banyak pimpinan gereja dan persekutuan mahasiswa mengeluh karena banyak anggota mereka mengabaikan acara-acara gereja dan pendalaman iman bila bentrok dengan siaran gebyar selebriti di atas itu, padahal siaran itu nyaris diputar setiap hari dengan berbagai variasinya. Mereka yang kecanduan berbagai gebyar selebriti itu sampai tersihir mengeluarkan biaya SMS (yang memang disugesti & disihir oleh para penyiar) yang besar. Banyak orang tua mengeluh karena harus membayar jutaan rupiah sebulan tagihan HP putra-putrinya yang mengirimkan puluhan bahkan ratusan SMS demi mendukung satu idola mereka, belum lagi dibalik itu semua ada tujuan bisnis rekaman, iklan dan pertunjukan (entertainment) yang luar biasa besar.
Bagi umat Kristen, disadari atau tidak, gebyar selebriti untuk menjadi nomor satu itu telah mengajarkan nilai-nilai impian, kemewahan, ketenaran, ambisi, dan tidak lepas pendewaan mamon, yang nota bena adalah hal-hal yang bukan dipopulerkan oleh firman Tuhan. Tuhan Yesus berfirman: “Jangan mengharapkan harta benda di bumi yang tidak kekal ... dan kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (Matius 6:19-24). Paulus menulis: “Jangan menjadi seperti dunia, melainkan berubahlah oleh pembaharuan budimu agar kita tahu apa yang baik, yang berkenan kepada Allah” (Roma 12:1-2), dan Petrus juga menulis dalam suratnya agar “kita tidak berhias secara lahir dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah melainkan berhiaskan yang batiniah” (1 Petrus 3:3-4).
Saudara-saudari, apakah kata firman Tuhan dalam kaitan dengan kasus ‘Joy’? ‘Joy to the World’ memang perlu kita hadirkan kepada dunia sebagai tugas misi setiap umat yang percaya ‘Yesus adalah Tuhan’, namun tidak cukup kalau hanya sampai kepada sukacita sesaat dalam taraf emosional dan pujian kepada Tuhan Yesus secara rhetorik. Tuhan menghendaki kita memperhatikan yang banyak yang menderita dan bukan menyanjung yang sedikit yang hidup berkelimpahan dipanggung meriah, di suite hotel bintang lima, atau mengendarai mobil idaman, tetapi Tuhan menghendaki kehadiran The Real ‘Joy’ yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat banyak dalam kehidupan mereka sehari-hari. Itulah tugas setiap umat kristen.
Seorang arsitek India yang banyak berkiprah dalam perbaikan gubuk kumuh dan rumah murah pernah mengatakan bahwa ia ingin menjadi “architect not for the millionaires but for the millions.’ Suatu ungkapan yang tepat sebagai ilustrasi yang menantang tugas seorang kristen agar bukan sekedar memberi sukacita sesaat kepada penonton secara emosional dan memuja ‘jutawan’ yang kaya yang sedikit, namun agar kita mendatangkan sukacita sebenarnya yang utuh dan kekal dalam kehidupan ‘jutaan’ orang yang hidup di bawah garis kemiskinan yang entah hari ini harus makan apa, apalagi memikirkan bagaimana membiayai anak mereka yang akan sekolah di balik gubuk mereka yang baru digusur.
Saudara-saudara, marilah kita mendatangkan ‘Joy to the World’ sebagai tugas kita untuk meneruskan misi Tuhan Yesus yang telah dinyatakan oleh Malaekat kepada para gembala di Efrata seperti ayat pembuka renungan ini, bukan sekedar ‘Joy’ yang bersifat permukaan secara emosional yang juga hanya sesaat dirasakan manusia, tetapi ‘Joy’ yang dirasakan hati manusia secara utuh dan bersifat kekal, sehingga mereka yang merasakannya bisa mengucap syukur kepada Tuhan. Yang konglomerat bisa menolong membebaskan mereka yang melarat, yang berkelebihan bisa menolong mereka yang berkekurangan, yang menjabat bisa mendatangkan sejahtera bagi mereka, yang punya sekolah bisa menyediakan pendidikan murah tapi bermutu bagi murid yang miskin, dan yang pengusaha bisa menolong para buruhnya yang berkekurangan, dengan demikian dilihatnya kebajikan kita dan dipermuliakan Bapa yang di sorga! Rasul Yohanes mengingatkan:
“Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.” (1 Yohanes 3:17).
Amin!Salam kasih dari Redaksi YABINA Ministry www.yabina.org.
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]