RENUNGAN September 2004
No Joy To The World
“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Lukas 2:14).
Tanggal 9 September 2004, Jakarta kembali dikejutkan oleh ledakan bom sedahsyat bom Bali dan Marriot. Peristiwa ini terjadi hanya 5 hari setelah ‘Joy’ dinobatkan sebagai ‘Indonesian Idol’ dan diberi julukan oleh koran tertentu sebagai ‘Joy To The World.’ Suatu kontras antara sukaria gegap gempita panggung dan kenyataan hidup yang pedih di panggung masyarakat.
Mengapa terorisme makin menggejala dan makin kerap terjadi di dunia dan di Indonesia? Kelihatannya ada tiga faktor pendorong kemarahan ‘kelompok-kelompok radikal’ itu.
Pertama, jurang kaya miskin yang terjadi di masyarakat dunia yang makin dalam dan tidak terjembatani. Orang miskin di dunia Arab melawan para sheik di negara mereka yang hidup bergelimang kemewahan, dan juga orang-orang miskin di seluruh dunia melawan hegemoni para kapitalis yang makin meninggalkan banyak orang miskin dalam kepapaan mereka;
Kedua, Dorongan sakit hati atas imperialisme modern seperti yang ditunjukkan Israel di Palestina dan Barat di Afghanistan dan Irak. Penderitaan rakyat kecil yang tertindas dan terpinggirkan itu mendorong bangkitnya kelompok radikal yang ingin mengubah keadaan melalui jalan kekerasan;
Ketiga, karena dominasi itu dilakukan oleh orang dari budaya kristen dan yang menderita umumnya yang berbudaya Islam, sakit hati itu menumbuhkan sikap jihad anti Kristen, lebih-lebih karena Bush mendapat dukungan kristen fundamentalis terutama di Amerika, dan umumnya umat Kristen lebih condong mendukung Israel apapun perilakunya, ini bisa dilihat dari begitu banyaknya umat Kristen jalan-jalan ke Israel ditengah penderitaan orang Palestina.
Kita semua menolak cara-cara kekerasan yang tidak manusiawi dengan bom bunuh diri yang mengorbankan orang yang bukan sasaran. Bayangkan bom ditujukan kepada pemerintah Australia yang mendukung perang Bush di Irak, namun yang menjadi korban seratus lebih yang mengalami luka dan 9 meninggal itu justru orang Indonesia sendiri yang tidak ikut-ikutan mendukung perang Bush di Irak. Kita perlu mendoakan para militan itu agar mereka bertobat dan menyadari bahwa perilaku mereka itu bukan saja melawan kemanusiaan tetapi juga melawan Allah Abraham, dan faktanya tidak mencapai sasaran sebab mengorbankan orang lain yang tidak bersalah dan malah merugikan perjuangan mereka sendiri.
Dipihak kita, yang bisa kita perbuat adalah introspeksi, bagaimana kita dapat mengeliminir ketiga dorongan itu sehingga ‘balas-membalas’ yang penuh darah berceceran itu setidaknya dikurangi bila mustahil dihentikan.
Pertama, memang harus diakui jurang kaya miskin begitu dalam, karena itu marilah kita mengurangi gebyar-gebyar panggung yang penuh kemewahan dan hidup yang mencolok. Alangkah sedihnya kalau sekarang banyak orang merasa diberkati Tuhan karena kaya dengan hidup bergaya selebriti, padahal banyak orang jujur dan mau hidup benar hidupnya sulit luar biasa karena narsisme sekelompok orang Kristen. Bagaimana perasaan banyak orang miskin yang tidak bisa berkasut kalau ke gereja atau kalau gerejanya dibakar, padahal masih ada saja gereja Kristen yang mau membangun gedung-gedung gereja mewah dan bahkan menara doa tertinggi didunia dengan biaya trilyunan rupiah.
Menyedihkan memang ketika ada bom Marriot meledak, ada ratu kecantikan beragama Kristen merasa ditolong Tuhan ketika ia tidak jadi mengunjungi radius ledakan pada saat itu. Teologi sukses macam begini menyalahkan korban seakan-akan tidak diberkati atau ditolong Tuhan. Firman Tuhan di atas mengingatkan bahwa banyak orang yang menderita bisa jadi justru menerima kasih karunia Tuhan daripada para selebriti yang narsistik dan tidak peduli dengan mereka yang menderita.
Kedua, sikap anti-Barat dan anti-Israel memang sukar dihilangkan, apalagi baru-baru ini ada email yang menceritakan kesaksian seorang tokoh muslim bahwa orang-orang muslim sekarang banyak yang manganggap diri mereka: “we are all Bin Ladens.” Bin Laden sudah menjadi tokoh martir sebelum menjadi mayat. Setidaknya umat Kristen di Indonesia bisa lebih berorientasi kepada Alkitab dan tidak secara provokatip malah mendukung perang Bush atau membela Israel bahkan berkunjung ke sana untuk menambah devisa Israel. Sentiman Premordial kristen ini perlu diperbaharuni dengan tekad kasih kristiani seperti diajarkan Yesus dan para rasul-Nya.
Ketiga, sentimen anti Kristen makin meningkat sejalan dengan dukungan banyak orang Kristen di Amerika dan di dunia untuk mendukung Bush dan Israel yang superior yang kebetulan justru berperang melawan bangsa yang nota bena beragama Islam yang inferior dalam perangkat perang. Umat kristen perlu memisahkan antara kelompok radikal dan kelompok moderat dalam agama Islam sehingga tidak begitu saja men’cap’ Islam sebagai agama kekerasan karena sejarah menunjukkan bahwa kultur Kristen bisa sama sadisnya (ingat inkuisisi abad pertengahan dan perang hugenot di Perancis pada abad reformasi).
Islam masuk ke Indonesia oleh kelompok Sufi yang damai dan dari sini kita dapat melihat hasilnya bahwa sekalipun ada kelompok-kelompok fundamentalis yang bersuara keras, namun kelompok islam moderat terbukti adalah mayoritas (seperti NU & Muhammadyah). Umat Kristen perlu menghilangkan stereotip seakan-akan Islam adalah agama teroris sedangkan Kristen tidak (ingat teroris Kristen seperti IRA, Basque, Karen, dan yang di Amerika Latin), melainkan sebaiknya menempatkan peta Islam secara riel dimana kita tetap perlu bersahabat dengan kelompok moderat dan sekaligus bersama-sama mendoakan dan berusaha agar kelompok radikal dilingkungan masing-masing bisa menahan diri, dan yang bisa kita kerjakan adalah tidak ‘membangunkan ular tidur’ dengan sikap-sikap premordial kita yang keliru.
Bangsa Indonesia terutama umat Kristen harus bersama-sama berusaha untuk mendatangkan damai sejahtera di bumi Indonesia, damai sejahtera yang bukan sekedar hanya merupakan konsumsi orang Kristen tetapi konsumsi umat manusia apa pun latar belakang mereka. Kita perlu menjadi terang dan garam dunia dimana masyarakat banyak melihat kebajikan kita dan dipermuliakan Bapa di sorga.
Marilah kita mendoakan keluarga-keluarga yang ditinggalkan mereka yang mati dalam serangan bom tersebut, dan agar mereka yang menderita cacat dan luka-luka bisa mengharapkan kasih karunia Tuhan dan sadar akan kehendak Allah.
Amin!Salam kasih dari Redaksi YABINA Ministry www.yabina.org.
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]