RENUNGAN Nopember 2004
Saling Bersalaman
“hendaknya terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:16)
“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita” (Roma 12:15)
Hari ini umat muslim merayakan hari Raya Idul Fitri, yaitu hari raya setelah bulan ke-9 Ramadhan dimana pada bulan itu umat muslim melaksanakan puasa dan mengakhirinya dan memasuki bulan ke-10 dengan perayaan pengucapan syukur kepada Allah.
Bagaimanakah sikap kita umat Kristen dapat kita berikan dalam menghadapi saudara kita muslim yang merayakannya?
Firman Tuhan memberi petunjuk bahwa tidak ada salahnya bahkan baik kalau kita dapat memberikan ucapan selamat kepada saudara-saudari yang menganut agama Islam karena pada hari itu mereka bersukacita. Kesempatan ini juga dapat menajdi kesaksian hidup yang baik bagi sesama kita.
Tuhan Yesus berfirman agar kita ‘Mengasihi sesama kita” dan ini disambung oleh rasul Paulus dengan memberikan nasehat untuk hidup dalam kasih dan bercukacita dengan sesama kita yang sedang bersukacita.
Ada tiga alasan mengapa kita harus bersukacita bersama orang yang bersukacita merayakan hari raya Idul Fitri, yaitu: pertama, karena umat Islam adalah sesama kita juga; kedua, umat Islam menyembah Allah yang sama dengan umat Kristen; dan ketiga, karena perayaan Idulfitri hanya perayaan ritual bukan perayaan penyembahan yang doktrinal.
Pertama, umat Islam adalah sesama kita sudah jelas, bahkan bukan hanya itu, banyak orang Kristen mengatakan bahwa mereka adalah ‘saudara sepupu.’ Ini benar, dan data Alkitab menyebut bahwa mereka bukan saja saudara sepupu dalam hal darah tetapi juga dalam hal iman. Orang Arab baik menurut sumber Kristen maupun Islam disebut Semitik, keturunan Sem melalui anaknya Aram (Israel melalui Arphaksad), Ibranik, keturunan Eber (dari nama mana disebut ‘Ibrani’) melalui anaknya Yoktan (Israel melalui Peleg), dan Abrahamik, keturunan Abraham melalui anaknya Ismail (Israel melalui Ishak) dan juga keturunan Ketura.
Kedua, umat Islam menyembah Allah yang sama juga sudah jelas. Secara sejarah, rumpun Semitik, Ibranik, dan Abrahamik, menyembah ‘Il Semitik’ yang sama, yang dalam dialek Ibrani dipanggil ‘El’ dan dialek Arab dipanggil Allah’ (dalam dialek Aram-Siria dipanggil ‘Alaha’). Orang Arab yang menganut agama Yahudi, Kristen, dan Hanif (monotheisme Abraham) jauh sebelum hadirnya Islam sudah menyembah ‘Allah.’ Demikian juga, isi Al-Quran menyebut nama-nama nenek moyang dan sesembahan yang juga ada dalam Tenakh (kitab suci Yahudi yang diterima Kristen sebagai Perjanjian Lama). Memang wahyu yang diterima ketiga agama Samawi ini berbeda, yaitu Israel menerima Tenakh, Kristen menerima Tenakh dan Perjanjian Baru, dan Islam sebenarnya menerima keduanya dan Al-Quran. Memang disadari bahwa isi wahyu kita suci ketiganya ada bedanya, namun perbedaan itu janganlah mengakibatkan kita terperosok kepada stereotip keliru seakan-akan karenanya ‘Allah’nya beda. Sebagai pribadi, Allahnya sama namun pengajaran/aqidah-nya mengenai Allah yang sama itu berbeda.
Ketiga, perayaan Idul-Fitri, adalah perayaan berakhirnya masa puasa. Dalam hal puasa, baik agama Yahudi maupun Kristen juga melakukannya, hanya dalam porsi dan maksud yang berbeda, jadi tentu bukan hal prinsipiil kalau kita memberi selamat kepada umat Islam yang merayakan ritual puasa (Ini berbeda dengan kalau kita memberikan selamat kepada umat Islam yang merayakan Idul-Adha, karena ini menyangkut pengajaran dan jalur keselamatan yang berbeda. Agama Yahudi dan Kristen mempercayai Ishak yang dikorbankan yang kelak menurunkan Yesus, sedangkan Islam mempercayai Ismaillah yang dikorbankan).
Berdasarkan tiga alasan di atas, adalah baik kalau umat Kristen memberi salam selamat kepada saudara/i yang beragama Islam, baik melalui surat, SMS, tilpon, maupun dengan mengunjungi keluarga itu. Memang ada kalangan Islam fanatik yang mengharamkan ‘selamatnya orang Kristen kepada mereka’ namun janganlah sikap sebagian umat ini menghalangi kita untuk bersalam-salaman dengan yang terbuka. Di kalangan umat Kristenpun ada yang fanatik yang mengharamkan ‘menyelamati umat Islam’ dan menganggap nama ‘Allah’ itu nama Islam yang artinya ‘dewa air/bulan’ (suatu sikap yang menutup diri pada kenyataan sejarah Arab).
Marilah kita berdoa untuk saudara/i kita pemeluk agama Islam agar ‘Allah’ sendiri yang membukakan wahyu yang benar kepada mereka, dan sesuai dengan ucapan Yesus pada ‘Kotbah di Bukit’, marilah kita membuka terang kita dengan perbuatan kita yang baik agar juga terlihat oleh orang Islam sehingga mereka melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Bapa yang di sorga.
Kesempatan bersalam-salaman adalah kesempatan setidaknya sekali dalam setahun dimana kita dapat mengadakan kontak yang lebih erat dengan saudara/i kita sesama bangsa Indonesia yang umumnya menganut agama Islam. Bertindak eksklusif bahkan menyalahkan mereka lebih merupakan sentimen Barat dan Yudaisme daripada kasih yang diajarkan Yesus. Kesempatan ini juga dapat kita berikan untuk menyatakan kasih sebagai ‘garam dan terang dunia’ bukan melalui perdebatan teologis yang bertele-tele, namun dengn kasih dan buah-buah roh yang kita perlihatkan dengan nyata.
Kiranya damai sejahtera Allah dalam Kristus Yesus menyertai kita sekalian dan saudara/i kita yang menganut agama Islam. Dan marilah kita bersaksi dan berdoa semoga kasih dari Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus menyertai kita semua.
Amin.Salam kasih dari Redaksi YABINA Ministry www.yabina.org.
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]