RENUNGAN Desember 2004               


Kekuasaan
 

Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:26-28)

Pemilu 2004 telah berakhir dan presiden telah terpilih, namun disekitar Pemilu itu kita dapat melihat fenomena menarik di panggung politik dimana terlihat sekali bahwa untuk menjadi pemimpin, banyak cara ditempuh manusia, bahkan dengan cara-cara yang tidak terhormat misalnya dengan mengorbankan lawan politiknya.

Kita melihat di partai-partai dimana kemudian terjadi usaha untuk mengganti pimpinan, di Golkar kita lihat ketuanya memecat mereka yang tidak mendukung kemauannya. Tidak urung partai Demokrat yang mencalonkan presiden yang sekarang, belum 100 hari berjalannya pemerintahan sudah terjadi perpecahan dimana Ketua Umum memecat Sekjen dan kemudian Sekjen melakukan manuver politik untuk melakukan tindakan balasan.

Rebutan kursi kepemimpinan bukan urusan partai politik saja, sebab di kalangan gereja-gereja kasus serupa juga bukan barang langka. Dua bulan lalu pemilihan ketua umum sinode GBI mengalami ricuh dengan adanya demo premanisme yang memaksakan calonnya masuk nominasi, dan kasus terakhir kita lihat dalam perebutan kursi nomor satu PGI yang menunjukkan betapa kursi nomor satu itu memiliki lem perekat yang luar biasa lekatnya sehingga segala cara diusahakan oleh mereka yang sudah terbiasa mendudukuinya untuk terus duduk disitu.

            Bukan rahasia lagi, dimana kursi kepemimpinan memang mendekatkan seseorang pada puncak kekuasaan dan puncak kekuasaan itu tidak lepas membuka peluang ke asset organisasi, organisasi yang sebagai layaknya struktur piramid, menjadi tempat tertimbunnya harta organisasi yang besar sekali, dan makin tinggi seseorang dalam struktur organisasi, makin terbuka luas untuk menyalahgunakan kekuasaannya untuk menggunakan uang organisasi. Benar kata orang ‘Kekuasaan itu cenderung korup.’

            Semua orang sudah menyadari bahwa ‘Tahta’ dan ‘Harta’ adalah dua nama yang saling bersimbiose, dan kalau seseorang mendapatkan atau memiliki yang satu, ia cenderung akan memiliki yang satunya lagi. Sejak zaman dahulu sampai sekarang, selama manusia masih hidup dalam kedagingan, kecenderungan mengejar tahta dan harta demi kepentingan sendiri dan kelompok memang belum pernah pupus.

            Di balik kecenderungan manusia yang mengejar tahta dan harta, bagaimana sebenarnya pelayanan yang dikehendaki dan dicontohkan oleh Tuhan Yesus sendiri?

            Dalam konteks ayat yang disebutkan di atas, kita melihat bagaimana konsep ibu Yakobus dan Yohanes terpengaruh juga semangat zaman itu bahwa orang yang menjadi nomor satu atau setidaknya yang duduk di kanan dan kiri orang pertama tentu kehidupannya akan terjamin dan memiliki kekuasaan, namun ia tidak mengira bahwa jawaban Tuhan Yesus berbeda dengan konsepnya semula mengenai tahta dan harta.

Yesus justru mengemukakan konsep yang ‘antitesis’ yaitu bahwa yang “ingin menjadi besar, hendaklah  menjadi pelayan, konsep yang berlawanan dengan akal sehat manusia, sebab seorang pemimpin itu biasanya dilayani (ia melihat betapa Herodes dan Pilatus dilayani).

Kemudian kembali Tuhan Yesus menyatakan bahwa “barangsiapa ingin menjadi terkemuka, hendaklah menjadi hamba”. Ucapan Yesus ini bukan suatu teori atau idealisme, sebab Ia telah menjadi teladan dan contoh hal itu: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani” dan lebih dari itu, Ia ”memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.

            Pelayan rohani atau yang biasa disebut sebagai hamba Tuhan perlu rendah hati untuk bisa menghayati teladan Yesus, seperti apa yang dikatakan rasul Paulus, agar “Ikutlah teladanku seperti aku menurut teladan Kristus.” Memang tidak mudah, namun itulah sebenarnya yang harus dilakukan oleh para hamba Tuhan sebagai konsekwensi melayani Tuhan. Dalam kamus Tuhan Yesus kepemimpinan adalah pelayanan dan bukan kejuraganan, dan seharusnya seorang pelayan Tuhan pun kalau ia menjadi pemimpin entah perusahaan, pemerintahan, atau organisasi kemasyarakatan umum, seharusnya ia juga menunjukkan tekad untuk melayani dan bukan untuk dilayani.

            Kepemimpinan dan menduduki puncak organisasi adalah karunia yang tidak dimiliki semua orang, dan seperti kepemimpinan Musa, ia menjadi puncak organisasi piramidal yang membawa umat Israel keluar dari tanah Mesir. Musa tidak mengejar kedudukan, bahkan kedudukan sebagai anak Firaun ditinggalkannya), dan ia tidak mencari uang (ia tinggalkan kenikmatan duniawi istana Firaun). Namun satu hal jelas yaitu ia mengemban tugas melayani Tuhan dengan melayani bani Israel keluar dari tanah perbudakan menuju tanah perjanjian dimana mereka akan menjadi orang merdeka.

            Ayat-ayat diatas perlu menjadi tekad kita agar kedudukan yang kita terima harus disyukuri sebagai karunia Tuhan dan sebagai tugas mulia untuk melayani dengan lebih luas dan bukan untuk mengumpulkan uang yang ujung-ujungnya justru menyengsarakan massa yang dipimpin.

            Semoga ayat-ayat diatas menyegarkan ingatan kita dalam konteks kedudukan yang kita miliki pada saat ini.

Amin.

Salam kasih dari Redaksi YABINA Ministry www.yabina.org.


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]