RENUNGAN April 2004               


IA TELAH BANGKIT (2)
 

            Sebenarnya, masalahnya, peristiwa penyaliban Yesus telah terjadi, tetapi kubur Yesus kosong, dan mayatnya tidak ditemukan dan tentu tidak dicuri oleh para murid karena mereka sedang ketakutan dan kubur itu dijaga ketat oleh legiun Romawi. Teori-teori yang menyebutkan bahwa sebenarnya Yesus tidak mati tapi sekedar pingsan dan setelah sadar dan kuat berkelana dan mati pada umur tua di Marseiles, Mesir, Masada, atau Kashmir merupakan mitologi yang lebih fiktif dibandingkan apa yang mau dibuktikan. Juga bagaimana mungkin tentara Legiun Romawi bisa disuap dengan resiko hukuman mati dari atasannya bila apa yang dijaganya sampai hilang dicuri para murid yang ketakutan? Dan bagaimana pula mungkin bahwa tentara Romawi yang begitu disiplin dan sudah terbiasa membunuh itu tidak bisa tahu bahwa Yesus benar-benar sudah mati atau sekedar pingsan?

            Hal yang perlu diperhatikan adalah motivasi para murid dan penulis Alkitab. Bila dianggap bahwa Kitab Injil ditulis dengan rekayasa cerita oleh penulisnya, marilah kita melihat kemungkinannya secara luas. Kita melihat bahwa hasil dari pengajaran Yesus dan peristiwa kebangkitannya mendatangkan tiga hal pada pengikutnya, yaitu bahwa mereka mengalami (1) ‘hidup yang baru’, (2) ‘pengharapan yang baru’, dan (3) ‘perilaku baru.’ Para murid Yesus telah mengalami transformasi kejiwaan sehingga mereka mengalami hidup baru yang menghasilkan kehidupan yang tidak bohong, jujur dan apa adanya. Seorang penulis Injil bisa saja mengalami distorsi informasi sebagai bagian dari keterbatasannya sebagai manusia, namun data-data kebangkitan yang begitu banyak menunjukkan bahwa mereka melaporkan suatu peristiwa sejarah apa adanya. Bila menilik motivasi menulis para pengikut dengan motivasi para skeptik, kelihatannya yang terakhir lebih mungkin melakukan manipulasi dan rekayasa argumentasi.

            Suatu fakta alami yang benar bisa saja dilaporkan bohong oleh seorang rasionalis dan fakta supra-alami bisa saja benar terjadi bila dilaporkan seorang yang jujur, dan bisa saja seorang skeptik menganggap kebohongan publik dipercayai tidak bohong dan kebenaran supra-alami dianggap bohong. Tepat seperti yang diungkapkan oleh J.I.Packer, bahwa: “Antitesa yang benar di sini, telah kita lihat, bukanlah terletak antara iman dan rasio (seandainya percaya dan pemikiran bersifat eksklusif), tetapi antara penggunaan rasio dengan iman dan penggunaan rasio tanpa iman.” (Fundamentalism and the Word of God, h.100). Dan salah satu buah iman yang ditunjukkan oleh para murid adalah bahwa kehidupan baru mereka karena iman menghasilkan perilaku yang jujur dan berbicara apa adanya dan rela berkorban memberitakan Injil Kebangkitan tanpa pamrih. Rasanya para skeptik dengan misi provokasi mereka tidak setulus para penjala ikan dari Galilea itu.

            Data-data jelas lainnya mengenai Yesus yang bangkit dari kematian dengan tubuh aslinya adalah bahwa ‘kubur itu kosong’ dan tidak ada kuburan lain yang secara jelas menunjukkan itu berisi mayat Yesus. Para musuh Yesus, pemimpin Yahudi dan penguasa Romawi tidak dapat membuktikan bahwa tubuh Yesus tidak lenyap (karena itu disebarkan isu pencurian mayat bahkan oleh mahkamah agama), padahal sepasukan laskar Romawi yang begitu tangguh dan disiplin menjaga kubur dengan ketat.

            Kehidupan para rasul dan pengikut Yesus mengalami perubahan radikal berkat fakta Yesus yang bangkit. Petrus yang ‘pengecut’ menjadi ‘martir kebangkitan’ yang berani dan Saulus sipembunuh menjadi Paulus ‘rasul kebangkitan’ yang rela mati bagi fakta kebangkitan yang bersejarah itu. Rasul Paulus sendiri melihat Yesus yang telah bangkit dan ia mengatakan bahwa ketika ia menulis surat Korintus masih banyak saksi kebangkitan yang masih hidup yang masih bisa memverifikasi fakta sejarah itu. Banyaknya martir yang rela mengorbankan nyawa mereka demi kasih pada sesama, dan demi iman dan pengharapan bahwa tubuh umat percaya akan dibangkitkan kelak sekalipun jasmani mereka dihancurkan, menunjukkan indikasi kuat bahwa kebangkitan tubuh Yesus memang benar terjadi.

            Biasanya kasus-kasus ‘apparition arwah’ menjadikan orang berani bulu kuduknya berdiri dan timbul rasa takut, namun kebangkitan Yesus menjadikan orang-orang yang semula takut menjadi berani dan dengan sukacita memberitakan berita ‘Yesus yang Bangkit’ yang telah mereka lihat dan dalam tubuh kebangkitan itu memberi amanat agung bagi mereka untuk bersaksi dengan berani!

            Perubahan radikal lainnya yang timbul sebagai akibat fakta sejarah ini adalah, bahwa kitab-kitab sejarah mencatat bahwa segera setelah penyaliban Yesus di Palestina meletus suatu kesaksian yang luar biasa mengenai kebangkitan Kristus dari kematian dan meluas ke mana-mana, tentu hal ini tidak akan terjadi kalau Yesus tidak bangkit. Demikian juga terjadi perubahan drastis dari perayaan ‘Sabat’ yang begitu ketat dipegang oleh umat Yahudi, menjadi hari ‘pertama dalam minggu’, hari yang mengenang kebangkitan ‘Tuhan Yesus’ yang memang benar-benar terjadi dalam ruang dan waktu.

            Apakah peristiwa kematian dan kebangkitan Anak Allah menunjukkan ‘sadisnya Allah Kristen’ yang rela membunuh anaknya sendiri? Rasanya soal ini tidak bisa begitu saja dilihat secara terpisah dari konteks drama penebusan sepanjang sejarah manusia, sebab kematian Yesus adalah suatu terobosan untuk menebus dosa yang telah mengotori umat, suatu misteri kosmos yang tidak mungkin dimengerti dengan keterbatasan rasio manusia. Yesus tidak dikorbankan, tetapi Allah menjadi manusia (Immanuel) berkorban untuk menolong umat manusia yang tidak berdaya menghadapi kuasa dosa. Karena itu kematian dan kebangkitan Yesus bukan saja penting tapi juga perlu diketahui semua orang agar setiap orang menyadari keberadaannya yang berdosa dan mendapat jalan keluar pelepasan dan hidup baru dalam kebenaran.

            Tetapi, bukankah suatu arogansi kalau menyebut Yesus juruselamat manusia sedangkan jalan-jalan lain tidak? Dan bukankah itu sikap eksklusif yang bertentangan dengan semangat inklusif yang belakangan ini digalakkan? Adalah arogan dan eksklusif bila kita mengatakan bahwa Yesus satu-satunya jalan bila kebenarannya ada banyak jalan ke surga. Namun bila benar-benar Yesus adalah juruselamat satu-satunya, maka adalah arogan dan eksklusif bila seseorang tidak mau memberitahukan hal itu kepada sesamanya. Bukankah bila faktanya begitu, bila terlambat orang-orang lain justru akan menyesalkan dan menghujat pengikut Yesus Kristus karena mereka tidak mau memberitakan jalan yang benar.

            Yesus yang bangkit menawarkan kepada kita semua terbukanya jalan untuk pengampunan dosa-dosa kita, mencapai hidup yang baru, hidup yang berpengharapan dan hidup dengan perilaku yang baru. Dan sekalipun kita akan mati sekali waktu bila Kedatangan Yesus belum terjadi, kita akan dibangkitkan kembali sehingga berhak hidup dalam kemuliaan sorgawi.

Salam kasih dari Redaksi YABINA ministry www.yabina.org
 


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]