RENUNGAN Mei2004
[_private/r_list.htm]Damai Sejahtera
“Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera” (1 Korintus 14:33).
Masa kampanye dan Pemilu Legislatif, 5 April 2004, telah kita lewati, dan berbeda dengan pemilu sebelumnya, pemilu kali ini benar-benar ditandai bukan dengan kekacauan tetapi dengan damai sejahtera dari Tuhan.
Banyak orang kuatir bahwa pemilu kali ini akan berdarah-darah, sebab kampanye pra-pemilu sebelumnya telah mencetuskan konflik berdarah di Bali antara dua parpol utama yang cukup meresahkan masyarakat. Namun benar-benar doa-doa mereka yang berkehendak baik telah diperkenan Tuhan dan damai sejahtera menyertai Indonesia, damai sejahtera bukan sebagai slogan dari manusia, tetapi damai sejahtera sebagai kasih karunia dari Tuhan yang dirasakan dalam hati dan kehidupan sehari-hari agar kita dapat hidup berdampingan sebagai saudara sebangsa dan setanah air.
Sekalipun ada riak-riak ketidak puasan dengan kinerja kerja Komisi Pemilihan Umum, seperti adanya peserta pemilu yang tidak terdaftar, surat suara yang salah kirim, oknum-oknum yang menyalah gunakan jabatannya untuk memenangkan partai politik tertentu, oknum-oknum pendata hasil pemilu yang memanipulasi data perolehan suara yang sebenarnya, dan lain-lain, riak-riak itu dapat dikatakan kecil dibandingkan keseluruhan yang sekalipun harus diluruskan demi keadilan, riak-riak itu tidak sampai menghambat pesta demokrasi yang telah berhasil dijalankan paling demokratis selama ini.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan bahwa situasi ditanah air pada masa pemilu telah berjalan dengan baik dan saat ini rakyat Indonesia sedang menunggu hasil-hasil pemilu, dan banyak pelajaran dapat kita petik dari peristiwa pemilu legislatif yang baru kita lalui itu.
Kita dapat belajar untuk bisa menghargai kepelbagaian, kita pun harus bisa menerima dengan lapang dada misalnya bila memperoleh jumlah suara yang kecil bahkan dibawah electoral threshold sekalipun, dan kita juga harus berlapang dada untuk menerima kritik oposisi karena itulah demokrasi. Di masa ORBA memang oposisi atau kekuatan diluar kekuatan ORBA tidak boleh ada, akibatnya timbullah gerakan-gerakan radikal sebagai katharsis dorongan ide-ide yang tidak tersalur.
Masakini kondisi itu lebih demokratis, semua partai bahkan yang beroposisi pun bisa mendaftarkan diri sebagai peserta pemilu asalkan memenuhi persyaratan verifikasi memperoleh dukungan cukup di propinsi-propinsi, dan rakyat Indonesia yang memenuhi syarat dan terdaftar juga secara bebas bisa memilih parpol yang sesuai dengan selera hatinya. Kita patut bersyukur kepada Tuhan atas semua yang telah terjadi demikian.
Namun, urusan pemilu 2004 belumlah selesai, sebab sekarang kita diperhadapkan dengan tahap kedua pemilu 2004 yaitu pemilihan presiden secara langsung. Karena itu, kita perlu tetap berdoa dan berharap agar pemilihan presiden yang akan diadakan pada tanggal 5 Juli 2004 tidak sampai mengalami kekacauan melainkan kiranya damai sejahtera Tuhan menyertai kita semua rakyat Indonesia.
Kekacauan, kemarahan, emosi, intrik-intrik dalam berebut kursi yang mengarah kepada arogansi kekuasaan bukanlah cara Tuhan, tetapi cara Tuhan adalah damai sejahtera yang menyertai kita, dan adalah tugas umat Kristen untuk ikut “mensejahterakan negara dimana kita berada dan mendoakannya pula” (bandingkan Yeremia 29:7).
Marilah kita tetap bertekun dalam doa dan harapan, dan berusaha agar pemilu presiden mendatang disamping tidak mengalami kekacauan dan berjalan dengan damai sejahtera Tuhan, benar-benar menghadirkan presiden yang cakap, takut akan Allah, dapat dipercaya, dan benci kepada pengejaran suap (KKN) (bandingkan: Keluaran 18:21). Dengan demikian Indonesia membuka pintu kesempatan memasuki era baru dimana rakyat memperoleh keadilan dan kesejahteraan yang lebih merata.
Amin!Salam kasih dari Redaksi YABINA ministry www.yabina.org