RENUNGAN Juli 2004               


Sadis, Porno & Mistis
 

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)

Beberapa hari yang lalu ada pendeta menilpon mengundang ceramah di gerejanya soal ‘Misteri dan Kuasa Kegelapan.’ Yang menarik untuk diperhatikan adalah bahwa undangan itu adalah salah satu dari beberapa undangan gereja-gereja yang belakangan ini diterima yang meminta tema berbau okult yang sama. Kelihatannya masalah okultisme sudah terbuka dan bukan lagi merupakan masalah yang tabu dibicarakan.

Koran Media Indonesia tanggal 15 Juni 2004 memuat berita berjudul: “Stop, Tayangan Sadis, Porno, dan Mistis.” Berita itu adalah ulasan dari seminar yang diselenggarakan di Jakarta sehari sebelumnya oleh Sekertariat Kine Klub Indonesia (Senakki). Senakki menyelenggarakan seminar demikian menindak lanjuti keluhan dan protes masyarakat yang makin gencar ditujukan pada tayangan film, TV dan majalah, yang belakangan ini makin sarat menonjolkan sadisme, pornografi dan mistik.

Kita sudah banyak disuguhi film-film laga yang berdarah-darah dan penuh kekejaman, siaran TV banyak menayangkan adegan laga ‘smack down’ sampai ‘ultimate fighting championship.’ Belum lagi film-film keras makin banyak ditayangkan TV seperti yang diperani oleh Zchwazenneger, van Damme, Bruce Lee, sampai Xena.

Film-film porno sudah beredar luas melalui VCD bajakan yang dengan mudahnya bisa dibeli di pedagang kaki lima. Majalah-majalah banyak yang menonjolkan foto & cerita porno, termasuk iklan-iklan yang menggoda, dan kelihatannya aparat tidak berdaya menghadapi peredaran pornografi demikian. Belum lagi pengungkapan semacam ‘Jakarta Undercover’ mengupas tuntas masalah pornografi yang sudah diekspor dari layar lebar & kaca ke kehidupan nyata.

Film-film bertema misteri, mistik dan okult sekarang sudah diputar oleh semua stasiun TV kecuali MTv barangkali. Film-film Lord of the Rings dan Harry Potter adalah film-film papan atas. Nyaris semua stasiun TV punya rating tinggi untuk film-film jenis beginian. Film-film demikian biasa bercampur dengan adegan pornografis maupun sadistis. Kita belum lupa akan sinetron ‘kolor ijo’ yang menonjolkan ketiga aspek tersebut, dan sebelumnya ada film yang benar-benar menonjolkan sex, sadisme & satanisme secara vulgar dan dianggap sebagai film anak-anak dengan judul ‘The Bride of Chucky.’

Masyarakat sudah melihat dampak film-film demikian terhadap generasi masakini, dimana dalam kehidupan sehari-hari sadisme, pornografi, dan mistisisme sudah menjadi hidangan umum yang bisa dilihat dampaknya dalam berita-berita di surat kabar dan terutala tabloid sensasi semacam ‘Pos Kota’ di Jakarta. Dampak ini bukan hanya ditiru kalangan atas dan dewasa tetapi sudah ditiru kalangan bawah dan miskin. Pengaruh kegelapan memang sudah membentangkan sayapnya ke semua lini kehidupan bermasyarakat.

Bila masyarakat umum banyak yang sudah bereaksi terhadap tayangan tidak mendidik demikian seperti yang kemudian dikristalkan oleh Senakki seperti yang ditulis diawal tulisan ini, umumnya masyarakat Islam sangat reaktif dengan tayangan demikian. Bahkan, ada kalangan ini yang main hakim sendiri dengan meluluh lantakkan kelab-kelab malam dan cafe yang cenderung merusak moralitas masyarakat.

Sayang, kalangan gereja dan persekutuan doa kurang aktif terlibat dalam usaha-usaha penyadaran demoralisasi itu. Memang kita tidak perlu menjadi massa yang ingin melempari perempuan berzinah dengan batu, tetapi dimanakan firman Yesus yang menyuruh perempuan pezinah itu untuk “Jangan Berdosa Lagi” kita dengungkan dalam kotbah-kotab gereja dan KKR, dan dalam kehidupan nyata dimasyarakat?

Kita melihat adanya fakta bahwa banyak umat Kristen kurang lagi memiliki kesadaran moral atas sadisme, ponografi dan okultisme seperti masyarakat pada umumnya. Kita perlu prihatin menyaksikan bahwa banyak kelab malam diisi preman yang secara statistik beragama kristen. Banyak konflik perkotaan yang sadistik terjadi di kalangan kristen, dan bahkan ada gereja yang jemaatnya saling berlaku keras terhadap sesamanya yang meminta korban jiwa.

Rasanya firman Tuhan Yesus dan tulisan rasul Paulus diawal tulisan ini perlu menyadarkan kita bahwa menjadi orang Kristen bukan hanya urusan ‘pengakuan iman sesuai doktrin yang orthodox’ saja tetapi sekaligus perlu melahirkan kita baru sehingga meninggalkan jalan kedagingan dan memasuki kehidupan dalam roh. Manusia kristen sering berstandar ganda bahwa ia mengaku iman yang lurus tetapi berakting sadistik, rajin ke gereja tetapi dalam fungsi bisnisnya menjalankan perilaku ‘homo homini lupus.’

Penulis teringat masalalu ketika mengerjakan proyek hotel di Bali. Kala itu ada rekan arsitek yang dihari minggu pagi menghilang yang ternyata ke gereja, tetapi di malam minggunya ia juga menghilang untuk menelusuri kehidupan malam di ‘pulau dewata’ itu demi profesinya (ia sedang berakting sebagai seorang pengusaha yang harus menservis klien). Kehidupan terbelah ini sempat mencetuskan ucapan: “Minggu pagi mencari hostia (di gereja) tapi malam minggunya mencari hostes (di kelab malam).” Suatu kehidupan mendua yang banyak dialami orang beragama masakini.

Sudah tiba saatnya umat Kristen berintrospeksi, disatu sisi ia harus menyadari apa arti kehidupan dalam ketaatan dan kekudusan bersama Kristus, dengan demikian ia perlu menyadari apakah masih terus menerus menonton film-film sadis, porno dan mistis, atau sebaliknya mengikuti ucapan rasul Paulus di atas. Bila umat Kristen sendiri belum menyadari hakekat kehidupan etisnya secara nyata, bagaimana ia bisa menyadarkan orang lain mengenai hal yang sama?

Tetapi, bila umat Kristen sudah menyadari hakekatnya dan sudah ‘berubah sesuai dengan pembaharuan budi’ (Rm.12:1-2), ia dapat dan berkewajiban untuk mengingatkan orang lain akan bahaya dari kecenderungan dunia yang makin mengidolakan kekerasan, kenajisan, maupun kuasa-kuasa kegelapan demikian. Pengikut Yesus perlu menjadi terang ditengah kehidupan sekuler yang makin hari makin dikuasai oleh kegelapan, kenajisan dan kekerasan itu.

“Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8)

Amin!

Salam kasih dari Redaksi YABINA ministry www.yabina.org
 

[_private/r_list.htm]