RENUNGAN Januari 2005               


Tsunami
 

Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menurut hawa nafsunya. Kata mereka: “Dimanakah janji tentang kedatangan-Nya itu? Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan.” Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air oleh air, dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik. Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa dihadapan Tuhan satu hari sama seperti satu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.Tuhan tidak lalai menempati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya kelalaian, tetapi Ia sadar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dengan nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap .” (2Petrus 3:3-10)

Mengapa memilih judul yang tidak ada kaitannya dengan Tahun Baru 2005 yang baru dimasuki? Sebenarnya ada, yaitu dibalik ucapan ‘Selamat Hari Natal 2004 dan Tahun Baru 2005’ ada antithema bencana yang terjadi di Aceh yang terjadi justru di antara hari Natal dan Tahun Baru yang memporak-porandakan bangunan dan tanah, dan mengakibatkan 80.000 orang meninggal. Dibalik ucapan belasungkawa yang kita sampaikan dan sumbangan yang kita kirimkan, ada pelajaran yang bisa kita renungkan.

Rasul Petrus dalam suratnya di atas mengingatkan orang-orang yang beranggapan bahwa semua kejadian di dunia terjadi seperti sediakala, semua aman dan damai, dan bahwa dunia akan berjalan baik selama-lamanya. Faham demikian dikenal sebagai ‘uniformitarian’ yang dikenal dari motto yang dikemukakan James Hutton, bahwa ‘the present is the key to the past,’ yaitu segala yang bisa terjadi dimasa lalu juga bisa terjadi dimasa sekarang. Pandangan uniformitarian ini kemudian dikawinkan dengan teori evolusi yang dikembangkan Charles Darwin dalam Biologi lalu Charles Lyell dalam Geologi.

Kedua pandangan itu menghasilkan anggapan bahwa segala sesuatu berjalan seperti dahulukala dan kalau ada perubahan sifatnya sangat lambat dan maju secara evolusi dalam milyaran tahun, dan bahwa lapisan yang tertua akan berada di lapisan bumi yang paling bawah yang berangsur-angsur ditutup dengan lapisan yang lebih muda dalam ratusan juta tahun, dan bahwa semua mahluk itu berasal dari yang primitif sampai ke yang kompleks yaitu manusia melalui proses yang panjang sekali.

Pandangan uniformitarian ini mendasarkan diri pada perhitungan extrapolasi, yaitu dari data pendek yang bisa diukur dan diketahui kemudian diekstrapolasikan menjadi data yang panjang sekali, dan pandangan uniformitarian ini mengabaikan kemungkinan adanya bencana mendadak yang bisa mengubah suatu proses berangsur-angsur hanya dalam sekejap. Pandangan perubahan besar yang drastis seperti bencana ini disebut sebagai ‘catastrophe.’ Kasus Tsunami yang menimpa Aceh, Malaysia Utara, Thailand, India Selatan, dan Srilangka, bahkan sampai Somalia di Afrika Timur, menunjukkan adanya bencana mendadak sekalipun dalam skala mini yang ternyata bisa mengubah arah suatu proses evolusi yang mestinya berlangsung panjang sekali.

Rasul Petrus mengingatkan para uniformitarian bahwa setidaknya ada tiga peristiwa catastrophe yang dialami bumi, yaitu: (1) penciptaan; (2) banjir besar zaman Nuh; dan (3) hangusnya bumi pada akhir zaman. Yang ketiga belum terjadi tetapi banyak dinubuatkan dalam Alkitab.

Sekalipun banyak ahli sekarang mempercayai catastrophe ‘big bang’ umumnya para ahli modern tidak mempercayai catastrophe ‘air bah zaman Nuh’, dan lebih-lebih catastrophe ‘akhir zaman’ diabaikan.

Kasus bencana Tsunami sekalipun kecil dalam skala dunia bila dikaitkan dengan tulisan Petrus bisa mengingatkan kita bahwa kemungkinan catastrophe puncak bisa terjadi sebagai akhir zaman dan bencana Tsunami bisa merupakan awal tanda yang mengarah ke situ. Akhir zaman dalam kitab Kejadian disebut akan bersifat ‘non-banjir’ yaitu bukan seperti banjir zaman Nuh (Kej.8:21;2Ptr.3:6) atau bencana Tsunami yang lebih besar, namun juga disertai gempa bumi (Mat.24:7), matahari dan bulan tidak akan bercahaya dan bintang-bintang berjatuhan dan adanya keguncangan kuasa langit, dan laut yang menderu dan bergelora (Mat.24:29;Mrk.13:24-25;Luk.21:25). Disebutkan lagi bahwa bulan menjadi darah yang berarti cahaya Matahari makin meredup dan akhirnya baik matahari maupun bulan tidak bercahaya lagi (hypernova?, Kis.2:20;Why.6:12)

Menurut rasul Petrus hari Tuhan akan bersifat sesuatu yang dikaitkan dengan api yang membakar dan menghanguskan (2Ptr.3:7,10,12), dan rasul Yohanes menyebutnya lebih spesifik bahwa penghangusan itu terjadi layaknya jatuhnya meteor dan komit (Why.8:7-10) atau tepatnya terjadi pertemuan orbit bumi dan sebuah komit besar dan pada saat itu bumi dan komit keduanya berada pada titik itu dan bertabrakan (collision). Catastrophe akhir zaman akan berupa kegoncangan langit dimana kuasa pengikat dan penyimbang benda-benda langit akan guncang dan tidak berfungsinya matahari sebagai pusat tata-surya menyebabkan runtuhnya tata surya dan galaksi alam semesta.

Dari sudut pandang uniformitarian dan evolusi, kejadian-kejadian astronomis ini kemungkinannya kecil dan baru bisa terjadi milyaran tahun kedepan, namun satu hal yang pasti adalah bahwa sekarang kita sudah bisa melihat tanda-tanda pendahuluannya dengan makin banyaknya terjadi gempa bumi dan deru dan gelora laut (disebabkan tsunami dan topan badai?), dan dikatakan bahwa Tuhan Yesus dan hari Tuhan akan datang seperti pencuri, artinya situasi itu bisa datang dengan tiba-tiba tak terduga kapan saja. Sekalipin kemungkinannya menurut perhitungan manusia sekali terjadi dalam milyaran tahun, yang sekali itu bisa terjadi kapan saja.

Catastrophe Tsunami sekalipun masih bersifat mini sudah menghasilkan korban seratus ribu lebih dimana 80 ribu korban ada di Aceh, dan catastrophe ini masih bisa ditanggulangi dengan bantuan dari sana-sini, namun kalau catastrophe akhir zaman datang, tidak akan ada lagi manusia yang bebas dari kebinasaan karena malapetaka akan menimpa bumi secara total.

Tetapi, satu hal yang menguntungkan adalah bahwa Hari Tuhan belum datang, di sini rasul Petrus memberi pesan yang patut disyukuri bahwa masa menunggu itu merupakan anugerah yang membuka kesempatan bagi manusia untuk tidak ikut binasa bila dapat memanfaatkan kesempatan untuk berbalik dan bertobat dari jalannya yang salah sebelum terlambat.

Marilah kita jadikan kasus catastrophe Tsunami di Aceh sebagai peringatan bahwa Tuhan tidak akan lalai dalam menepati janji-Nya, dan menjadikan kasus Tsunami itu sebagai alat pendorong agar kita lebih serius dalam beriman kepada Tuhan dan menyiapkan diri kita agar layak masuk dalam kebangkitan kedua dalam langit dan bumi baru dengan cara berbalik dan bertobat dan menyembah Tuhan.  

Amin.

Salam kasih dari Redaksi YABINA Ministry www.yabina.org.


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]