RENUNGAN Desember 2005               


HADIRNYA KASIH ALLAH
 

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

Bulan Desember merupakan bulan yang penuh hikmat, sebab di bulan ini umat Kristen mulai memasuki masa peringatan penantian akan kelahiran Yesus di Betlehem 2 milenia silam yang dikenal sebagai hari Natal.

Natal adalah penyataan kasih Allah kepada setiap orang dan kasih itu dinyatakan bukan sekedar sebagai peristiwa kelahiran tetapi sebagai kehadiran kasih dan damai sejahtera Allah di muka bumi. Namun, sudah hadirkah kasih natal itu dalam diri kita dan terutama bagi bangsa Indonesia dimana banyak umat percaya hidup di dalamnya?

Kalau kita menyimak perjalanan bangsa Indonesia dengan pemerintah barunya di tahun 2005 yang telah kita jalani selama 11 bulan, kita dapat melihat bahwa kasih Allah itu belum dirasakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia terutama golongan menengah ke bawah.

Rakyat dikejutkan dengan berbagai malapetaka seperti bencana alam, teror bom, pengrusakan tempat ibadah, permusuhan dan pembunuhan yang berlatar belakang SARA, penggusuran PKL maupun rumah dan kios tanpa izin, dan ini diperparah dengan kenaikan sampai dua kali harga BBM baru-baru ini yang secara berantai menambah berat hidup sebagian besar rakyat Indonesia, lebih-lebih dengan terbuka lebarnya kemungkinan PHK besar-besaran sebagai akibatnya dan kenaikan tarip listrik, elpiji dan tentunya kenaikan harga banyak macam komoditi di tahun mendatang terutama sembako.

Memang kita tidak dapat mendambakan hadirnya kasih secara sosial karena berbagai faktor telah menghambat kehadiran kasih itu, namun hadirnya kasih Allah hanya bisa dialami kalau hadir orang-orang yang mengasihi Allah. Sudah adakah kasih Allah dalam diri kita? Kasih Allah hanya bisa dirasakan kalau umat percaya mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri.

Salah satu yang bisa dilakukan umat percaya adalah dengan introspeksi diri dalam berbagai hal, yaitu antara lain:

Pertama, dalam situasi keprihatinan nasional yang dialami sebagian besar rakyat Indonesia, umat percaya dapat menunjukkan keprihatinan sosial dengan hidup tidak mencolok, hidup sederhana, dan hidup dengan tidak menimbulkan syak bagi warga sekitar rumahnya dan sekitar dimana ia bepergian. Hindarilah membangun tempat ibadah yang mewah, rumah mewah, bermobil mewah, dan berbusana dan perhiasan mahal melainkan belajarlah untuk hidup sederhana mengikuti teladan Yesus dan para rasulnya;

Kedua, umat percaya yang takut akan Tuhan hendaknya menjadikan Natal tahun ini sebagai titik balik dari kehidupan kasih kepada diri sendiri menjadi kasih kepada Allah dan sesama dengan membantu bangsa Indonesia dengan memerangi kebiasaan ber-KKN, hindarilah perbuatan korupsi dan kolusi yang sudah jelas menggerogoti kesejahteraan perekonomian Indonesia;

Ketiga, kasih Allah perlu dinyatakan dengan kepekaan sosial yang tinggi (1 Yohanes 3:17), agar kita tidak hanya melihat kepada kemakmuran diri sendiri, melainkan menumbuhkan kepekaan sosial kita dengan melihat penderitaan yang dialami orang-orang disekitar kita, bagaimana mereka makan dan berpakaian, bagaimana mereka berjuang dalam mencari pekerjaan, dan bagaimana mereka menyekolahkan anak-anak mereka yang kian hari kian mahal itu;

Keempat, kasih Allah perlu dinyatakan secara nyata (1 Yohanes 3:18) dengan cara membantu mereka yang berkekurangan, baik dengan pendidikan, bantuan modal, maupun dengan menolong secara langsung kesulitan riel yang dialami sesama kita.

Kelima, bila kita terlibat dalam struktur pemerintahan dan dunia usaha, kita dapat menghadirkan suasana kondusif di pemerintahan dan dunia bisnis yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat daripada mencari kekuasaan dan kekayaan, dengan cara menghasilkan kebijakan yang membantu rakyat banyak memperoleh pendidikan yang baik dan terjangkau, perumahan yang layak huni, dan kesempatan kerja agar rakyat dapat bangun dari keterpurukan.

Kelima hal ini hanya bisa dilaksanakan bila kita benar-benar menghayati arti Natal sebenarnya, bukan sekedar sebagai pesta di akhir tahun atau upacara keagamaan saja, tetapi maknanya yang kita hayati sebagai pengejawantahan iman dan kasih Allah ke dalam kehidupan sehari-hari didunia nyata.

Akhirnya, saudara-saudari marilah kita menyiapkan diri memasuki bulan yang penuh kenangan dan persiapan Natal dengan berpedoman kelima butir introspeksi diatas, dan marilah kita memasuki hari Natal dengan perciapan yang tidak mencolok, sederhana, dan keprihatinan sosial kepada sesama, dan menjalankan kasih kepada sesama kita. Jadikanlah Natal dan hari-hari sekitarnya sebagai kehadiran kasih Allah secara nyata, baik dalam hati dan kehidupan kita sehari-hari maupun dirasakan oleh sesama kita disekitar kita.


Amin!

Salam kasih dari Redaksi
www.yabina.org


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]