RENUNGAN
Mei 2006


 

INJIL YUDAS
 

“Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas rasul itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang diantara kamu akan menyerahkan Aku”.” (Matius 26:20-21)

Ucapan Yesus dalam ayat diatas pada waktu Perjamuan Malam merupakan sub-tema yang digunakan Leonardo Da Vinci untuk melukis lukisan yang terkenal bertema ‘Last Supper.’ Sikap dan posisi para murid dalam lukisan itu memang merupakan reaksi atas ucapan Yesus di atas. Dalam lukisan itu digambarkan dengan jelas reaksi tiga murid terdekat dikiri Yesus dan tiga murid di kanan Yesus. Di sebelah kiri Yesus, Thomas digambarkan mengacungkan tangan meragukan ucapan Yesus itu, Yakobus merentangkan tangan menolak ucapan itu, dan Filipus meletakkan kedua tangan didadanya menunjukkan devosinya. Di sebelah kanan Yesus, Yohanes tersentak mendengar ucapan Yesus itu dan mendengarkan reaksi keras Petrus yang marah dan ingin membela Yesus, dan terlihat Yudas dengan wajah dalam kegelapan terperanjat dan badannya condong ke belakang sambil menyekap pundi-pundi uang suap yang telah diterimanya.

Sejak itu Yudas memang menjadi tokoh antagonis yang dianggap penghianat dan yang menyerahkan Yesus untuk disalib, apalagi mengenainya Yesus pernah berkata “celakah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” (Markus 14:21). Semua label negatip ini melekat dalam diri Yudas dan menjadi anggapan umum tradisi gereja selama dua milenium. Maka, kalau sekarang ada yang melontarkan data bahwa sebenanya situasinya berbeda dengan itu, maka ramailah mass-media mengakomodasi gossip baru itu.

National Geographic dalam edisi situsnya diinternet April 2006 mencuatkan tema ‘The Judas Gospel’ kemudian tema ini dijadikan cover-story edisi majalah National Geographic, May 2006, maka ramailah mass-media mengelu-elukan gosip baru setelah selama beberapa tahun terakhir dunia diresapi gosip dengan terbitnya buku dan film ‘The Da Vinci Code.’ Apakah ‘The Judas Gospel’ itu?

Yang jelas, isi Injil Yudas berbalikkan dengan berita Injil yang selama ini dipercayai gereja, misalnya ucapan dalam naskah itu dalam bahasa koptik berbunyi: “pe-di-ah-kawn-aus ente plah-nay” yang adalah ucapan Yesus yang mengingatkan para muridnya bahwa “mereka selama ini salah jalan.“ Dalam injil ini, Yudas digambarkan secara positif sebagai murid yang paling disukai Yesus, setia dan taat akan perintah Yesus dan bukan sebagai seseorang yang menyerahkan Yesus. Yesuslah yang menyuruh Yudas untuk menyerahkan diri-Nya. Injil ini tidak mengklaim bahwa para murid lainnya setuju dengan pemikirannya, tetapi inti Injil ini menyebutkan bahwa para murid Yesus lainnya belum mengerti Injil yang benar yang hanya diajarkan oleh Yesus secara rahasia kepada Yudas. Dalam beberapa kesempatan Yesus mengkritik para muridnya akan ketidak acuhan mereka.

Injil Yudas ditemukan dalam bentuk papirus diantara tahun 1950-60 dilokasi Muhafazat El Minya, 300 Km disebelah utara ‘Nag Hamadi’ (yang pada tahun 1945 ditemukan pustaka Gnostik koptik termasuk Injil Thomas). Injil Yudas mulai menarik perhatian pada tahun 1970 ketika dicuri keluar Mesir dan kemudian muncul ke pasar antik Jenewa pada tahun 1983, dan mulai diperkenalkan pada konperensi Koptik di Paris pada 2004. Setahun kemudian diberitakan bahwa naskah itu akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris, Perancis dan Jerman. Pada tahun 1999 baru diketahui sebanyak 26 halaman, kemudian berangsur-angsur dapat dikumpulkan dua-pertiga dari naskah lengkap 62 halaman itu pada awal tahun 2006. Pada bulan April 2006, National Geographic mengumumkan selesainya terjemahan Injil Yudas ke dalam bahasa Inggeris.

Menurut perhitungan waktu radiokarbon, papirus itu ditaksir berasal dari tahun 220-340, dan ada yang menyimpulkan sebagai terjemahan dari naskah asli bahasa Yunani dari tahun 130-170. Yang jelas, sekalipun disebut berjudul Injil Yudas, Injil itu tidak mengklaim diri sebagai ditulis oleh Yudas (Iskariot).  

Memang, dalam catatan sejarah gereja, Irenius dari Lyons pernah menyebut mengenai Injil Yudas dalam tulisannya ‘Adversus Haereses’ (180) yang kemudian dikutip oleh Origenes dalam tulisannya De Stromateis. Apakah Injil Yudas yang disebutkan oleh Irenius sama dengan Injil Yudas yang baru ditemukan itu memang tidak jelas, yang jelas Irenius menyebut Injil Yudas yang disebutnya sebagai sesat karena tidak merupakan fakta sejarah dan mengandung ajaran Gnostik. Bila perkiraan perhitungan waktu Injil Yudas baru itu benar, mungkin Injil Yudas itulah yang disebut oleh Irenius.

Mengenai ajaran Gnostik yang muncul sekitar abad-2/3 yang kemudian dipercayai secara sinkretis dengan kekristenan oleh para pengikutnya, disebutkan oleh Graham Stanton, ahli Perjanjian Baru Inggeris sebagai berikut:

“dunia adalah tempat yang jahat diciptakan oleh Tuhan yang jahat (Yahweh), dan yang berbalikan dari Tuhan yang benar dan Esa. Pengikut Gnostik kristen menganggap diri mereka sebagai keturunan Tuhan yang esa itu, dan sebagai percikan ilahi yang terkurung dalam dunia yang jahat ini. Kristus dikirim untuk mengingatkan pengikut Gnostik mengenai hakekat diri mereka yang sebenarnya. Kristus memberitakan rahasia (gnosis) pada para pengikut Gnostik agar mereka dapat melepaskan diri dari dunia yang jahat ini dan kembali kepada Tuhan yang benar.” (Gospel Truth? hlm.87).

Bagi para pengikut gnostik, ada sumber kebaikan tertinggi yang disebut pikiran Ilahi yang esa yang berada diluar alam materi ini. Manusia sebagai keturunan Ilahi yang esa itu memiliki percikan kekuatan Ilahi itu, namun ia terkurung dalam penjara tubuh materi. Berbeda dengan kepercayaan Kristen, gnostik mengajarkan bahwa setiap orang bisa berhubungan dengan pikiran Ilahi itu dan keselamatan terletak dalam membangunkan percikan api Ilahi itu dan kembali menyatu kedalam pikiran Ilahi (pandangan mistik/kebatinan). Untuk mencapainya dibutuhkan seorang pembimbing rohani yang dikalangan gnostik-kristen disebut Kristus. Mereka yang bisa mencapainya bisa mencapai ke’Ilahi’annya sama seperti Kristus.

Isi dari Injil Yudas memang bersifat gnostik sama halnya dengan tulisan-tulisan yang ditemukan dalam pustaka Gnostik di Nag Hamadi. Bagi Gnostik memang kematian Yesus diatas salib sebagai penebus tidak ada artinya, itulah sebabnya dalam Injil Yudas kesan Yesus sebagai korban yang disalibkan menjadi kabur dan Yudas dijadikan pahlawan. Injil Yudas diawali kalimat berbunyi: “Isi Rahasia Wahyu yang dikatakan Yesus dalam percakapannya dengan Yudas,” dan rahasia itu juga mengungkapkan bahwa yang dimengerti para murid Yesus selama ini salah arah. Isi rahasia wahyu yang ditulis dalam ‘Percakapan kedua dari Seth’ menyebutkan bahwa Yesus yang benar tidak pernah disalibkan.

Oleh para penerjemahnya Injil Yudas diharapkan menjadi kejutan baru yang melawan ajaran gereja tradisional, namun rupanya sejak awalnya kehadiran Injil ini memang kurang dipandang berarti, apalagi kehadirannya bertepatan dengan kembali populernya kejutan buku dan terutama film ‘The Da Vinci Code’ yang akan dirilis di festival film Cannes dan cinema-cinema pada tanggal 19 Mei 2006 sehingga kehadiran berita mengenai Injil Yudas meredup.

Amin!

Salam kasih dari Redaksi www.yabina.org

Catatan:
Untuk yang ingin membaca lebih dalam soal ini telah terbit ‘Seri Buku Saku Yabina’ berjudul ‘Yesus Digugat’ (Mitra Pustaka, 2006), dan doakan seminar Paskah berjudul ‘Answering Critiques regarding Jesus’ di UK Petra, Surabaya (12 April 2006) dan seminar berjudul ‘The Da Vinci Code dan Gugatan Tentang Ketuhanan Yesus’ di ISCS, Denpasar (21 April 2006).


 


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]