RENUNGAN April (1) 2007


THE LAST SUPPER


Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya:“Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: ”Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama Aku di meja ini. Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!.” (Lukas 22:19-22)

Perjamuan Malam Terakhir yang dilakukan Yesus bersama para murid-Nya merupakan peristiwa bersejarah yang penuh rasa syahdu, betapa tidak, malam itu Yesus menyatakan dua hal, yaitu pertama pengorbanan tubuhnya untuk menebus umat manusia sebagai penggenap perjanjian baru, dan yang kedua adalah keprihatinannya bahwa salah seorang murid-Nya akan menyerahkan Yesus.

Pengorbanan tubuhnya sebagai ganti dosa manusia sudah hampir dilakukannya, dan sebelum hal itu terjadi, Yesus melakukan simbolisasi pengorbanan itu dengan memecah roti sebagai simbolisasi tubuhnya, dan meminum anggur sebagai simbolisasi pencurahan darah Yesus. Inilah sebenarnya yang merupakan pusat drama Perjamuan Malam Terakhir pada hari Jumat Agung itu.

Banyak pelukis sudah menggambarkan peristiwa penebusan yang disimbolisasikan dalam Perjamuan Malam Terakhir itu, dan pada umumnya, para pelukis menyorot pusat berita penebusan itu. Namun ada pelukis lain yang lukisannya kemudian menjadi masyhur dan menjadi lukisan Perjamuan Malam Terakhir yang paling terkenal, yaitu lukisan ‘The Last Supper’ karya Leonardo da Vinci. Dalam lukisan ini bukan peristiwa makan roti dan minum anggur yang digambarkan, tetapi Leanardo menekankan sentra simbolisasinya pada ucapannya yang kedua yang ditujukan kepada Yudas yang disebutkannya akan menyerahkan diri-Nya!

 

Lukisan The Last Supper menggambarkan dengan jelas bagaimana mimik dan sikap para murid yang ditunjukkan seusai Yesus berkata: “Seseorang akan menyerahkan Aku.” Berbagai reaksi ditunjukkan para murid, Yohanes yang dikanan-Nya mendengarkan kemarahan Petrus di sebelahnya yang menunjuk “Siapakah Orangnya?” Di sebelah kirinya Yakobus seakan-akan berkata: “Tidak Tuhan,” dan dibelakangnya Thomas berseru “Aku Tidak Percaya.” Filipus yang berdiri di belakang Yakobus meletakkan kedua tangannya didadanya menyatakan devosinya kepada Yesus. Yang menarik, murid ketiga dikanan Yesus adalah Yudas yang dalam gambar aslinya dibuat gelap mukanya dalam bayangan, seakan-akan kegelapan kejahatan menaunginya. Mendengar ucapan Yesus ia tersentak ke belakang sambil memegangi pundi-pundi uang sogokan yang diterimanya, soalnya ia sudah merasa bahwa ialah yang dimaksud Yesus. Keenam murid lainnya, tiga jauh disebelah kanan dan tiga jauh disebelah kirinya saling berbincang menduga-duga: “Siapakah yang Dimaksud oleh Yesus?”

Benar-benar Leonardo da Vinci cukup peka menggambarkan situasi itu melalui hasil tangannya, namun sayang, lukisan yang demikian indah diputa-balik tafsirnnya oleh orang-orang lain!

Buku The Holy Blood, Holy Grail menafsirkan gambar ini dengan menyebut bahwa orang kedua dari ujung kiri adalah Thomas yang rupanya mirip Yesus, jadi pasti saudara kembarnya. Sebagai contoh digambarkan bahwa karena saudara kembar, mereka memakai jubah merah yang sama, hanya Yesus memakai selendang biru. Penafsiran ini memang tendensius, sebab kalau Yesus memiliki saudara kembar tentu ‘kelahiran anak dara yang dikandung dari roh’ menjadi masalah.

Lain lagi Dan Brown, dalam novel larisnya berjudul The Da Vinci Code, yang banyak menyontek ide buku The Holy Blood, Holy Grail, menyebutkan bahwa murid yang duduk disebelah kanan Yesus bukan Yohanes tetapi Maria Magdalena isteri Yesus. Sebagai bukti dikemukakan bahwa baju keduanya berlawanan dan saling melengkapi ibarat yin-yang yang menyatukan suami isteri. Dalam lukisan aslinya, Yesus digambarkan berjubah merah dengan selendang biru sedangkan yang disebelah kanan-Nya berjubah biru berselendang merah. Ini jelas tendensius juga, karena Alkitab hanya menyebut bahwa Yesus makan perjamuan dengan ke-12 murid-Nya dan yang disebelak kanan dan kirinya adalah dua bersaudara Yohanes dan Yakobus yang diminta oleh ibu mereka agar bisa duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus.

Yudas jelas digambarkan sesuai pernyataan Alkitab, bahwa ialah yang dipakai iblis untuk menyerahkan Yesus, namun Injil Yudas mau memutar balikkan figur ini dari penghianat menjadi pahlawan. Injil Yudas menggambarkan bahwa Yudas disuruh oleh Yesus untuk menyerahkan ragawi Yesus agar Kristus bisa diselamatkan, jadi Yudas adalah juruselamat bagi Yesus agar Yesus selamat, dan bukan hanya itu, dalam Injil Yudas disebutkan bahwa Yudas mati dilempari batu oleh para murid lainnya, padahal Alkitab menyebut bahwa kemudian ia bunuh diri karena menyesal.

Begitu banyak versi tentang Perjamuan Malam Terakhir dikemukakan oleh orang-orang yang pada dasarnya tidak percaya, Injil diputar-balikkan oleh orang-orang seenaknya. Tetapi dibalik itu semua, kita sadar bahwa lukisan Leonardo telah dengan tepat menggambarkan situasi setelah Yesus mengucapkan kedua ucapannya itu, yaitu penebusan dirinya bagi umat manusia, dan murid yang menyerahkan diri-Nya.

Dalam kita mengikuti perjamuan kudus, marilah kita menghayati gambar The Last Supper sesuai maksud pelukisnya sendiri yang sesuai pernyataan Alkitab, dan agar kita bisa merenungkan bahwa Yesus telah menebus dosa kita dengan pengorbanan diri-Nya yang kita kenang dalam upacara Perjamuan Kudus. Namun bukan kesedihan yang perlu terus menerus kita rasakan, karena Jumat Agung sekarang menyiapkan kita bahwa setelah Yesus disalib, mati, dan dikuburkan, pada hari ketiga Ia bangkit dari kematian dan menjanjikan bahwa kitapun pada akhir zaman akan juga dibangkitkan bersama-Nya! Amin!
 

Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org 


 


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]