RENUNGAN Mei 2007


DARI PASKAH KE ASCENSI

 

 

... Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari 500 saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang ...” (1Kor.15:3-6)

Hari-hari ini kita berada diantara peringatan hari Paskah (kebangkitan Yesus) dan Ascensi (Ascension/kenaikan Yesus ke sorga). Dalam waktu 40 hari itu, banyak peristiwa interaksi antara Yesus dan murid-murid-Nya sebelum akhirnya Ia mengutus mereka dan meninggalkan mereka dan naik ke sorga.

Dalam tubuh yang bagaimanakah Yesus bangkit dan hidup didunia sebelum Ia akhirnya naik ke sorga? Ada berbagai pendapat sekitar ‘tubuh kebangkitan’ Yesus, yaitu:

Pertama, Yesus mati dan tidak bangkit, dan mayatnya dicuri oleh para murid-Nya (Mat.28:13);

Kedua, Yesus matisuri dan bangun kembali (resuscitation) dan dikemudian hari mati;

Ketiga, Yesus mati dan dikubur tetapi masih hidup dalam angan-angan para murid (kalusinasi);

Keempat, Yesus mati dan kebangkitannya dimengerti secara perlambangan (metafora);

Kelima, Yesus mati dan Ia bangkit bukan secara tubuh tetapi secara Roh;

Keenam, Yesus mati dan bangkit dengan tubuh kebangkitan (resurrection).

Dari keenam ini yang manakah yang sebenarnya terjadi?

Pendapat pertama tentang mayat Yesus yang dicuri setua dusta Mahkamah Agama Yahudi yang diceritakan dalam Injil Matius (Mat.28:13). Ketika Matius menulis Injilnya itu, ia mengatakan bahwa dusta itu tersiar sampai saat ia menulis Injil itu beberapa puluh tahun sesudah Yesus mati dan dibangkitkan. Teori Yesus dikuburkan dalam kuburan keluarga di Talpiot melanjutkan dusta Mahkamah Agama Yahudi yang tidak mau Yesus bangkit dan menjadi juruselamat umat manusia. Penganut Yesus Seminar mengemukakan bahwa ketika Yesus dikuburkan di kuburan Yusuf dari Arimatea, mayatnya dicuri/diambil oleh para murid Yesus kemudian dikuburkan di kuburan yang mereka beli yaitu Talpiot.

Teori ini jelas bertentangan dengan teori Jesus Seminar sendiri yang pada umumnya berpendapat bahwa Yesus adalah pemberontak revolusioner yang dihukum salib sampai mati dan John Dominic Crossan menyatakan kemungkinan mayat Yesus tidak dikubur karena tidak mungkin seorang pemberontak bisa diminta mayatnya atau untuk itu diperlukan koneksi tingkat tinggi yang tidak mungkin ada yang berani melakukannya waktu itu, jadi kemungkinan mayat Yesus ditinggalkan disalib dan dibiarkan dimakan anjing-anjing dan binatang pemangsa lainnya yang berkeliaran di bawah salib sebagai shock therapi bagi para pengikutnya dan yang lewat didepan salib. Crossan juga mendukung hipotesa Talpiot, karena itu bagaimana mungkin kondisi horor penyaliban begitu bisa dirujuk bersama teori bahwa Yesus mayatnya dikuburkan di kuburan keluarga dalam keadaan aman?

Pendapat kedua mengenai Yesus yang mati suri dan bangkit kembali (resuscitation) menyebar dikalangan para skeptik termasuk Jesus Seminar. Pendapat ini juga dipercayai oleh kalangan Ahmadyah yang menambahi bahwa setelah bangkit kembali dari matisurinya/pingsan, Yesus berkelana ke India dan mati dan dikuburkan di Srinagar, Kashmir. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Barbara Thiering yang mengatakan bahwa Yesus kemudian disembuhkan oleh Simon Magus dan melarikan diri melalui lorong-lorong gua Qumran.

Pendapat demikian didasari asumsi tidak mungkin orang mati bisa bangkit kembali kecuali matisuri, namun teori matisuri ini tidak ada artinya dibandingkan begitu banyak saksi mata yang masih hidup ketika Injil dan Surat yang menceritakan hal itu ditulis dimana mereka tentu mengaminkan percataan Injil dan Surat itu, bahkan kemudian Joshepus, sejarawan Yahudi-Romawi juga mencatat mengenai Yesus yang bangkit setelah disalib.

Pendapat ketiga bahwa Yesus mati dikubur tetapi masih terlihat secara halusinasi oleh para murid-Nya seakan-akan ia masih hidup dan mengajar mereka, jelas tidak masuk akal, sebab tidak mungkin 500 lebih murid dalam peristiwa yang berbeda-beda bisa berhalusinasi padahal mereka bisa makan bersama dengan yang dihalusinasikan, obyek halusinasi kok bisa berbicara dan mengajar?

Karen L. King dalam bukunya The Gospel of Mary of Magdala menyebut bahwa Yesus melarang MM menyentuh diri-Nya menunjukkan bahwa Yesus bersifat maya atau dilihat secara halusinasi. Dalam bagian lain Alkitab kita membaca bahwa Yesus menyuruh murid-murid-Nya untuk memegang bagian tubuhnya yang dipaku dan ia menyebut bahwa ‘hantu tidak berdaging dan bertulang.’ Jadi, jelas bahwa Yesus tidak terlihat secara halusinasi tetapi secara kasat mata. Kalau Yesus melarang MM memegang tubuhnya mungkin dimaksudkan oleh Yesus untuk menepis dugaan Maria sebagai kekasih/isteri Yesus (yang mungkin sudah beredar sekitar kehidupannya waktu itu), sebab aneh kalau Yesus yang bangkit tubuhnya disuruh dipegang para murid tapi ‘isteri’ sendiri tidak boleh memegang tubuh-Nya bukan?

Pendapat keempat bahwa Yesus mati dan dikuburkan, dan kebangkitan tidak terjadi secara tubuh melainkan hanya dipercayai sebagai metafora, sebagai perlambangan, atau ungkapan iman yang metaforis untuk menunjukkan bahwa Yesus bangkit dalam hati iman para murid. Disebutkan bahwa Iman kristen disebut metaforis dalam arti: bahwa ia berusaha membahasakan dengan bahasa manusia yg terbatas realitas ilahi yang melampaui segala akal itu. Seluruh teks alkitab yg berbicara mengenai aksi ilahi selalu bersifat metaforis. Karena penulis injil ingin menjelaskan realitas penampakan yesus dan kubur kosong, yg diimani secara deduktif sebagai karya allah yg membangkitkan yesus.

Argumentasi demikian sebenarnya timbul karena terikat konsep alam yang tiga dimensional dengan hukum-hukum alam dan menutup gejala paranormal yang kanyataannya memang banyak terjadi di alam ini. Para murid tidak bermetafora, tetapi mereka sebagai saksi mata menyaksikan apa yang mereka lihat dan dengar sebagai saksi mata. Kita harus menyadari bahwa sekalipun Allah dipercayai sebagai sesuatu yang transendental, Ia juga bersifat imanen dan menjadi manusia darah-daging Yesus. Memang ada ahal-hal bersifat metaforis dalam Alkitab (Yesus sebagai Gembala yang baik, sebagai kepala tubuh, dll.) namun pernyataan dalam kitab Injil dan Surat jelas menunjukkan kenyataan yang literal ketika berbicara mengenai kebangkitan Yesus.

Pendapat kelima bahwa Yesus mati dan bangkit dalam keadaan ‘roh’ dipercayai oleh Saksi-Saksi Yehuwa. Argumentasi ini jelas bertentangan dengan fakta bahwa kubur Yesus kosong dan Yesus menampakkan diri kepada banyak murid secara tubuh berdaging dan bertulang bahkan beberapa kali makan ikan bersama para murid. Kebangkitan Roh tidak butuh ascensi (kenaikan ke sorga) karena roh sudah berada dalam dimensi sorgawi.

Pendapat keenam bahwa Yesus mati, dikuburkan, dan bangkit, dan hidup berinteraksi dengan para murid selama 40 dalam tubuh kebangkitan adalah penyataan Injil dan Surat yang kita terima. Yesus bangkit secara tubuh kebangkitan, Ia menggunakan tubuh yang lama yang berdaging tulang dan bisa makan-minum bersama para murid, ia bisa berdialog seperti sebelumnya (hantu dan obyek halusinasi tidak bisa berdialog), bahkan kemudian Ia mengutus para murid-Nya yang menjadi dasar pendorong Pekabaran Injil ke seluruh dunia. Namun tubuh kebangkitan sekaligus berbeda dengan tubuh yang lama sebab sekarang memiliki dimensi lain yang supra-natural dimana Yesus bisa dengan mudah menghilang (berpindah dimensi) dan berpindah tempat (dimensi ruang & waktu yang berbeda), dan hidupnya sekarang tidak akan mati lagi (seperti dalam kasus resucitation) melainkan kekal dan menang atas kematian.

Masa setelah Paskah dan kemudian Ascensi dan sejarah gereja menunjukkan bahwa memang telah terjadi kebangkitan tubuh Yesus yang telah mati ganti dosa kita dan menang atas maut. Para murid yang pengecut berubah menjadi berani, Petrus yang penakut dan menolak tuduhan tentara dan gadis kecil di pengadilan Yesus menjadi orang yang berani bersaksi mengenai ‘Yesus yang bangkit’ dan berbicara lantang di Mahkamah Agama dan mengucapkan:

“... tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.” (Kis.4:20).

Rasul Paulus yang membunuh Stefanus yang umurnya sudah pendek dan diperpendek lagi itu, kemudian menjadi rasul yang memberitakan kebangkitan dan hidup yang kekal dan berani mati sebagai martir. Justru ‘tidak masuk akal’ kalau para murid yang rela menjadi martir mati disiksa, dipenjara, dimakankan singa, bahkan Policarpus yang rela mati dibakar, kalau mayat Yesus tergeletak kaku di kuburan Talpiot!

Amin!

Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org 

 


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]