RENUNGAN Agustus 2008
SABATARIAN
“Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Yoh. 20:19)
Artikel ‘Dari Sabat Sabtu ke Hari Minggu’ dalam situs ini berbicara mengenai berubahnya saat berkumpulnya umat Kristen dari hari Sabtu di Sinagoge (sambil menjalankan Sabat) ke hari Minggu di rumah-rumah (sambil memecahkan roti) menunjukkan bahwa bagi umat Perjanjian Baru, hari Sabat tidak lagi menjadi bagian dari ritual Kristen, namun di abad XIX di kalangan Adventisme, timbul sebagian pengikutnya yang menekankan kembali pemeliharaan hari Sabat. Seventhday Adventist lebih banyak mengikuti tradisi Sabat Yahudi sesuai Perjanjian Lama, karena itu ada yang menyebut mereka sebagai ‘Twentieth Century Judaism.’
Pendapat Kristen digali dari Alkitab Perjanjian Baru sejak abad pertama tepatnya sejak Yesus masih di bumi dan diikuti gereja sepanjang sejarah sampai sekarang. Sejak abad pertama (tepatnya sejak Yesus bangkit, pada masa Yesus masih di dunia), umat Kristen tidak lagi merayakan Sabat seperti pengertian Yahudi karena Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat dan Yesus adalah Sabat itu sendiri, dan kemudian umat Kristen berkumpul di hari Minggu mengenang kebangkitan Yesus yang jatuh pada hari itu.
Sejarah ‘Sabatarian’ (pemelihara Sabat) berasal aliran Unitarian di Transylvania (Eropah Tengah) pada abad XVI. Dari kelompok Unitarian ini ada yang ingin kembali menjalankan hukum Musa termasuk merayakan Sabat dan disebut Sabatarian (Sinrei Sabat), dan ketika mereka dikeluarkan dari Unitarian, mereka lama kelamaan meredup tetapi ada sebagian yang bergabung dengan komunitas Yahudi dan menganut Yudaisme. Faham Sabatarian pada abad-17 kemudian mempengaruhi beberapa kelompok kecil dissenter dan timbulnya Seventhday Baptist di Inggeris.
Sebenarnya pelopor Adventisme sejak 1831, William Miller, seperti halnya umat Kristen lainnya, berkumpul di hari Minggu namun menekankan kedatangan Yesus ke-2 kali (Advent), baru salah satu pengikutnya yaitu Joseph Bates terpengaruh pendeta seventday Baptist kemudian tertarik ajaran Sabat Yahudi itu, ini diperkuat ketika Ellen Gould White mengaku menerima vision pada tanggal 3 April 1847 dan melihat Firman Allah yang sepuluh itu tercantum diatas dua keeping batu. Dalam vision itu Firman ke-4 disebut dilingkari oleh terang yang sangat istimewa. Ia mengatakan:
“Aku lihat, bahwa Allah tiada merobah Sabbat itu, karena Ia tidak pernah berobah. Tetapi ke-Paus-an telah merobah hari itu dari hari ke-7 ke hari pertama, karena mereka telah merobah waktu dan hukum. Aku lihat, bahwa Sabbat yang suci itu ialah tembok yang memisah Israel yang sesungguhnya dari orang-orang yang tidak percaya, dan bahwa Sabbat itulah yang akan menyatukan hati orang-orang yang kasih kepada Allah.” (Verkuyl, Gereja dan Bidat-Bidat, 1966, hlm. 87).
Visiun E.G. White itu kemudian dijadikan dogma yang mengacu pada Sabat Yahudi dan mencari-cari ayat-ayat Perjanjian Baru untuk mendukungnya. Pada tahun 1863 E.G. White keluar dari Adventisme Miller dan membentuk ‘Seventday Adventist’ yang menjalankan ritual Sabat Yahudi di hari Sabtu. Pengikut William Miller tetap menjalankan pertemuan di hari Minggu, diantaranya yang sekarang bernama Advent Christian Church mengikuti ajaran Miller tentang kedatangan Yesus kedua kali namun dalam soal ibadat berkumpul di hari Minggu.
Berbeda dengan pandangan White yang menyebut Minggu diciptakan oleh ke-Pausan-an, kalau kita menggali Alkitab Perjanjian Baru, kita melihat awalnya Yesus benar berkumpul di Sinagoge pada hari Sabtu (Mrk.1:21;6:2 / Luk.6:6;13:2), tetapi bukan untuk memelihara Sabat tetapi untuk bertemu jemaat dan berfirman kepada mereka. Yesus tidak memelihara Sabat terbukti dari data PB bahwa karena dianggap melanggar Sabat ia diadili (Yoh.5:16) dan mau dihukum (Yoh.5:18), dan disebut bukan dari Allah (Yoh.9:16).
Setelah Yesus bangkit pada hari Minggu (Mat. 28:1-10; Mrk. 16:9), pada hari itu juga Ia menjumpai dua murid yang sedang berjalan ke Emaus (Luk. 24:13-35), dan pada malam hari itu juga Ia menampakkan diri kepada seluruh murid-Nya (Luk. 24:36; Yoh.20:19) dan makan bersama mereka, dan pada hari minggu berikutnya ketika mereka berkumpul lagi, Yesus menampakkan diri kepada Thomas (Yoh. 20:28). Hari Pentakosta yang disebut sebagai kelahiran gereja terjadi di hari Minggu (hari kelimapuluh setelah Sabat).
Memang umat Kristen awalnya masih hadir di hari Sabtu di sinagoge karena mereka tetap ingin mendengar firman Tanakh, namun ajaran Yesus telah membuat mereka tidak lagi memelihara Sabat seperti diajarkan agama Yahudi. Dalam kisah para Rasul kita melihat Paulus juga hadir di Sinagoge hari Sabat tetapi bukan untuk memelihara Sabat tetapi kesempatan bertemu umat dimana ia mengajar mereka (Kis.13:14-16) bahkan diminta untuk berbicara lagi di hari Sabat berikutnya (Kis.13:42-48). Paulus disitu tidak mengajarkan untuk memelihara Sabat tetapi mengajak umat untuk percaya kepada Yesus yang membawa kepada kehidupan kekal, karena itulah Paulus, seperti Yesus, menjadi bahan iri-hati dan dihujat, dan firmannya dibantah (Kis.13:45).
Dalam Kis.17:1-9, kita membaca bahwa Paulus berkumpul pada hari Sabat di Sinagoge untuk menguatkan umat akan kitab suci yang menunjuk kepada Kristus, dan lagi-lagi ini menjadikan orang Yahudi iri hati dan mengacau sambil mengajak para penjahat (Kis.17:5). Paulus berkumpul di Sinagoge di hari Sabat dengan maksud untuk meyakinkan orang Yahudi dan Yunani agar beriman kepada Kristus (Kis.18:4). Paulus mengatakan:
“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun Sabat.” (Kol.2:16).
Ucapan Paulus ini sekarang berkenaan dengan ajaran Seventhday Adventist yang menekankan halal dan haram makanan dan memelihara Sabat. Dalam kitab Galatia, rasul Paulus menjelaskan bahwa dalam Injil, kita telah dibebaskan dari perhambaan Taurat. Ia mengatakan:
“Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya? Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa yang tetap dan tahun-tahun. Aku kuatir kalau susah payahku untuk kamu telah sia-sia.” (Gal. 4:9-11)
Sekalipun tercatat bahwa umat Kristen awal masih berkumpul di hari Sabat (Kis.16:13), tujuan mereka adalah untuk mendengarkan firman Tanakh di Sinagoge, tetapi sebagai ritual, mereka tidak lagi memelihara Sabat tetapi dalam kitab Injil sudah disebut bahwa mereka berkumpul dan melakukan ritual perjamuan pada hari pertama dalam minggu di rumah-rumah (Yoh.20:19,24-29) sebagai peringatan Yesus bangkit pada hari minggu (Yoh.20:1). Kelahiran Gereja pertama terjadi di hari Pentakosta yang jatuh pada hari minggu (Kis. 2). Lama kelamaan umat Kristen makin dimusuhi oleh orang Yahudi sehingga dikeluarkanlah fatwa ‘Birkat ha Minim’ yang melarang orang Kristen berbakti di sinagoge di hari Sabat. Situasi ini lebih mendorong umat Kristen berkumpul di rumah-rumah (termasuk lorong Katakombe di Roma), tetapi mereka berkumpul disitu bukan pada hari Sabat sabtu sebagai pengganti berkumpul pada hari Sabat di sinagoge, tetapi di hari pertama dalam minggu atau hari Minggu mengenang kebangkitan Yesus dan kelahiran gereja di hari Pentakosta, sejak itu umat Kristen umumnya melepaskan diri dari tradisi Sabat sabtu.
Ada yang memberi komentar bahwa umat Israel dibuang oleh Allah karena melanggar Sabat, ini tidak benar karena mereka dihukum karena ketidak taatan mereka kepada Tuhan, dan umumnya kalangan Adventis menyebut Why.1:10 (Kuriake Hemera) sebagai menunjuk hari hukuman terakhir dan terjadi pada hari Sabat sabtu (lihat Penuntun Dasar Pemahaman Alkitab – Harold Metcalf - yang dijilid bersama Alkitab yang digunakan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh). Why.1:10 terjadi diabad pertama dan bukan hari penghakiman yang belum datang, dan bapak-bapak Gereja menyebut ‘hari Tuhan’ adalah hari Tuhan Yesus yang bangkit di hari Minggu (lihat artikel Dari Sabat Sabtu ke Hari Minggu di situs ini).
Ada yang mengemukakan bahwa sebenarnya Kuriake Hemera terjadi pada hari Sabtu, namun karena kesalahan terjemahan kemudian diartikan sebagai ‘minggu,’ mengingat kitab Wahyu aslinya ditulis dalam bahasa Aram. Perlu disadari bahwa Yohanes penulis Wahyu mempopulerkan istilah yunani ‘logos’ (Yoh. 1:1), dan kitab Wahyu ditujukan kepada ke-7 jemaat di Asia kecil yang semuanya berbahasa Yunani (Why. 1:4) dan di kitab Wahyu dipopulerkan istilah Alfa dan Omega (Why. 1:8;21:6;22:13) yang merupakan huruf pertama dan terakhir dari abjad Yunani, jadi tentunya kitab Wahyu ditulis dalam bahasa Yunani (termasuk seluruh Perjanjian Baru).
Mengenai penafsiran hari Sabat, kita jangan mengacu pada visiun Elen Gould White atau pendapat bahwa hari Tuhan di Why.1:10 itu menunjuk hari penghakiman dan hari Sabat yang tidak teruji oleh Alkitab sendiri dan sejarah gereja. Ada baiknya kita menggali Alkitab secara langsung dengan pimpinan Roh Kudus dan bukan mengacu pada visiun-visiun pribadi yang belum teruji kebenarannya, agar kita benar-benar bisa menghayati arti hidup dalam iman dan anugerah Allah seperti yang diajarkan oleh Yesus dan para Rasulnya dan bisa kita lihat dalam Alkitab.
Amin!
Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]