RENUNGAN Januari _2 2009


MENDOAKAN ISRAEL & HAMAS

 

Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. … olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat” (Kejadian 12:1-3)

Tiga minggu yang lalu, YABINA menulis artikel berjudul ‘Mendoakan Israel & Hamas’ dan yang kemudian dimuat di situs www.yabina.org. Artikel itu mengajak pembaca untuk mendoakan Israel dan Hamas yang terlibat peperangan agar berdamai, dan menghentikan perang yang telah mendatangkan banyak korban meninggal dan yang menderita luka-luka dan cacat. Tangis dan duka tersisa dari mereka yang kehilangan rumah, harta benda, dan anggota keluarga yang meninggal dunia.

Doa kita semua termasuk doa-doa yang dipanjatkan umat yang berkehendak baik di seluruh dunia terkabul dimana beberapa hari ini tensi di Gaza mengendur, dan baik Israel maupun Hamas akhirnya sepakat untuk  melakukan gencatan senjata. Marilah kita terus mendoakan agar perdamaian di Timur Tengah langgeng dan kedua negara Israel dan Palestina dapat berdampingan secara damai.

Khususnya dalam hubungan dengan umat Kristen yang punya ikatan premordial dengan bangsa dan agama yahudi, kita perlu tetap mendoakan Israel agar mereka bertobat dan tidak mengeraskan hati melainkan terbuka untuk menerima Yesus sebagai Messias, Messias yang sebenarnya sudah melawat mereka dua ribu tahun silam. Umat Yahudi atau Israel yang namanya diturunkan dari Yehuda anak Yakub, dan juga Yakub yang diubah Tuhan namanya menjadi Israel, adalah keturunan Abraham, bapa orang beriman itu.

Ayat di atas memberitahu kepada kita bahwa: Pertama, Abraham yang kemudian menurunkan bangsa Israel melalui cucunya Yakub anak Ishak anak Abraham, adalah pendatang ke Kanaan (yang sekarang meliputi kawasan Palestina). Ibrani berasal dari kata ‘Ibri’ sebutan yang ditujukan kepada Abraham yang ‘menyeberang’ ke Kanaan dari seberang sungai Efrat. Sama halnya dengan itu adalah orang-orang Filistin (filistia) yang dimasa Keluaran menguasai pantai utara Sinai (yang sekarang Gaza), mereka adalah orang-orang kapal yang datang dari pesisir utara Laut Tengah (Kreta, Siprus, Yunani masalalu) dan menetap di pesisir utara jazirah Sinai.

Kedua, Keturunan Abraham akan menjadi bangsa yang besar. Bangsa keturunan Abraham bukan saja bangsa Yahudi atau Israel, tetapi termasuk bangsa Arab juga. Yang disebut Palestina sekarang, sekalipun dikaitkan dengan istilah Filistin pada masa Alkitab, sebenarnya lebih luas dari itu, yaitu yang mayoritas penduduknya keturunan Arab melalui Esau cucu Abraham saudara Yakub, dan Ismael, anak Abraham yang dilahirkan oleh Hagar, dan secara geografis sekarang mencakup Gaza, Israel, Tepi Barat, dan sebagian Yordania, geofrafi Palestina dahulunya dikenal kira-kira seluas tanah Kanaan. Sekalipun demikian, memang hak waris perjanjian diberikan kepada Ishak  tetapi Ismael juga menerima waris dan disebut keturunan Abraham (Kej.17:20-21). Ketiga, Diberkati agar menjadi berkat. Abraham akan diberkati agar menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.

Kesalahan umat Israel sejak dahulu adalah sikap pemberontakannya kepada Allah dan sering jatuh dalam penyembahan berhala. Salah satu yang diberhalakan adalah sifat kesatuan kelompok yang cenderung menjadi arogansi kelompok. Ketika dibebaskan dari perbudakan di Mesir kemudian secara kelompok mengikut Musa keluar dari Mesir, mereka menolak Musa dan membuat berhala anak lembu dari emas sebagai pengganti Yahweh/Elohim (Kel.32:1-6), itulah sebabnya generasi Israel itu dihukum berputar-putar selama 40 tahun di gurun Sinai sampai habis.

Ketika berada di Kanaan arogansi kelompok itu dinyatakan dengan meminta seorang raja sebagai ganti Yahweh sebagai raja mereka (1Samuel 8:6-7). Pemberontakan yang terus terjadi menyebabkan mereka dihukum dalam pembuangan ke Siria dan kemudian Babel. Sekalipun pada masa Ezra dan Nehemia mereka diperkenankan pulang dan membangun Bait Allah, sikap mereka terhadap Yahweh tetap keras, bahkan ketika Messias Yesus turun ke bumi mereka menyalibkan Dia dan dengan mengatas-namakan kelompok berani menanggung akibatnya agar tertanggung atas mereka (Matius 27:23-25). Sepanjang sejarah orang Yahudi tetap mengeraskan hati dan menolak Tuhan Yesus sampai sekarang, 2000 tahun setelah Messias datang.

Gerakan Zionisme bukanlah berkat perjanjian Tuhan melainkan gerakan politik (sebagian besar orang Israel tidak lagi percaya Yahweh), itulah sebabnya dalam mencapai kemerdekaan Israel dan keamanannya, mereka tidak segan membumi hanguskan lawan-lawannya. Israel sebagai keturunan waris perjanjian Abraham yang seharusnya menjadi berkat bagi bangsa-bangsa di sekelilingnya sekali lagi telah gagal melaksanakan misi Tuhan untuk menjadi berkat.

Bagaimana dengan Umat Kristen? Umat Kristen juga sebagai ‘Israel Rohani’ menerima perjanjian berkat keselamatan dari Tuhan Yesus, Allah yang menjadi daging. Berkat Allah kepada Abraham diteruskan melalui Tuhan Yesus agar para pengikut Yesus juga menjadi berkat.

Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!” Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” (Galatia 3:14)

Bagaimana dengan kita sebagai umat Kristen yang telah diberkati dengan keselamatan, apakah kita telah menjadi berkat bagi orang lain? Banyak umat telah menjadi berkat bagi sesama manusia, banyak utusan misi rela mengorbankan jiwa dan harta dan kenikmatan mereka demi melayani banyak orang menderita diseluruh dunia. Namun, bila umat Kristen berkelompok, ada bahaya yang sama dialami bangsa Israel, yaitu arogansi kelompok. Diberkati yang seharusnya menjadi berkat ternyata sering dibelokkan menjadi sikap narsistik yang mengasihi kelompok sendiri.

Di balik Para utusan misi dan penginjil/pendeta yang rela berkorban demi menyampaikan berkat Allah kepada sesama manusia, banyak kelompok-kelompok kristen yang membentuk gereja yang kemudian tidak menjadi berkat melainkan menjadi duri bagi masyarakat sekelilingnya. Tidak sedikit umat Kristen yang memiliki rumah mewah memiliki kolam renang yang menampung banyak air tanah padahal disekelilingnya banyak rakyat miskin yang menderita dan bermukim di rumah-rumah kumuh yang kekurangan air untuk makan dan minum.

Pernah ada poster dari Korea yang menunjukkan karikatur gereja besar (mega church). Yang menarik adalah, lukisan gereja itu diberi mata yang meneteskan air mata, dan mata itu digambarkan melihat kawasan disekelilingnya yang berisi rumah-rumah gubuk. Di Indonesia kebiasaan membangun gereja besar dan mewah sudah menjadi mode, namun apakah mode itu sudah diiringi dengan sikap-sikap mengasihi sesama manusia dan menjadi berkat bagi lingkungannya?

Pernah seorang pendeta tamu berkotbah disebuah gereja dengan tema ‘mengasihi sesama manusia’ membahas perikop Matius 25:31-46. Kotbah itu begitu indah dan mengharukan dengan banyaknya contoh-contoh kesaksian tentang umat Kristen yang menjadi berkat sehingga banyak jemaat hatinya tersentuh. Sayang, rupanya pesan sponsor ingin membelokkan kotbah berkat itu menjadi berkat bagi diri gereja itu sendiri. Di akhir kotbahnya, pendeta itu kemudian membelokkan pesan kotbahnya yang ‘menjadi berkat bagi sesama itu’ menjadi pesan sponsor dengan mengumumkan agar jemaat memberikan persembahan untuk pembangunan gereja dan memasukkannya ke kotak yang telah disediakan. Pesan berkat untuk sesama dibelokkan menjadi berkat untuk kelompok sendiri.

Tidak salah kalau gereja membangun gedung gereja kalau memang dibutuhkan dan jemaat mampu membiayainya, tetapi bila kemudian kotbah ‘kasih kepada sesama’ dibelokkan ke situ sudah jelas merupakan kotbah yang tidak bertanggung jawab, kesalahan yang sama yang selama turun-temurun telah dilakukan oleh bangsa Israel.

Umat Kristen telah diberkati, namun berkat itu bukan untuk dinikmati diri sendiri, melainkan mereka dipanggil agar menjadi berkat bagi sesama manusia dan bangsa-bangsa lain. Karena itu umat Kristen jangan mengulang arogansi kelompok umat Israel melainkan hendaknya ia taat kepada Tuhan Yesus yang telah mengasihi kita agar kitapun menjadi berkat dan mengasihi sesama kita. Amin!

Salam Kasih dari Sekertariat www.yabina.org

 


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]