RENUNGAN Mei 2009


OOH ... DANIEL


 

“… orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim. … Di antara mereka itu ada juga beberapa orang Yehuda, yakni Daniel, …” (Daniel 1:4,6)

What is in a name? tanya Shakespeare, pujangga Inggeris kondang itu, yang kemudian dijawabnya sendiri dengan mengemukakan bahwa “Mawar itu tetap berbau harum apapun nama yang kita berikan kepadanya.” Sekalipun ada benarnya, ucapan itu tidak sepenuhnya tepat, soalnya nama itu ada kaitannya dengan yang diberi nama, bunga bangkai dinamakan begitu karena baunya menyengat seperti bangkai. Kelihatannya hal yang sama juga berlaku bagi pemberian nama anak-anak yang baru lahir, karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih nama untuk anaknya atau nama baru sebagai tanda baptisan.

Daniel, nama yang diberikan oleh orang tuanya kepada anaknya itu tentu disertai dengan suatu harapan, karena nama Ibrani itu memiliki arti ‘Allah adalah hakimku,’ dan dalam membesarkannya tentu orang tuanya berusaha benar-benar agar arti nama itu berlaku dalam kehidupan Daniel.  Ternyata, harapan orang tua Daniel terkabul dan usaha orang tuanya mendidiknya tidak sia-sia, karena anak itu bertumbuh dengan sehat, pintar dan berhikmat, dan anak itu sering memuji Allah dan berdoa: “Terpujilah nama Allah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebab dari pada Dialah hikmat dan kekuatan.” (Daniel 2:20).

Orang luar pun bahkan penjajah menghargainya sampai-sampai para pimpinan termasuk raja Babel melihatnya memenuhi syarat untuk dijadikan salah satu dari orang-orang pilihan yang layak dididik ke posisi yang lebih tinggi. Bahkan kemudian Nebukadnezar, raja Babel, melihat hidup Daniel yang terpuji kemudian ikut memuji Allah Daniel dan berucap: “Sesungguhnyalah Allahmu adalah Allah yang mengatasi segala allah dan Yang berkuasa atas segala raja.” (Daniel. 2:47).

Seorang Daniel yang lain, pemuda Jakarta, rupanya sekalipun menyandang nama yang luhur itu ternyata saat ini ramai dibicarakan mass-media karena ia sendiri menjadi ‘hakim dan eksekutor’ nyawa Nasrudin yang mati karena ditembaknya, kenyataan yang berlawanan dengan arti nama yang disandangnya sejak bayi. Sungguh tragis nama yang begitu indah ternyata dikotori oleh perilaku penyandangnya sehingga menjadi begitu rendah. Yang tragis lagi, tetangga Daniel yang dekat dengannya mengatakan kepada wartawan TV, bahwa: “Daniel itu orangnya rajin ke gereja

Dalam kasus Daniel ini, ada dua pihak yang perlu disorot, yaitu orang tua dan juga pimpinan gereja dimana ia rajin beribadat. Tentu orang tuanya mendidiknya sesuai jalan Tuhan atau bisa juga orang tuanya alpa mendidiknya, namun yang pasti pergaulan di kota metropolitan Jakarta telah menyebabkannya hidup sengsara dan menyeretnya dalam kehidupan yang membahayakan orang lain, demikian juga kita bisa mempertanyakan sebeberapa jauh gereja sudah ikut membina dan membentuk watak jemaatnya yang rajin mengunjunginya itu?

Penulis kenal banyak teman bernama Daniel, salah satunya adalah pendukung setia YABINA ministry sejak awal, ia tidak mengecewakan harapan orang tuanya yang memberinya nama begitu indah sehingga saat ini ia dan isterinya begitu rajin sebagai seorang profesional mempelajari teologi dan aktif melayani di gerejanya bahkan mendahulukan pelayanan melebihi profesinya. Seorang teman bernama Daniel lainnya begitu bertumbuh menjadi pemuda yang baik rajin belajar ilmu dan hikmat sehingga mencapai gelar doktor teologi dan saat ini dipercaya menjadi rektor disebuah Seminari Alkitab di Malang. Banyak lagi teman-teman Daniel yang menjadi orang-orang yang dipakai Tuhan dalam pelayanannya seperti seorang Daniel yang saat ini menjadi sekjen pelayanan mahasiswa ‘Perkantas,’ seorang profesional yang kemudian belajar teologi dan melayani secara penuh waktu di ladang Tuhan dengan melayani kalangan mahasiswa dengan motto: “Membangun Generasi Muda Kini untuk Pembangunan dan Pelayanan Esok

Kasus khusus Daniel yang menjadi ‘hakim dan eksekutor pembunuhan’ itu mencuatkan tudingan pada orang-orang tua dan para pemimpin gereja, sampai dimanakan mereka bertanggung jawab terhadap pembinaan rohaninya sehingga menghasilkan watak yang berguna bagi Tuhan dan sesamanya? Memberi nama anak yang baru lahir atau baru dibaptis dengan nama ‘alkitabiah’ sungguh baik, karena ‘nama itu bisa menjadi cermin agar anak itu kelak bercermin kepada nama besar yang disandangnya.’ Orang tua tidak bisa asal memberi nama anaknya yang baru lahir dengan ‘nama besar yang alkitabiah’ saja, tetapi ia perlu membimbing agar anak itu dididik menurut jalan yang patut yang sesuai dengan harapan orang tuanya yang diungkapkan dengan pemberian nama itu. Apalagi, masakini tekanan dan godaan dunia begitu hebat sehingga seorang yang didik baik oleh orang tuanya bisa dengan mudah terjerumus kelembah dosa yang dalam, apalagi kalau orang tuanya alpa membawa anaknya kepada Tuhan. Gereja sebagai pembimbing rohani juga tidak bisa hanya memberikan kotbah-kotbah kosong kepada jemaatnya, tetapi pimpinan gereja perlu memperhatikan kebutuhan iman, pendidikan, maupun kesejahteraan hidup jemaatnya sehingga kasus-kasus seperti yang dialami seorang Daniel itu tidak perlu terjadi.

Agustinus semasa kecil di Afrika Utara hidup bersama orang tuanya dan akhirnya hijrah ke kota Roma terpengaruh slogan ‘Semua Jalan ke Roma,’ dan ia menganggap Roma sebagai surga dimana memang benar ia bisa belajar segala macam ilmu yang mungkin diingini seorang pemuda yang penuh harapan masa depan dan menikmati segala kenikmatan duniawi, namun apa lacur, di Roma ia terpengaruh pergaulan jahat sehingga ia terjebak prostitusi dan kejahatan lainnya dan mengikuti aliran sesat. Al hasil Tuhan masih mengasihaninya sehingga juga berkat dukungan doa-doa ibunya Monica ia bertobat dan akhirnya menjadi uskup di Hippo yang tidak menikah dan meninggalkan kenikmatan dunia demi kerajaan surga yang ia layani sampai akhir hayatnya. Baginya, menjawab slogan diatas, ia kemudian mengatakan: “Benar, semua jalan ke Roma, namun Roma adalah kota kebinasaan

Orang tua perlu benar-benar memperhatikan pendidikan ilmu dan rohani anak-anaknya, apalagi kalau memberi nama anaknya dengan nama alkitabiah tentu ia mempunyai tanggung jawab yang lebih besar lagi, demikian juga pimpinan dan jemaat gereja sekarang tidak bisa acuh-takacuh kepada jemaatnya dan sesama jemaat lain, tetapi perlu benar-benar mendoakan, memberi nasehat, pendidikan dan pembinaan rohani yang terus-menerus, apalagi untuk jemaat perkotaan dimana godaan dan daya tarik duniawi begitu besar, peran orang tua dan gereja sangatlah besar.

Jemaat juga benar-benar perlu mendoakan Para orang tua kristen dan juga pendeta dan pimpinan gerejanya, soalnya mereka menghadapi godaan dan tekanan pekerjaan yang luar biasa berat, karena itu dengan kita ikut mendoakannya, kita dapat ikut menumbuhkan iman orang tua dan pendeta & pemimpin jemaat itu dan memperkuat daya juang pelayanannya, dan selanjutnya dengan kelebihan itu ia bisa lebih mudah membimbing anak-anak dan jemaatnya yang banyak itu ke jalan Tuhan dan kearah tujuan hidup yang diperkenan Tuhan.

Pengamsal mengatakan bahwa:

“Didiklah anak muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.” (Amsal 22:6).

 

Salam kasih dari Sekertariat

 

 


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]