RENUNGAN September 2009
PERKAWINAN DALAM KASIH ALLAH
“… Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita,
ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8)Ayat diatas merupakan ayat penutup dari film berjudul ‘Fireproof’ (www.fireproofmymarriage.com) yang sangat indah dan dikemas secara profesional. Film ini arahan Samuel Goldwyn films (SG adalah pendiri MGM) dan diedarkan Sony Pictures Entertainment Company.
Penelitian menunjukkan bahwa setengah dari perkawinan di Amerika Serikat berakhir dengan perceraian dan dari yang bercerai perceraian ulang masih banyak terjadi. Di kalangan kristen nominal angka itu tidak berbeda jauh, namun dikalangan kristen konservatif yang memegang Firman Allah sebagai otoritas dalam kehidupan perkawinan angka itu jauh lebih rendah. Pada umumnya perceraian terjadi karena kurangnya komunikasi, ketidak cocokan, egoisme, dan adanya pihak ketiga.
Film Fireproof merupakan salah satu penggambaran kembali ke layar lebar kasus-kasus nyata perkawinan yang berhasil dipulihkan dalam kasih Allah yang menjadi berkat pula bagi banyak pasangan hidup baik yang hidup rukun maupun yang mengalami permasalahan.
Film itu menceritakan pasangan muda suami-isteri Caleb dan Catherine. Mereka telah menikah selama 7 tahun tanpa anak, dan seperti lazimnya keluarga muda, egoisme, kebosanan, dan kesibukan pekerjaan menyebabkan pasangan demikian menghadapi krisis, apalagi kalau mereka terdesak oleh kebutuhan ekonomi dan pengeluaran yang tak terduga. Dalam kesibukannya sebagai kapten regu pemadam kebakaran, Caleb diperhadapkan dengan kesibukan dan tantangan lapangan yang sangat menguras energi fisik maupun mental, kondisi ini membuat ia sangat terobsesi akan pekerjaannya sehingga ia makin kurang memperhatikan isterinya sendiri.
Catherine, karena kebutuhan rumah tangga yang pas-pasan lalu bekerja di sebuah rumah sakit. Apalagi, ibunya mengalami kelumpuhan dan membutuhkan biaya pengobatan besar termasuk untuk membeli kursi roda otomatis. Kondisi Catherine yang demikian dan kondisi emosional Caleb yang masih labil menyebabkan keduanya sering bertengkar dan saling menyalahkan. Apalagi di rumah, Caleb sering menonton pornografi di internet tapi acuh-tak-acuh kepada isterinya, dan ketika ibu Catherine membutuhkan biaya banyak untuk membeli kursi roda otomatis, bukannya Caleb membantu dengan tabungannya malah bercita-cita ingin membeli kapal pesiar kegemarannya.
Konflik ini kemudian meletus dengan pertengkaran yang menyebabkan Catherine mengambil keputusan untuk bercerai dan melemparkan cincin kawinnya ke laci lemari dan mulai mengurus surat perceraian melalui pengacaranya. Caleb yang juga emosi menjawab juga dengan sikap egoismenya ke arah yang sama. Dalam kondisi demikian, Catherine di rumah sakit tergoda dekat dengan seorang dokter muda yang menunjukkan sikap perhatian kepadanya dibalik sikap acuh-tak-acuh suaminya sendiri.
Sebelum surat-surat perceraian mereka ditandatangani, Caleb sempat berbincang-bincang dengan ayahnya dan mendapat nasehat agar menunda keputusannya cerai dalam waktu 40 hari dan akan diberikan kepadanya buku harian berisi nasehat selama 40 hari. Buku harian ini berhasil merekatkan kembali perkawinan orang tua Caleb karena sebelumnya salah satunya juga ingin meninggalkan pasangannya dan pasangannya yang kebetulan memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus telah membuat buku harian 40 hari itu.
Dengan gengsi dan terpaksa Caleb mengikuti nasehat ayahnya dan mulai mempelajari buku harian itu dari hari ke hari dan mencoba melakukan setiap hari nasehat-nasehat yang diberikan didalamnya untuk dilakukan pada hari itu. Tidak mudah bagi Caleb yang memiliki ego besar untuk mulai merendahkan dan menyangkali diri (apalagi menerima Kristus sebagai jawab atas masalahnya), misalnya untuk memperhatikan isterinya, menanyai keadaannya di rumah sakit, memberinya bunga, menyediakan kopi, bahkan menyediakan makan malam bagi mereka berdua. Situasi yang sudah lama tidak pernah mereka lakukan bersama.
Sekalipun Caleb sudah menjalani pembacaan buku harian itu sampai 43 hari (sudah lebih 3 hari) dengan jatuh bangun, kondisi perkawinan mereka belum membaik. Namun doa-doa Caleb yang timbul dari imannya akan Yesus Kristus yang baru dikenalnya secara pribadi ternyata membawa dampak cukup besar. Caleb mulai belajar menyangkali diri dan menahan emosi termasuk menyangkali keinginan dagingnya melihat situs porno di komputer (ia menghancurkan perangkat komputernya), dan perubahan diri Caleb rupanya dilihat dengan heran oleh Catherine yang mulai menyadari adanya sesuatu yang terjadi.
Sekali waktu dalam pergumulannya, Catherina merasa demam sehingga tidak bekerja dan ketika itu Caleb pulang ke rumah dan menunjukkan perhatian kepada isterinya, sesuatu yang sebelumnya tidak ia lakukan. Isterinya ditempat tidur dengan terharu menanyakan kepada suaminya apa yang terjadi dengan dirinya yang tiba-tiba berubah. Caleb dengan kasihnya yang baru membelikan makanan dan obat untuk isterinya dan menyeka dahi isterinya yang demam. Ini membuat Catherine terharu dan menanyakan ‘apa yang telah terjadi dengan diri Caleb?’
Caleb mulai menceritakan bahwa sebagai seorang pemadam kebakaran ia tidak mau meninggalkan partnernya dan ia tidak mau hidup sendirian dimasa tua tanpa isterinya. Ia mengaku mendapat nasehat ayahnya melalui buku hariannya. Catherine terhenyak dan mengeluarkan buku harian milik suaminya itu yang baru ditemukannya kemarin. Klimaksnya adalah Caleb meminta maaf atas kesalahannya selama ini yang egois dan kurang memperhatikan isterinya. Mendengar ini Catherine dengan meneteskan air mata mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu untuk berpikir karena minggu depan surat-surat perceraian sudah harus ditandatanganinya.
Ketika Catherine akan membeli perlengkapan untuk ibunya yang lumpuh, ia kaget ketika diberitahu bahwa suaminya ternyata telah melunasi 24.000 dolar untuk membeli kursi roda otomatis kebutuhan ibunya dengan menggunakan simpanan pribadi suaminya yang semula dicita-citakan untuk membeli kapal pesiar. Catherine mulai sadar bahwa suaminya masih mencintainya dan setelah menemukan kembali cincinnya ia menemui suaminya ditempat kerja suaminya. Ia mengatakan bahwa ia telah melihat perubahan hati suaminya dan ia pun ingin mengalami perubahan yang sama, dan bahkan ia juga ingin menapak kehidupan masa tuanya dengan Caleb.
Puncak drama film ini adalah mereka sepakat untuk rujuk, apalagi Caleb mengetahui hal baru bahwa yang menulis buku harian itu sebenarnya bukan ayahnya yang ingin ditinggal ibunya tetapi sebaliknya ayahnya mengaku bahwa ialah yang ingin meninggalkan ibunya, dan ibunya dengan iringan doa memberikan buku harian itu kepada ayahnya. Film ini diakhiri dengan upacara perkawinan kedua kalinya Caleb dan Catherine didepan pendeta dan jemaat tetapi yang merupakan upacara pertama dimana mereka menikah dihadapan Tuhan dengan iman yang diperbarui oleh Roh Kudus.
Film yang didasarkan kasus konseling yang nyata ini menunjukkan kepada kita banyak pelajaran, bahwa pernikahan masa kini terutama pada dasawarsa pertama banyak menghadapi prahara, hanya yang menjadi masalah orang dunia cenderung mengakhirinya dalam egoisme mereka, sehingga akibatnya banyak yang kawin cerai sampai beberapa kali. Masyarakat menjadi sakit bila unit terkecil masyarakat yaitu keluarga juga sakit. Sebaliknya, iman kristen menjadi jalan keluar terbaik, dimana hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus menjadi perekat untuk keutuhan rumah tangga bahkan melanggengkannya sampai maut memisahkan. Rahasianya, dalam Yesus akan dialami kehidupan yang baru yang menghadirkan kasih Allah dalam kehidupan suami isteri, dan ini perlu didukung kesaksian dan doa teman-teman seperti yang dialami oleh Caleb dan Catherine.
Film ini didukung banyak badan konseling perkawinan seperti a.l. Marriage Comission (www.marriagecomission.com), Focus on the Family (www.focusonthefamily.com), dan Family Life (www.familylife.com). Karena itu suami-isteri bisa belajar banyak mengenai kasih Allah dalam perkawinan baik melalui Alkitab, doa-bersama, maupun melalui pengalaman-pengalaman perkawinan yang bisa dibaca dalam situs-situs tersebut.
A m i n.
Salam kasih dari Sekertariat
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]