RENUNGAN Oktober 2009


 

 

MENDOAKAN PEMERINTAH YANG BARU

 

 “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” (1 Petrus 5:2-3)

Hari ini, tanggal 20 Oktober 2009, Presiden & Wakil Presiden terpilih untuk kurun waktu tahun 2009 s/d 2014 dilantik oleh MPR di Balai Sidang Senayan. Ini akan disusul dua hari kemudian dengan pelatikan Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II. Masyarakat Indonesia lega setelah selama berbulan-bulan diisi dengan kampanye pemilu yang menegangkan, namun semua itu sudah usai dan Presiden & Wakilnya telah terpilih dengan damai dan selanjutnya kita tinggal menantikan terlaksananya janji-janji Pemilu yang telah dilontarkan. Apakah yang bisa diperbuat oleh umat Kristen?

Umat Kristen sebagai minoritas dinegeri ini tidak bisa berbuat banyak, mengingat partai yang mengaku mewakili kekristenan mendapat suara dibawah electoral treshold. Namun kita tidak boleh lupa bahwa keterwakilan umat kristen melalui pribadi-pribadi yang beriman kristen ada tersebar hampir disemua partai politik, bahkan beberapa yang beragama kristen dipanggil masuk dalam kabinet.

Mungkin kita juga merasa sebagai minoritas yang tidak memiliki posisi atau kekuatan politik maka apapun usaha kita tidak akan berhasil, apalagi orang yang baik dan jujur (termasuk umat Kristen) sangat sedikit, namun apa yang dialami oleh nabi Elia dapat menjadi cermin bagi kita, yaitu sekalipun kita merasa seorang diri, Tuhan menguatkan Elia karena masih ada 7000 orang yang belum bertelut kepada Baal:

"Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan; hanya aku seorang dirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku." Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? "Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal." (Roma 11:3-4).

Dan dalam hubungan dengan nabi Elia, Yakobus menulis: ” Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Karena itu sekalipun sedikit (namun fakta sebenarnya masih banyak) marilah kita berbuat sesuatu setidaknya melalui doa karena Tuhan Yesus akan menyertai kita, sebab Ia telah berfirman:

“Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:20).

Yang terutama perlu diingat adalah bahwa seorang ‘comitted christian’ yang menyadari bahwa ‘Ia adalah Saksi-Saksi Kristus’, ‘Ia didampingi Roh Kudus yang berkuasa’ (Kis.1:8), dan ‘Tuhan Yesus menyertai kita senantiasa sampai kepada akhir zaman’ (Mat.28:20). Jadi, sebenarnya sekalipun secara kwantitatip lemah, secara kwalitatip sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan oleh umat Kristen.

Hal yang secara konkrit didepan mata yang bisa dilakukan umat kristen tidak lain adalah secara umum mendoakan para pemimpin negara yang akan menjadi gembala-gembala yang menggembalakan para domba yaitu masyarakat Indonesia, dan secara khusus mendoakan mereka yang duduk di MPR/DPR maupun Kabinet yang baru. Negara Indonesia memiliki azas Pancasila yang sangat luhur, itulah yang perlu pertama didoakan agar dapat diejawantahkan dalam kehidupan berkebangsaan dan bertanah air di Indonesia dan yang kedua agar para pemimpin dapat menjadi gembala-gembala yang baik bagi para domba mereka di Indonesia.

Ayat pada awal tulisan ini menarik untuk disimak karena para gembala seharusnya tidak memerintah dengan paksa, bukan menjadikan semangat memerintah sebagai tujuan utama atau kerennya ‘for the sake of power’ sebab mereka mudah terjerat seperti yang dilontarkan para pengamat sosial ekonomi bahwa ‘absolute power, tends to corrupt absolutely.’ Hal inilah yang juga diingatkan dalam surat rasul Petrus diatas, agar para gembala tidak mencari keuntungan, terutama keuntungan politik dan uang, melainkan agar mereka melakukan ‘pengabdikan diri,’ slogan yang makin hilang dalam kamus perpolitikan di negeri tercinta ini.

Banyak orang menjadi pemimpin karena kekuatan pribadi sesuai ambisi kemanusiaan mereka, banyak yang menanamkan modal banyak untuk menggapainya, dan banyak yang menjadi pemimpin karena merebut kekuasaan dengan mengorbankan orang lain. Dengan motivasi demikian sangat sulit diharapkan adanya output yang bermotif mengabdi, namun firman Tuhan mengajarkan kepada kita agar kita menjalankan tugas sebagai ‘panggilan Allah yang mulia’ dan bukan dengan terpaksa melainkan dengan sukarela.

Nasehat rasul Petrus selanjutnya adalah agar ‘menjadi teladan bagi mereka yang dipercayakan kepada mereka.’ Kata-kata ini bukanlah kata-kata kosong karena diteladankan dalam kehidupan rasul Petrus sendiri, karena itu tidak salah bahwa rasul Petrus yang mudah goyah itu kemudian disuruh Tuhan Yesus sampai 3 kali agar “gembalakanlah domba-domaKu” (Yoh.21:15,16,17). Petrus kemudian dijadikan tonggak sejarah gereja bahwa diatas ‘batu karang Petra seperti namanya’ jemaat akan dibangun (Mat.16:18), ialah yang kemudian pertama kali berkotbah pada saat gereja berdiri di hari Pentakosta (Kis.2:14). Sekalipun pernah menyangkali Yesus sampai tigakali, akhir hidup Petrus menunjukkan pengorbanannya sebagai martir yang setia (Menurut tradisi ia mati syahid dengan digantung terbalik – band. Yoh.21:18).

Saudara/i, marilah kita mendoakan para pemimpin pemerintah yang baru agar mereka menjadi gembala-gembala yang baik dan menjadi teladan bagi rakyat Indonesia, dan marilah kita bersama-sama mendukung pelayanan mereka dalam posisi/jabatan maupun usaha kita masing-masing dimana kita berada! Itulah tugas mulia yang Tuhan embankan kepada mereka dan kita umat Kristen.

A m i n

Salam kasih dari Sekertariat

 


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]