Mujizat? Bagi seorang skeptik dan atheist mujizat hanya dianggap sebagai faktor kebetulan atau bukan peristiwa luar biasa karena sebenarnya bisa dijelaskan dengan akal, bagi yang lain demonstrasi mujizat yang biasa dipraktekkan di KKR secara masal dan ditayangkan TV itu hanya merupakan hasil sugesti massa yang bersifat sementara dan hanya menyangkut penyakit psikosomatis. Namun bagi yang fanatik, mujizat dan kesembuhan Ilahi harus dialami umat beriman karena ‘siapa beriman pasti sembuh’ dan ‘oleh bilurnya kamu telah sembuh.’ Sebenarnya, bagi seorang yang beriman dengan benar, mujizat tetap bisa terjadi sampai sekarang namun itu adalah adalah campur tangan Tuhan atas kehidupan didunia ini yang kita terima dengan iman kepercayaan, karena Tuhan Yesus tidak berubah, dari dulu, sekarang sampai selama-lamanya! Demikian juga adanya mujizat dan sembuh tidaknya seseorang tergantung apakah dikehendaki Tuhan atau tidak, ada atau tidaknya kehadiran penginjil penyembuh. Seperti halnya Rasul Paulus yang berdoa sampai tiga kali untuk mujizat kesembuhannya tetapi ia dibiarkan tetap sakit (2 Kor.12:7-10; band. Gal.4:13-14), sebab dalam kelemahan Pauluslah ia menyerahkan diri sediri dibawah kuasa Tuhan dan tidak meninggikan diri, karena Tuhan punya maksud sendiri bagi anak-anak-Nya. Penulis dua minggu silam diundang memberikan renungan dan ceramah dalam camp nasional di Lembang Utara yang sejuk udaranya. Disitu banyak kesaksian kesembuhan bukan disebabkan oleh sugesti KKR massal melainkan benar-benar kesembuhan yang datang dari Tuhan di tengah pergumulan proses pengobatan dari sakit-penyakit yang berbahaya terutama kanker dalam berbagai bentuknya. Pertemuan camp dwi-tahunan itu diadakan oleh Marturia Hospital Ministry (MHM), salah satu pelayanan Yayasan Marturia Indonesia (Yamari) dan menghadirkan empat pembicara termasuk dua dokter spesialis dari Singapura. MHM mulai melayani di tahun 1994 dan dimulai di Singapura dengan misi utama membantu para pasien Indonesia yang berobat di Singapura melalui kunjungan penghiburan, mendoakan, bahkan membantu memperkenalkan dokter spesialis kristen maupun mencarikan penginapan yang ekonomis, dan dari pelayanan yang 16 tahun itu sudah dilayani banyak sekali pasien dari Indonesia yang banyak diantaranya baru mengenal Tuhan Yesus secara pribadi dan dikuatkan melalui pelayanan ini. Penulis sendiri ditahun 1990 pernah mengantar anak berobat di Singapura karena kebocoran pembuluh darah halus di otak (AVM) dan di Indonesia dokter/rumah sakit menyatakan harus dioperasi diluar negeri, namun saat itu di Singapura ada demo seorang spesialis dari Paris tentang tehnik baru ‘pembedahan otak tanpa pisau!,’ dan penulis dibantu oleh seseorang yang menyediakan apartemennya untuk menginap dan seorang pendeta yang mengunjungi anak penulis di rumah sakit, rupanya pelayanan demikian menjadi cikal-bakal pelayanan resmi MHM karena keduanya menjadi perintis pembentukan pelayanan MHM empat tahun kemudian (MHM d/a Yamari, Jl. Garuda 31-M, Jakarta 10610, Telp: 021-4216711). Kesembuhan yang dialami anak penulis terjadi adalah mujizat dan biaya yang dikeluarkan hanya sekitar 15% dibanding kalau harus dioperasi otak. Sekalipun penulis bukan diundang sebagai alumnus pelayanan MHM, namun sebagai manula, penulis juga tidak lepas dari kelemahan tubuh ditengah kesibukan pelayanan. Sebenarnya gentar juga ketika mengetahui kehadiran peserta yang banyak yang berjumlah 270 orang dewasa dari seluruh Indonesia. Pasalnya penulis pada tengah pertama tahun 2010 menderita radang tenggorokan yang menyerang pita suara dan mengakibatkan suara menjadi serak dan gemetar sehingga tidak kondusif untuk berbicara dimuka umum, apalagi dalam kurun waktu itu banyak pelayanan dibatalkan atau ditolak, dan sekalipun pada bulan Juli pelayanan sudah dimulai lagi karena kondisi membaik, tapi terbatas untuk kalangan kecil sehingga tidak harus memaksakan bersuara keras. Pada minggu tanggal 15 Agustus penulis diminta membawakan renungan minggu selama satu jam dan diselingi makan pagi akan dilanjutkan dengan dua jam ceramah. Tapi terjadi dua halangan besar, ketika renungan akan dimulai, panitia melaporkan bahwa notebook panitia mengalami error dan malam sebelumnya persentasi powerpoint seorang dokter tidak jalan. Tidak lama kemudian seorang anggota panitia menyodorkan notebook miliknya dan dilayar terlihat catatan: “Error, cannot read!.” Agak panik juga karena pada acara ceamah nanti penulis akan menggunakan persentasi powerpoint sepenuhnya. Rupanya kemacetan terjadi karena kompatibiltas dimana flashdisk penulis berisi file powerpoint 2010 dengan operating system Windows-7 sedangkan kedua komputer tadi berisi program Ms.Office 2003 yang masih menggunakan operating system Windows XP. Ketika renungan dimulai penulis mengumumkan musibah ini dan mengajak jemaat mendoakan datangnya mujizat Tuhan dalam waktu yang mendesak itu. Dua Mujizat Tuhan terjadi, selesai Renungan didepan ratusan orang itu, pertama isteri penulis yang dengan setia mendampingi dan duduk dibarisan paling depan mendekati penulis dan mengatakan “heran suaranya tidak serak dan gemetar malah suaranya lantang!” Inilah waktu Tuhan (kairos) yang tidak memberi kesembuhan dalam 6 bulan sebelumnya tapi sekarang penulis bisa mmbawakan firman dengan lantang, rupanya 6 bulan disediakan Tuhan untuk penulis beristirahat agar terjadi pemulihan kesehatan demi pelayanan yang lebih efektif lagi! Ini benar soalnya sekalipun di bulan Juli pelayanan sudah mulai diterima namun masih terbatas untuk jemaat yang terbatas jumlahnya dan penulis masih menggumulkan pelayanan kedepan yaitu beberapa pelayanan lokal dan sebuah pelayanan ditempat jauh yaitu HUT GKI di Papua yang ke 54 di Tembagapura, Timika, Papua pada bulan Oktober 2010. Mujizat kedua terjadi, sekalipun selama makan pagi masalah kompatibilitas notebook masih dialami, sejenak sebelum ceramah dimulai ketika penulis sudah berdiri di mimbar, tiba-tiba anggota panitia membawa kembali notebook pribadinya dan berhasil membuka file.pptx yang dibawa penulis, rupanya Tuhan mempertemukannya dengan seseorang yang mahir komputer atau menaikkan kompatibilitas notebook itu sehingga bisa dijalankan dan selama dua jam persentasi, tidak ada gangguan sedikitpun. Bukan hanya itu, panitia juga datang dengan notebook lainnya yang sudah diperbaiki errornya! Halleluya! Satu perkara yang bisa kita renungkan dalam hubungan dengan mujizat Tuhan adalah bahwa mujizat terjadi bila waktu kehendak Tuhan dinyatakan, dan mujizat bukanlah bahwa ‘asal percaya semua sakit-penyakit hilang’ atau ‘bila beriman pasti sembuh’ melainkan bahwa ‘percaya itu adalah beriman bahwa ‘Tuhan akan mendatangkan mujizat bila Tuhan berkenan sesuai waktu dan kehendak Tuhan sendiri.’ Saudara/i, didunia ini kita menghadapi berbagai penderitaan, sakit-penyakit maupun melapetaka lainnya, kita harus membuang konsep salah kaprah bahwa ‘oleh bilurnya semua sakit-penyakit sembuhlah,’ atau bahwa ‘asal percaya semua sakit-penyakit akan hilang,’ namun dibalik itu kita harus tetap percaya bahwa sekarangpun kesembuhan dari Tuhan Yesus masih bisa terus-menerus kita alami, hanya kita harus beriman dan menyerahkan proses kesembuhan pada ‘kehendak Tuhan Yesus sesuai waktunya.’ Sembuh atau tidak biarlah kuasa Tuhan Yesus tetap dinyatakan dalam hidup kita. Amin. ***
|