RENUNGAN Februari 2011
KASIH KARUNIA KESELAMATAN
" [8] Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, [9] itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. [10] Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” (Efesus 2:8-10)
Baru-baru ini dalam ceramah tentang sekte, seorang yang hadir yang Majelis Jemaat bertanya: “Mengapa pengikut sekte itu biasanya menunjukkan perilaku perbuatan yang lebih baik dibandingkan umat kristen pada umumnya?” Pertanyaan ini menggelitik para hadirin, soalnya kalau kita melihat penampilan lahiriah kita memang melihat adanya perbandingan yang kasat mata. Biasanya sekte-sekte yang bersifat eksklusif dan elitis mempraktekkan beberapa perilaku ‘kesalehan lahiriah’. Ada yang melarang jemaatnya merokok dan minum minuman keras, dan ada pula yang memberlakukan ‘taurat baru’ seperti tidak makan makanan haram, perilaku-perilaku yang sering dipandang sebagai syarat keselamatan.
Kebaikan Buatan
Memang keselamatan seseorang tidak disebabkan merokok atau tidak namun kalau dunia menganggap ‘merokok merugikan kesehatan’ bukankah sepatutnya umat kristen (lebih-lebih pendeta) menunjukkan teladan hidup yang baik? Namun apakah semua perilaku kesalehan buatan dan taurat baru itu diperkenan Allah atau hanya diperkenan manusia? Dan apakah peran kehidupan saleh dalam hidup seseorang yang percaya?
Seorang ahli yang mendalami masalah ‘sekte’ mengatakan bahwa ‘sekte-sekte adalah hutang yang harus dibayar gereja.’ Bukankah umat kristen yang percaya masih sering hidup dengan etika yang sama dengan orang duniawi? Di negara-negara Barat yang secara tradisional disebut ‘kristen’ bahkan masakini kita melihat angka persentasi perceraian tinggi dan dosa-dosa seksual seperti perselingkuhan dan praktek homoseksual di kalangan beragama kristen tidak beda dengan persentasi di kalangan masyarakat umum.
Memang penampilan lahiriah tidak menjamin sifat sama didalamnya, namun orang pada umumnya terpukau melihat apa yang kelihatan dan kurang melihat hakekat kebaikan hati sebenarnya dan ibarat membeli buku yang dilihat pertama kalinya adalah covernya sekalipun isi buku tidak sehebat itu, demikianlah dengan perilaku manusia.
Benarkah kesalehan atau taurat-baru itu mencerminkan apa yang ada di dalamnya? Seharusnya, namun kenyataan sebenarnya tidak seindah itu dan sering berbeda dengan itu, soalnya sesuatu yang bersifat ‘buatan’ (artificial) belum tentu sesuai dengan kwalitas apa yang ada didalamnya. Ini menimbulkan pertanyaan kalau begitu ‘Bagaimanakah perilaku seharusnya seorang kristen yang telah diselamatkan itu?’ Apakah berperilaku sama dengan orang duniawi ataukah ada ciri-ciri lahiriah yang kelihatan?
Buah Kasih Karunia
Perjanjian Baru memberikan petunjuk yang tepat mengenai bagaimana sepatutnya kehidupan lahirian seorang pengikut Tuhan Yesus Kristus yang yakin dirinya telah diselamatkan itu. Ayat-ayat pada awal artikel ini memberikan rangkuman perihal bagaimana sebaiknya etika kristen itu.
(1) Pertama, keselamatan itu adalah kasih karunia [ayat-8], sesuatu yang kita terima dari Allah, namun ini menimbulkan pertanyaan lain sebegitu mudahkan keselamatan itu kita terima dan semua orang menerimanya? Apakah tidak ada peran manusia di dalamnya? Karunia keselamatan adalah bukti Allah bahwa Ia ‘mengasihi isi dunia’;
(2) Kedua, tidak semua orang akan menerimanya melainkan hanya yang ‘menerimanya oleh iman.’ Memang Tuhan berkuasa memberikan kasih karunia keselamatan kepada semua orang yang diperkenankannya namun Tuhan sebagai pribadi Ilahi yang berkuasa tidak begitu gampangan dengan karunianya melainkan ‘Allah menuntut adanya iman.’ Dalam Yohanes 3:16 disebutkan ‘barangsiapa percaya’ akan memperoleh hidup yang kekal (band. Kisah 16:31);
(3) Ketiga, keselamatan bukanlah hasil usaha atau pekerjaan manusia, melainkan ‘pemberian Allah’ karena itu tidak patut seorang memegahkan diri seakan-akan ia menganggap telah mempraktekkan kesalehan dan menjalankan taurat baru seperti menjalankan sabat atau tidak makan ini-itu sebagai kredit masuk sorga. Kalau begitu, apakah kita bisa bebas hidup dengan perilaku kita?
(4) Keempat, tentu tidak, sebab sekalipun Allah memilih manusia yang dikasihinya, firman-Nya menyebutkan bahwa karena kita adalah ‘buatan Allah’ dan diciptakan ‘dalam Kristus,’ maka karena kita telah disiapkan Allah sebelumnya, tentulah kita patut menunjukkan perilaku hidup sesuai firman Allah dalam pertobatan dan ketaatan. Perumpamaan Penabur (Matius 13) menunjukkan bahwa pohon yang hidup baik dan subur itu ditunjukkan dengan buah-buah lebat yang dihasilkannya, dan firman Tuhan menyebutkan bahwa “Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” (Matius 12:33).
Akhirnya . . .
Dari ayat-ayat yang dirangkum dalam empat butir diatas, kita melihat bahwa ‘Keselamatan bukanlah karena usaha/amal baik manusia’ misalnya dengan hidup saleh atau menjalankan taurat baru melainkan adalah kasih karunia pemberian Allah dan karenanya umat beriman harus menunjukkan buah-buah kehidupan yang penuh perbuatan yang baik, karena firman Tuhan mengingatkan kita bahwa:
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Korintus 5:17)
Dosa dalam diri manusia yang membuat manusia tidak diperkenan Allah sudah demikian besar sehingga manusia yang melakukannya akan mati. Orang bisa saja tidak merokok atau bersuci diri di hari Sabat namun bisa saja ia masih hidup sebagai koruptor. Seorang yang dengan ketat menjalankan Sabat di hari Sabtu agar bisa memenuhi hukum Allah agar bekerja ‘6 hari lamanya’ (Keluaran 20:9) tapi dalam prakteknya ia hanya bekerja 5 hari seminggu berarti ia korupsi sehari. Itu berarti tidak ada perbuatan baik buatan manusia yang bisa menyelamatkan manusia, tetapi firman Tuhan juga menasehati agar:
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)
Perbuatan baik tidak menyelamatkan seseorang tetapi seseorang yang diselamatkan tentu akan membuahkan hidup yang baik, karena kesaksian hidup dan kebajikan perlu menjadi buah yang keluar dari orang yang telah diselamatkan yang telah mengalami perubahan hidup dari kegelapan menjadi terang:
“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." (Matius 5:16)
Semua ini dimungkinkah bila kita hidup bergantung kepada Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus menyertai kita:
“Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” (Yehezkiel 36:26-27; band. Yohanes 3:1-21)
A m i n !
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16).
"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik" (Roma10:15b). Amin!
Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)