RENUNGAN April 2011
YESUS DAN POLA MAKAN
“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. . . . dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat.” (Matius 6:11,13)
Bulan April adalah bulan peringatan Paskah. Paskah bertemakan ‘Anugerah Allah dalam Penyelamatan Manusia,’ baik pada masa Perjanjian Lama (Penyelamatan fisik Israel dari perbudakan Mesir) maupun masa Perjanjian Baru (penyelamatan spiritual umat Manusia dari perbudakan dosa).
Dalam rangka peringatan Paskah ada baiknya kita merenungkan apakah kiranya yang akan dikatakan oleh Yesus mengenai pola makan untuk menjadi konsumsi tubuh manusia masakini yang telah diselamatkan? Ini perlu difikirkan karena situasi makanan manusia pada masakini banyak yang menimbulkan ekses tidak sehat, baik makanan nabati (tumbuh-tumbuhan) maupun hewani (makan daging).
Pola Makan dalam Alkitab
Dalam Alkitab Perjanjian Lama kita melihat firman Allah berbicara berubah-ubah mengenai pola makan tergantung situasi dan kondisi alam. Semula sejak penciptaaan atmosfir bumi sangat ideal bersifat sub-tropis karena ada lapisan air pelindung dan makanan yang dianjurkan adalah ‘tumbuh-tumbuh-an’ (Kej.1:29;3:18) karena manusia cukup hidup dari karbohidrat, namun setelah banjir zaman Nuh dimana kondisi atmosfir bumi telah kehilangan lapisan airnya, cuaca dibumi meningkat dan radiasi matahari lebih banyak masuk ke bumi. Ini menyebabkan manusia mengalami kelemahan tubuh dan umurnya pendek sehingga disuruh ‘makan daging’ agar memperoleh protein (Kej.9:3). Pada masa Musa dimasa hukum ritual sangat ditekankan oleh para pemimpin agama mulailah ‘dibedakan antara makanan haram dan halal’ (Im.11; Kel.4:3-22).
Dalam Alkitab Perjanjian Baru kita melihat bahwa Injil anugerah telah menggantikan dan menyempurnakan ritual taurat dan agama amal baik PL dan mulai terlihat pergeseran dalam pola makan. Yesus pada prinsipnya tidak lagi membedakan antara makanan yang halal maupun haram karena yang menajiskan bukan lagi yang masuk ke dalam mulut tetapi yang keluar dari mulut (Mat.15:11) dan Yesus sendiri sehari-hari makan roti, daging domba dan ikan (Mrk.14:12-18; Mat.10:33-37;14:13-21; Yoh.21:1-14; Luk.24:41-43). Perubahan pola makan itu bersangkut paut dengan perubahan agama amal baik didasarkan taurat pada masa PL dan masa PB Tuhan Yesus membebaskan manusia dari kebiasaan PL dan mendatangkan anugerah keselamatan dan bukan karena usaha baik yang mendatangkan kemegahan diri manusiawi (Ef.2:8-10). Rasul Petrus juga mendapat penglihatan mengenai dihilangkannya perbedaan antara makanan haram dan halal (Kis.10:10-16). Paulus menyebutkan bahwa tidak ada makanan yang haram untuk dimakan asalkan dimakan dengan syukur (1Tim.4:3-5).
Namun perkembangan dunia telah mendatangkan berbagai penyakit yang disebabkan pola makan yang salah. Selama ribuan tahun pola makan nabati + hewani menjadi konsumsi manusia tanpa ada dampak berarti, namun revolusi industri diabad 18 telah menyebabkan situasi atmosfir yang berbeda drastis dengan adanya kandungan karbon diokida yang tinggi karena asap pabrik dan dengan berkembangnya industri mobil maka kadar karbon dioksida diudara meningkat dan bahkan lapisan ozon makin rusak menimbulkan pemanasan global (global warming). Revolusi industri melahirkan materialisme dan hedonisme gaya hidup dan manusia menjadi sangat konsumtip termasuk dalam hal makan, ini mengakibatkan bertumbuhnya dengan drastis industri peternakan dimana melalui bio teknologi hewan dibuat gemuk mengandung lemak lebih. Akibatnya pola makan manusia dirusak oleh makanan yang ‘enak rasanya’ tetapi ‘bahaya dampaknya,’ dan terjadilah berbagai-bagi penyakit baru yang membuat tubuh manusia rentan terhadap berbagai penyakit.
Vegetarian sebagai alternatif ?
Dalam menghadapi situasi dunia pangan yang demikian ada sebagian orang mempopulerkan kehidupan vegetarian (hanya makan tumbuh-tumbuhan) dengan alasan bahwa makan nabati itu sehat sedangkan makan hewani itu tidak sehat. Ada berbagai motivasi mengenai kehidupan vegetarian, baik bersifat religius/ideologis maupun kesehatan. Bahkan ada yang menganggap kehidupan vegetarian itu suci (yang lain tidak) dan bahkan ada yang memegahkan diri sebagai kelas elit dengan menyebut diri sebagai ‘clean people’ (yang lain unclean). Bagaimana kira-kira Tuhan Yesus memberikan pandangannya akan situasi pangan masakini yang dulu belum dihadapi dimasa hidup Yesus?
Sekalipun ada yang menyebut makan tumbuh-tumbuhan adalah suci dan bersih, kondisi dilapangan dalam situasi atmosfir bumi masakini tidaklah seideal pandangan pada masakini yang berpandangan hitam-putih seakan-akan makanan nabati itu putih dan makanan hewani itu hitam, makanan nabati pada masakini sama ada bahayanya dengan yang dihadapi makanan hewani. Hujan asam banyak jatuh diladang pertanian dan radiasi nuklir juga mempengaruhi atmosfir dibeberapa lokasi reaktor nuklir, apalagi serangan hama juga merupakan masalah yang menyakitkan tumbuh-tumbuhan. Belum lagi pengolahan pangan nabati yang dikomersielkan seperti membuat tahu dengan pengawetan formalin dan pewarna buatan. Tidak semua tanaman baik bagi kesehatan kalau dimakan berlebihan karena ada tumbuh-tumbuhan maupun buah-buahan bisa mendatangkan kelebihan glukosa yang berpotensi mendatangkan dibetes, dan ada juga yang mendatangkan kelebihan asam urat. Tembakau atau kopi juga tidak sehat kalau dikonsumsi berlebihan, apalagi yang termasuk jenis narkotika. Menurut studi yang dilaporkan ‘Journal of Agricultural And Food Chemistry’ baru-baru ini (2011) disebutkan bahwa vegetarian akan mengalami ‘lower body weight, lower high blood pressure, less cholesterol,’ tapi juga ‘increased risk of cardiovasculer diseases.’
Dari situasi tumbuh-tumbuhan yang demikian, dapat dikatakan tidak ada yang bisa mengikuti vegetarianisme secara konsekwen. Ada yang menganut vegetarian tapi menolak kopi dan teh, ada yang masih makan telur, susu, dan ada yang makan ikan’ disamping penganut religius Yahudi dan sekte yang mengikutinya yang mengikuti larangan makanan najis dalam taurat PL (Im.11; Kel.14:3-22). Sebaliknya sekalipun makanan hewani banyak yang mendatangkan penyakit, banyak yang sebenarnya dibutuhan oleh manusia seperti protein dalam daging dan omega-3 dalam ikan.
Makanlah Secukupnya
Sekalipun Yesus tidak menubuatkan soal pola-makan untuk masakini, setidaknya kita bisa mendengarkan doa Tuhan Yesus seperti yang ditulis di awal renungan ini, yaitu kata kunci ‘cukup makan sehari-hari.’ Kita tidak salah kalau kita makan segala jenis makanan asalkan cukup, dan kata kunci lainnya adalah doa kepada Bapa agar ‘jangan membawa ke dalam pencobaan dan melepaskan dari yang jahat.’ Kalau kita sudah tahu banyak makanan sengaja diternakkan demi kelebihan lemak dan berat, kita jangan mudah tergoda karena makanan demikian kadar kolesterolnya tinggi. Bila seseorang dapat hidup dengan secukupnya tentu ia akan aman dan tidak mudah terserang penyakit sebab pola makan masa Yesus tidak bisa dilepaskan dengan pola gerak pada masa itu. Yesus dan para rasulnya banyak berjalan, maka mengendarai mobil pada masakini tanpa latihan gerak juga merupakan pencobaan bagi kesehatan tubuh. Rasul Paulus menasehatkan kita agar kita menjadi ‘prajurit, olahragawan, dan petani,’ ketiganya adalah pekerjaan yang mengeluarkan banyak keringat dan tentu mendatangkan kesehatan.
Berdasarkan kenyataan itu maka pola makan kristiani yang sehat tentulah kalau ia makan segala macam makanan tetapi dengan berjaga-jaga, karena itu makanlah dengan cukup, makanlah secara selektif (diet) agar tidak tergoda makanan berbahaya dan jahat (a.l. dengan kadar glucosa dan lemak tinggi). Karena:
“Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran. Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, sebab semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa.” (1Tim.4:3-5).
Dibalik itu semua, hidup secukupnya tidak hanya perlu diarahkan untuk kesehatan diri sendiri saja tetapi kita harus memikirkan kesehatan lingkungan dimana kita tinggal, ini termasuk secukupnya menggunakan/memasang AC dan mengkonsumsi bahan bakar mobil, secukupnya bepergian dan penggunaan sumber daya alam lainnya, dan secukupnya menggunakan energi terutama yang tidak terbaharukan agar kita dapat mewariskan lingkungan hidup yang asri yang cukup menghidupkan dengan sehat generasi berikutnya.
"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik" (Roma10:15b). Amin!
Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)