RENUNGAN Agustus 2011
KEMERDEKAAN YANG SESUNGGUHNYA
Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan . . .
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita.
Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
(2Korintus 3:17; Galatia 5:1)
17 Agustus 2011. Di hari ini bangsa Indonesia merayakan hari ulang tahun kemerdekaan negara R.I. yang ke 66. Seminggu sebelum hari itu masyarakat Indonesia sudah memasang bendera merah putih sebagai lambang negara dan juga LAMBANG pengorbanan para pahlawan dari penjajahan dimana curahan darah telah membasahi negara yang diharapkan putih bersih dari segala bentuk penjajahan. Namun, sesudah berjalan selama 66 tahun apakah kemerdekaan itu telah dirasakan oleh semua warga bangsa Indonesia secara merata?
Kemedekaan R.I. telah membebaskan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Marauke dari penjajahan bangsa Belanda dan Jepang, tetapi setelah 66 tahun banyak bagian masyarakat yang merasakan bahwa kemerdekaan itu belum juga kunjung tiba, ada suku yang masih merasa dijajah suku lainnya, ada daerah yang merasa masih dijajah oleh pusat, sebagian besar masyarakat masih merasakan penjajahan segelintir elit penguasa, sebagian rakyat masih merasakan opresi militer lainnya penjajahan ekonomi yang kaya atas yang miskin, dan masih banyak lagi bentuk penjajahan lainnya yang secara bertubi-tubi dirasakan oleh bangsa Indonesia.
Apakah Kemerdekaan Itu?
Manusia Indonesia masih terus-menerus mendambakan kemerdekaan fisik dari kemelut derita fisik itu, namun karena penderitaan fisik itu belum juga kunjung tiba dan dapat dipastikan tidak akan kunjung tiba sehubungan dengan adanya penjajahan yang kegitu kompleks, apakah kalau begitu seseorang tidak bisa merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya sekarang?
Firman Tuhan menawarkan suatu langkah kebenaran bukan dari bentuk luar (fisik/materi) tetapi dari dalam (batin), yaitu jika seseorang dalam hatinya telah merasakan bahwa ia seorang yang merdeka, maka penderitaan penjajahan fisik yang dialami dalam bentuk apapun dari luar tidak akan terasa berat melainkan dapat dihadapi dengan bersyukur sambil ber-angsur-angsur berusaha menghilangkan sumber penjajahan yang ada diluar dirinya itu.
Contoh yang menarik adalah bangsa Israel yang setelah mengalami penjajahan fisik sebagai bangsa diaspora, pada tahun 1948 telah memperoleh kemerdekaan dengan berdirinya negara Israel, namun sampai sekarang setelah 63 tahun kemerdekaan juga tidak mereka rasakan karena mereka terus menerus takut akan serbuan bangsa-bangsa disekelilingnya, bukan saja takut akan serangan bom dan mortir ke kota-kota Israel, namun mereka juga takut akan ancamanan teroris dari dalam diri mereka. Satu-satunya bangsa di dunia beradab ini justru dialami negara yang merasa dirinya sebagai bangsa pilihan Allah, namun dimanakah Allah sehingga bangsa Israel didera rasa frustrasi yang terus-menerus terutama dialami generasi mudanya? Soalnya ungkapan rasa tidak aman bangsa Israel itu terlihat jelas dengan dibangunnya tembok pembatas beton yang membelah kota Yerusalem dan sekitarnya menjadi dua.
Kemerdekaan Yang Sesungguhnya
Sebenarnya frustrasi orang Israel sudah ada sejak dulu, dimana sebagai bangsa pendatang (Ibrani) mereka semula tidak memiliki daerah sendiri ketika memasuki kawasan Palestina, bahkan kemudian mengalami perbudakan di Mesir. Campur tangan Allah melalui Musa memang menjanjikan kemerdekaan berupa tanah perjanjian bagi bangsa Israel, namun berkali-kali mereka lebih berorientasi kedagingan sehingga sekalipun akhirnya memiliki kerajaan sendiri mereka tidak taat kepada Allah sehingga berkali-kali terjadi perang bukan saja dengan bangsa-bangsa disekliling mereka, tetapi juga dengan sesama suku bangsa Israel sendiri, bahkan kemudian sebagai bangsa mereka terpecah dua, dibagian utara dijajah ke Siria dan yang selatan dijajah ke Babilonia. Sejak kembali dengan pimpinan Ezra, orang Israel tidak kunjung merasakan kemerdekaan sekalipun sudah memiliki negara dengan kawasan sendiri. Sekali-kali mereka masih meletupkan pemberontakan kecil-kecilan bahkan dimasa Makabe terjadi pemberontakan yang baru terhenti setelah Yerusalem dibumi hanguskan oleh kerajaan Romawi di tahun 1970. Dan kemudian berganti-ganti dijajah bangsa-bangsa lain.
Dalam suasana demikianlah Yesus hadir di tengah-tengah umat Israel yang terjajah itu. Semula karena alasan keagamaan mereka menolak ke hadiran sang Mesias, namun ada juga sebagian yang mengharapkan Yesus berperan sebagai pahlawan kemerdekaan yang membebaskan bangsa Israel dari penjajahan Romawi tetapi mereka menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Yesus datang bukan dengan bekal pedang dan pemberontakan melainkan membebaskan umat israel dengan Injil yang membebaskan mereka dari dalam diri mereka melalui pembaharuan batin oleh Roh Kudus. Namun sayang tawaran ini mereka tolak sehingga sampai sekarang bangsa israel tetap mengalami ketakutan dalam hidup berbangsa dan bertanah air mereka.
Bangsa Israel menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka dan menolak bahkan menghujat Roh Kudus yang dijanjikan kepada mereka, akibatnya mereka terus-menerus didera kemelut berkepanjangan sampai sekarang dimana kasih hilang dari diri mereka.
Kemerdekaan dan Kita
Belajar dari kemerdekaan Israel dan menyadari kemerdekaan kita sebagai warga negara Indonesia yang telah merdeka, marilah kita merenungkan apakah sebagai warga negara kita sudah merasakan kemerdekaan itu dalam diri kita? Kalau kita sendiri belum merasakan kemerdekaan sepenuhnya bagaimana kita bisa mengharapkan kemerdekaan diluar kita?
Usahakanlah kemerdekaan lebih dahulu dalam diri kita dengan pertolongan Tuhan dan mintalah agar Kristus dan Roh Kudus benar-benar memerdekaan kita sehingga kita merasakan benar-benar kemerdekaan yang dimulai dari diri sendiri, namun sekalipun demikian, kemerdekaan itu harus diisi dengan ketaatan akan firman Tuhan agar kita hidup menghindari dosa dan hidup dalam kasih.
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. (Galatia 5:13)
Bukankah para koruptor masih banyak yang kristen? Bukankah dalam jajaran elit penguasa banyak juga yang beragama kristen? Bulankah banyak orang kristen duduk dalam militer? Dan bukankah banyak pengusaha yang kristen? Bukankah ada institusi dan pribadi kristen yang lebih mendukung establisme yang korup dan opresif daripada kemerdekaan bangsa yang menyeluruh dari bentuk opresi apapun? Kalau begitu mengapa peran kristen kurang terasa sebagai pemerdeka bangsa yang dirasakan segenap masyarakat di Indonesia?
Pelayanan kita termasuk kotbah-kotbah perlu dengan berani dan terus menerus mengingatkan umat kristen di Indonesia agar ikut mengisi kemerdekaan ini dengan kesaksian iman kepada Kristus dan Roh Kristus agar dilihatnya kebajikan kita dan dimuliakan Bapa di surga.
Marilah kita mendoakan diri kita agar Roh Kudus menjaga kita sehingga kita tidak lagi berbuat dosa lagi melainkan berbuat kasih kepada sesama dengan melayani mereka, dengan demikian kita bisa menghadirkan kemerdekaan sebenarnya bulan saja yang kita rasakan dalam hati kita melainkan dirasakan oleh mereka yang berada disekitar kita.
Amin!
"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik" (Roma10:15b). Amin!
Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)