RENUNGAN September 2011


 

 

 


NINE ONE ONE

Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka,
dan kamu tegak tercacak karena iman.
Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah!
"

(Roma 11:20)



 

30 Tahun silam ketua YABINA ministry studi di Princeton dan beberapa kali mengunjungi kota New York (yang berjarak 90 Km) dimana terletak kantor pusat Presbyterian Church yang memberikan beasiswa studi diatas.

Namun, kunjungan ke kota itu bukan sekedar mengurus beasiswa ke alamat itu, sebab sebagai seorang arsitek yang juga konsultan pembangunan perkotaan, jalan-jalan utama di kota cosmopolitan yang dijuluki ‘The Big Apple’ itu juga ditelusuri sambil memotret gedung-gedung dan berkunjung ke ‘New York City Planning Comission,’ apalagi pengamatan arsitektur maupun masalah perkotaannya itu diperkaya dengan melihat pertunjukkan spektakuler dengan quadraphonic sound systemnya di Lincoln Centre yang menggambarkan dengan takjub tayangan audio-visual pembangunan kota New York dari masa-ke-masa bagaimana tanah gersang disulap menjadi kerangka hutan beton dan baja dan dibungkus dengan exterior yang menakjubkan dan menjadi kebanggaan bangsa Amerika.

The World Trade Centre

Tidak dilepaskan kesempatan itu untuk mengunjungi menara kembar ‘The World Trade Centre’ yang disamping ‘Statue of Liberty’ menjadi ikon kota raya itu. Bila kita mengunjungi New York City, dengan mudah kita mendapatkan brosur promosi pariwisata kota ini dimana salah satunya sampulnya menonjolkan menara kembar WTC diwaktu senja, dan ketika memasuki gedung itu kita mendapat brosur dimana disampul depannya ada tulisan ‘The Closest Some of Us will ever get to heaven’ (heaven bisa berarti surga atau langit) dan dibagian dalamnya ‘And in the evening, please don’t touch the stars’ (karena merupakan gedung tertinggi didunia dengan 110 tingkat di kala peresmiannya). Dalam ilustrasi, penulis artikel ini  difoto diatas ‘obeservation deck’ diatap salah satu menaranya (foto agak kabur karena di-scan dari film slide). 

Tidak salah kalau kedua ucapan itu mewakili rakyat yang mencerminkan kebanggaan dan kesombongan identitas bangsa ‘Uncle Sam,’ maka ketika simbol itu di tabrak pesawat yang dibajak teroris pada bulan 9 tanggal 11 tahun 2001 (itulah sebabnya dijuluki nine one one) kebanggaan bangsa itu terkoyak-kotak dan menimbulkan kemarahan luar biasa yang mendorong otoritas USA menyerang Afganistan gudang Taliban yang ditengarai sebagai otak dibalik terorisme itu. Seminggu yang lalu, otoritas Amerika Serikat merayakan 10 tahun tragedi ‘Nine One One’ itu. Apa yang bisa kita dipelajari dari peristiwa penghancuran kedua menara lambang kebanggaan Amerika Serikat itu?

Peringatan Firman Tuhan

Seminggu setelah peristiwa naas itu, di Amerika Serikat diadakah ibadat perkabungan nasional dengan upacara dipusatkan di Katedral Episcopal di Washington D.C. Salah satu pengkotbahnya adalah Billy Graham penginjil tenar Amarika itu. Kotbahnya sangat mengharukan bahkan ditayangkan ke seluruh dunia. Ia menyinggung kedua gedung itu sebagai gambaran wajah kebanggaan dan kesombongan manusia Amerika yang tidak kekal dan sementara sifatnya yang dibadingkan dengan gedung hancur yang bagaimanapun kekarnya struktur yang menunjangnya ia mempunyai kelemahan dan bisa hancur lebur sampai kebawah oleh tabrakan pesawat yang dibajak teoris itu. Bangsa Amerika selama ini menganggap diri kaya dan makmur dan ini menyebabkan bangsa Amerika menjadi sombong, itulah sebabnya kehancuran menara kembar WTC bisa menjadi cermin yang tepat agar bangsa Amerika bangun kembali dari keterpurukan identitas diri itu.

Gedung WTIC yang diatas tanah yang kelihatan megah itu ternyata hancur berantakan tapi masih ada harapan, yaitu fundasinya bisa tetap menunjang pembangunan gedung lainnya selama ia dibangun dengan kokoh pula, demikian juga dengan iman orang Amerika, selama tubuh kita hancur oleh segala macam terpaan, selama iman kita masih kuat, kita selalu masih bisa bangun kembali karena iman.

Saudara-saudari . . . marilah kita juga belajar dari peristiwa tragis yang dialami bangsa Amerika itu, janganlah kita membangun identitas diri dari apa yang tampak dari luar, tetapi bangunlah diatas fundasi bangunan atau akar pohon iman Kristiani yang kokoh, sehingga bagaimanapun dengan fundasi dan akar iman yang benar dan kokoh, kita selalu bisa membangun kembali diatasnya karena itulah yang penting bagi kita seperti pengakuan rasul Paulus:

“Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya.” (Roma 1:16)

"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik" (Roma10:15b). Amin!

Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)

 

 


[ YBA Home Page | Artikel sebelumnya]