FEBRUARI 2012
WHITNEY HOUSTON
“ Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2)
Baru-baru ini dunia hiburan kaget dengan meninggalnya penyanyi tenar Whitney Houston pada umur 48 tahun sehari sebelum acara Grammy Awards 2012. Popularitasnya begitu hebat sampai-sampai judul salah satu lagunya ‘I Will Always Love You’ dalam film ‘Body Guard’ menjadi ungkapan hati para fans diseluruh dunia mengantar hari-hari sesudah kematiannya dengan bunyi ‘We Will Always Love You.’
Mengapa ia mati begitu cepat sebelum mencapai umur setengah abad? Dan mengapa kematiannya begitu tragis dalam kondisi kecanduan di bak mandi justru sehari sebelum digelarnya Grammy Awards 2012 yang pernah menghadiahinya dengan 6 grammy awards itu?
Dari Mimbar Gereja ke Panggung PopKarier Whitney dalam tarik suara sudah sejak masa anak-anak bahkan mengikuti jejak ibunya ia menjadi penyanyi di gerejanya. Mungkin ia terpengaruh berat ibunya Cissy Houston (gambar diatas adalah Whitney Houston bersama ibunya) yang punya karier panjang menjadi soul-gospel singer,
Cissy Houston juga adalah penyanyi karier tapi lebih berorientasi pada soul-gospel music dan sejak kecil juga sudah menyanyi di gereja. Rupanya firman Tuhan melalui lagu-lagu rohani yang sering dinyanyikannya itu meresap di hatinya sehingga Cissy punya kesetiaan panjang sebagai penyanyi lagu-lagu gereja. Disamping menyanyi digereja, Cissy juga menyanyi di dunia sekuler bahkan pernah menerima dua kali Grammy Awards sebagai penyanyi ‘soul-gospel’ dan sekalipun ia terjun ke dunia musik sekuler, ia tidak pernah meninggalkan akar pelayanan di gerejanya, malah pada tahun 1990 ia kembali mengkhususnya pada akarnya melayani soul-gospel music di gerejanya, bahkan Cissy yang sudah berumur 79 tahun itu sekarang masih memimpin paduan suara di New Hope Baptis Church di Newark-New Jersey.
Berbeda dengan ibunya, sekalipun diawali dengan sama-sama melayani di gereja dan juga di dunia tarik suara sekuler, Whitney Houston kurang setia dengan akar soul-gospel musicnya sehingga ia lebih banyak keluar dari orbit rohaninya dari mimbar gereja dan lebih banyak terjun ke daya tarik panggung pop. Petualangannya dipanggung pop tidak main-main, 6 grammy awards dan puluhan penghargaan pernah diraihnya bahkan 170 juta keping CD+DVDnya terjual diseluruh dunia. Namun fanatismenya menjadi ‘serupa dengan dunia’ ini harus dibayar mahal karena telah menyeretnya makin menjauh dari akar rohaninya, apalagi ia terpengaruh jerat-jerat banyak teman-teman yang membawanya ke dalam kehidupan alkohol dan obar bius.
Whitney juga kemudian berkenalan dan menikah dengan Bobby Brown, yang juga bergerak dalam industri musik, tapi yang memiliki reputasi perilaku duniawi yang jelek dan Whitney makin terseret ke dalam lembah gelap pergaulan tanpa ‘dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.’ Sekalipun kariernya menanjak sejak tahun 1985 dan memasuki dasawarsa 1990-an, kehidupannya makin dirongrong minuman keras dan obat bius. Di tahun 2002 ia mengaku dalam wawancara TV bahwa ia dengan suaminya kecanduan mariyuana, kokain dan alkohol (ia kemudian bercerai dengan suaminya setelah 13 tahun perkawinan) dan sejak itu ia tidak bisa lepas dari pengaruh jelek itu, bahkan ia pernah mengeluhkan “The Biggest Devil is Me!” Sekalipun di tahun 2007 ia mengaku sudah bebas dari kecanduan dalam siaran ‘Oprah Winfrey’ ia tidak benar-benar bisa melepaskan diri dari jerat dosa itu sampai di tahun 2012 dimana ia meninggal dunia dalam kondisi kecanduan alkohol dan narkoba dan obat-obat anti-depresan yang terus-menerus diminumnya. Demikianlah kematian tragis seorang penyanyi yang relatif masih muda yang telah meninggalkan ‘mimbar gereja dan beralih ke panggung pop.’
Pelajaran Bagi Kita . . .
Sungguh tragis kehidupan Whitney Huston, hidup yang dimulai dengan jalan yang benar (sekalipun sempit dimata manusia) bernyanyi di gereja telah ditinggalkannya untuk mencari jalan yang lebar (panggung pop yang penuh jerat), dan ternyata jalan itulah yang membawanya kepada kehidupan keluarga yang berantakan, pergaulan yang kurang baik, dan menjadi budak minuman keras dan narkoba, sehingga dua hari sebelum Grammy Awards 2012 ia berpesta pora berlebihan dan sehari kemudian ia meninggal dunia secara tragis di bak mandi di kamar hotelnya.
Kehidupan panggung adalah kehidupan yang penuh jerat dan bahaya dan kehidupan itu sekali dimasuki tidaklah mudah ditinggalkan. Marilyn Monroe pernah berkata bahwa: “Aku tidak bisa lepas dari gemerlapannya lampu-lampu panggung,” ia mati mengenaskan disebuah hotel. Elvis Presley si raja Rock mati kecanduan dan sering menembaki TV yang ditontonnya, ini tidak kelihatan kalau ia sedang manggung, padahal dalam salah satu filmnya ia pernah menyanyikan lagu yang ternyata mencerminkan hatinya: “There’s no Joy In My Heart Only Sorrow.” Demikian juga Michael Jackson si raja pop yang memulai kariernya sebagai penyanyi lagu-lagu soul dan gospel mati muda kecanduan obat bius dan obat-obatan anti depresan.
Orang-orang yang terkenal yang bisa membuat begitu banyak orang merasa gembira namun dalam diri mereka terjadi kemelut hati yang luar biasa mendatangkan penderitaan. Hanya waktu yang menentukan sampai dimana mereka bertahan.
Sebenarnya sayang, bila Whitney Houston mengikuti jejak ibunya Cissy Houston dengan terus-menerus berkiblat pada soul and gospel music, tentu akhir hidupnya tidak setragis itu. Kehidupan selebriti di panggung pop tidak sepi dari berbagai skandal, disinilah peran kerohanian sangat dibutuhkan oleh manusia bukan sebagai pelarian kejiwaan namun sebagai pegangan dan tujuan hidup yang juga menggembirakan orang tapi bukan menggembirakan dengan lagu-lagu populer saja melainkan lagu-lagu rohani yang berdampak kepada kehidupan yang kekal.
Marilah kita mendoakan dan menasehati saudara-saudari kita yang terjebak daya tarik lampu-lampu panggung dan meninggalkan akarnya di gereja agar mereka bisa kembali menyembah Tuhan dan memuji dan memuliakan Nama-Nya selama-lamanya dan tidak menjadi serupa dengan dunia dan berubah sesuai perubahan budi agar ‘dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.’.
A m i n !
"Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik" (Roma10:15b).
Salam kasih dari YABINA ministry (www.yabina.org)