RENUNGAN Maret 2000
TRADISI RELIGI CINA
Dalam kehidupan di Cina, tradisi budaya dan religi menjadi satu, itulah sebabnya tradisi budaya Cina disebut juga 'Tradisi Religi.' Religi di Cina yang menyatu dengan tradisi sangat unik karena berbeda dengan religi lainnya religi ini bertumbuh dalam situasi terisolir tanpa pengaruh dari luar dan juga berbeda dengan Yahudi, Kristen dan Islam yang monotheistik, religi di Cina tidak berpusat Tuhan seperti ajaran Kunghucu yang dianggap bukan religi. Bentuk religi Cina juga tidak jelas dan pada dinasti Shang (1751-1050BC) yang mulai tercatat secara sejarah, juga tidak ditemukan petunjuk kearah itu kecuali bahwa masyarakat di zaman itu hidup dari kepercayaan akan adanya 'kekuatan dan roh yang mempengaruhi manusia hidup dan yang membutuhkan korban dan sesajen' (manisme & animisme). Tidak jarang korban dan sesajen itu adalah manusia, seperti yang terjadi pada saat ada banjir besar di Cina, seorang gadis dikorbankan untuk dewa naga dan kemudian dirayakan dengan perayaan perahu 'Peh Cun.'
Orang Cina juga percaya akan keseimbangan alam yang kemudian dilambangkan dengan Yin-Yang (pantheisme) dan dipentingkannya 't'ien ming' (kesejahteraan rakyat atau kehendak langit), Mistik ini sangat kuat meresapi masyarakat Cina bahwa mereka menyadari akan adanya saling pengaruh antara langit (termasuk dunia roh-roh) dan bumi (termasuk manusia hidup). Konsep keseimbangan ini sudah lama ada dalam buku I-Ching. Ada tiga dampak besar dalam konsep Yin-Yang ini yaitu (1) prinsip keseimbangan dan jalan tengah ibarat Yin seimbang dengan Yang; (2) Dalam keseimbangan itu ada masalah gender dimana unsur laki-laki (yang) lebih dominan dari unsur perempuan (yin); dan (3) Manusia menjadi permainan roh-roh (nenek moyang) alam semesta.
Dalam hubungan keseimbangan (1) dalam kasus-kasus pergaulan umum memang konsep jalan tengah keseimbangan sangat baik diikuti karena konsep ini menjauhkan diri dari konflik, tetapi tidak selalu kebaikan yang dihasilkan dalam konsep ini, sebab bila dipraktekkan dalam bisnis, penghindari konflik bisa berdampak KKN yang memang menghindarkan konflik tetapi menghasilkan korban dipihak ketiga. Konsep sogok menyogok yang menggerogoti masyarakat dalam sejarah Cina adalah perpaduan antara kebiasaan jalan tengah antara sesama mitra bisnis demi tujuan bersama dan kebiasaan jalan tengah untuk menyenangkan roh-roh nenek moyang agar saling menguntungkan dengan anak cucunya yang masih hidup. Bila dewa dapur diberi sogokan agar tidak menceritakan yang jelek kepada thian dan dirayakan di sekitar Imlek, maka kebiasaan ini menyatu dalam perilaku bisnis di dunia orang hidup. Jadi keberhasilan pengusaha Cina bukan sekedar karena 'etik kerja' yang keras tetapi banyak dipengaruhi sikap 'luwes' jalan tengah ini.
Dalam hubungan dominasi unsur yang dari yin (2) memang dalam batas tertentu menghasilkan kesejahteraan dimana yang muda menghormati yang tua dan kekerabatan itu dihargai (ini bila dibedakan dengan individualisme Barat) dalam hal ini konfucianisme bermanfaat. Tetapi, disisi lain tradisi ini juga bisa memecah belah keluarga dimana orang tua bisa sangat berperan akan rumah tangga anak-anaknya., dan banyak rakyat sengsara karena perempuan dipandang rendah dibandingkan laki-laki, akibatnya banyak kaki perempuan dipingit dan bayi wanita dibunuh yang saat ini menjadi masalah besar di Cina. Konsep Yin-Yang juga merestui bahwa kejahatan adalah bagian tidak terpisahkan secara seimbang dengan kebaikan itulah sebabnya dalam silat Cina kita dapat melihat perilaku orang Cina dimana disamping kebaikan dan budi luhur, fitnah dan penghianatan biasa terjadi demi uang sogok.
Kasus manusia menjadi permainan roh-roh dalam alam (3) memang cukup kuat berakan dalam tradisi religi Cina. Penyembahan nenek moyang mulai dikenal pada awal dinasti Chow (1122-325BC) dan bangkit kembali ketika Konghucu mengajarkan untuk menghormati orang tua termasuk kalau sudah meninggal. Dipercayai bahwa roh orang mati terbagi tiga bagian, satu bagian naik ke langit, satu bagian ada dalam kuburan dan satu bagian ada di meja sembayang. Karena kepercayaan adanya penerusan hidup dari dunia orang hidup ke dunia orang mati maka pemakaman biasa diramaikan dengan upacara-upacara dan sesajen yang menjamin sampainya roh-roh itu ke tempatnya tanpa terganggu. Supaya kehidupan berjalan baik secara timbal balik dipraktekkan 'Feng Shui'. Banyak kasus fengsui menghalangi pembangunan bahkan pembunuhan biasa terjadi karena praktek fengshui dan mengorbankan orang lain demi fengshui keluarga sendiri sudah menjadi biasa.
Manusia yang menjadi permainan roh-roh alam ini juga terlihat dalam kepercayaan akan 'Shio' dimana alam digambarkan dalam simbol-simbol dua belas binatang. Kemudian binatang-binatang yang dibayangkan manusia itu dijadikan ukuran baik-buruknya nasib seseorang. Misalnya perkawinan yang berlawanan shionya berarti 'chiong' dan arah timur yang baik digamabrkan sebagai naga dan utara kura-kura karena iklim yang penuh salju, barat sebagai lambang harimau putih dan selatan sebagai lambangnya burung Hong. Yang menarik adalah binatang-binatang shio ini diciptakan manusia untuk menguasai manusia dan dijadikan alasan yang penuh tahyul. Ketika Bruce Lee yang nama cinanya Li Siao Lung (naga kecil) mati di Kow Loon (9 naga) maka dikatakan ia mati karena naga kecil diinjak 9 naga besar. Padahal Bruce Lee mati karena obat bius dipangkuan pacarnya. Barongsay adalah bentuk pemberhalaan simbol binatang singa yang dianggap mempunyai kekuatan pengusir setan, itulah sebabnya permainan barongsai selalu dimulai dengan upacara sembahyang leluhur dan dalam prakteknya memasuki ruangan-ruangan untuk mengusir roh-roh jahat.
KONGHUCU
Religi Konghucu tidak mempunyai konsep mengenai 'Yang Suci' kecuali bahwa mereka menerima kepercayaan kuno mengenai langit yang disebut 'Thian' dan lebih menekankan pada hubungan kemanusiaan, itulah sebabnya Konghucu disebut bukan religi melainkan 'etika.' Konsep mengenai 'Thian' ini berkembang dari 'ketuhanan yang utama' (Analek, Konghucu) ke 'kekuatan moral semesta' (Meng-Tsu), dan kemudian 'alam semesta' (Hsun-Tsu). Dalam tahap kedua 'Neo Confucianism' dibawah Chang Tsai mengarah pada pantheisme yang telah dipengaruhi Taoisme dan Buddhisme. Langit ini berisi para nenek-moyang (Ti) yang diperintah oleh penguasa (Shang-Ti).
Religi etik ini dirintis oleh Konghucu (551-479BC) yang meletakkan dasar etika, Meng Tsu (371-289BC) yang meletakkan dasar mistik, dan Hsun-Tsu (298-238) yang meletakkan dasar praktis dan ajaran tentang 'li'. Karena menekankan etika dan moral, Konghucu tidak mempunyai tempat-tempat suci. Ajaran konghucu ditulis dalam buku-buku seperti Analek, Chung-yung dll.
Pikiran langit dan bumi yang melahirkan segala sesuatu disebut 'jen', dan manusia yang tercipta karena materi dan energi memperoleh kehidupannya dari pikiran langit dan bumi. Manusia harus mengikuti 5 konsep yaitu Jen (hubungan ideal), Chun-Tzu (kemanusiaan yang benar), Li (sopan), Te (kekuasaan), dan Wen (seni perdamaian). Konghucu mengajarkan humanisme (jen) atau 'jalan etika', tetapi dalam buku Chung-yung (dari Meng-Tsu), salah satu dari ke-4 buku yang menjadi pegangan, menunjukkan penyatuan 'ch'eng' dengan langit dan bumi atau 'jalan mistik.'
Karena tidak merupakan religi dan liturgi maka konghucu hanya merupakan hubungan antar manusia dalam komunitas yang menyeluruh. Keluarga adalah unit dasar masyarakat, karena itu dianggap penting ikatan kekeluargaan akan memperkuat negara. Sebenarnya tidak ada upacara khusus dalam religi Konghucu semula, yang ada adalah hubungan hormat antara anak dan ayah, adik dan kakak, isteri dan suami, yang muda dengan teman yang tua, dan rakyat dan penguasa. Sekalipun demikian karena Konghucu tidak melarang masyarakat mempercayai tradisi religi kuno maka para pengikutnya mencampur adukkan secara sinkretis tradisi-religi-etika itu.
TAOISME
Dalam Taoisme kita melihat konsep yang suci yang sebaliknya dari Konghucu. Bila Konghucu lebih menekankan kehidupan dibumi, Taoisme lebih mengarahkan kepada 'Tao' yang mutlak yang merupakan transformasi ketuhanan secara folosofis. Tao adalah prinsip semesta yang mencerminkan perubahan dan juga merupakan pola perilaku manusia (wu-wei). Tao adalah 'jalan realitas mutlak' atau 'jalan alam semesta', dan 'jalan yang mengatur kehidupan.'
Pendiri Taoisme adalah Lao Tsu (lahir 604BC) kemudian dilanjutkan oleh 'Chuang Tzu.' Dalam perkembangannya, Taoisme kemudian membangun kuil-kuil suci sebagai tempat beribadat. Selain itu meja sembahyang disebut juga tempat suci, selain kuburan. Ajaran Taoisme ditulis Lao Tzu dalam 'Tao Teh Ching' (Jalan dan kekuatannya), 'Chuang-Tzu' (Chuang-Tzu), 'Huai-nan-tzu' dan 'Lieh-tzu.'
Manusia dalam pandangan Taois adalah bagian dari alam semesta yang diciptakan oleh Tao dan manusia perlu mengalami perubahan yang harmonis dengan alam. Jalan keselamatan dalam Taoisme adalah sikap berdiam diri secara pasif dan perenungan/kontemplasi/meditasi mistik dan 'usaha penyatuan dengan Tao yang tidak bernama.'
Bila semula para pengikut Taoisme lebih bersifat usaha pencarian secara pribadi dalam perkembangan berikutnya mereka membentuk kelompok religi dengan kuil-kuil dan patung-patung. Semula ajaran Taoisme bersifat filosofis, tetapi kemudian ajaran ini berkembang menjadi mistis dan magis dengan upacara-upacara yang bisa menjurus pada tahyul.
TRIDHARMA (SAM KAUW)
Sikap 'jalan tengah' yang menghindari 'ekstrim' yang ada dalam religi Cina yang mencari harmoni diperkaya dengan datangnya Buddhisme pada tahun 500 ke Cina. Semula perpaduan Taoisme dan Buddhisme dikenal sebagai 'Ch'an' atau dalam bahasa Jepang disebut 'Zen.'
Pada waktu dinasti Ming (1369-1644) percampuran religi Konghucu, Taoisme dan Buddhisme memuncak dalam bentuk religi 'Sam Kouw' (Tridharma). Ini dipelopori pemikir seperti Lin Chao-en (1517-1598). Lin berusaha menggabungkan secara 'sinkretis' segi-segi baik meditasi Taoisme dan Buddhisme dengan persaudaraan Konghucu. Ajaran Tridharma ini juga diikuti di Indonesia.
TRADISI RELIGI CINA DAN INJIL KRISTUS
Dari beberapa pembahasan di atas kita telah melihat bahwa sekalipun ada tradisi budaya religi Cina yang baik, tradisi budaya religi itu banyak dimuati kegelapan, ini terbukti bahwa di bawah revolusi kebudayaan pemerintahan komunis, tradisi budaya religi itu ingin dihabiskan oleh pihak komunis. Lepas dari maksudnya yang baik, sikap itu jelas tidak benar karena dengan demikian aspek kebaikan dalam tradisi budaya ikut dihabiskan padahal tradisi budaya adalah nafas hidup suatu bangsa. Disini sikap pertobatan dan kasih Kristiani diharapkan dapat menggarami tradisi budaya religi Cina yang berakar dengan kuat itu.
Setelah kita mengaku Injil Kristus bagaimana kita menanggapi tradisi religi Cina? Bagi orang Cina Kristen ini sulit diatasi karena tradisi turun-temurun berarti pula religi lama. Dalam hal ini ada dua kutub sikap, disatu kutub ada kecenderungan untuk menerima sepenuhnya tradisi religi itu dan di kutub lain ada kecenderungan untuk menolak seluruh tradisi religi tersebut semacam kasus 'revolusi kebudayaan' di atas. Kelihatannya melihat ada aspek-aspek baik dalam tradisi Cina tetapi banyak aspek jeleknya, sikap terbaik adalah sikap selektif dengan ukuran firman Tuhan.
Kita sudah melihat bahwa banyak tradisi yang baik seperti hormat kepada yang lebih tua, kekeluargaan dan sikap kerja keras seperti yang juga terdapat dalam kekristenan, dalam hal ini kita dapat mengikuti tradisi demikian tanpa rasa bersalah, tetapi kita sudah melihat bahwa banyak tradisi religi Cina yang penuh tahyul dan dosa yang seharusnya diterangi oleh Injil Kristus. Injil Kristus dan Roh Kudus yang membebaskan juga harus bisa membebaskan umat Kristen Cina dari tradisi religi mereka yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.
Bersikap menolak tradisi religi Cina secara total jelas membuat tembok pendekatan kasih kepada sesama orang Cina dan ini mustahil, sebaliknya menerima sepenuhnya tradisi religi Cina berarti sinkretisme yang dalam banyak hal bisa menghancurkan iman Kristen seseorang, karena itu setiap umat Kristen Cina ditantang untuk bertumbuh dalam imannya dan mengejawantahkan pertumbuhan itu dalam menyikapi aspek religi lama dalam tradisinya agar kehidupannya menjadi benar di hadapan Allah.
A m i n !
Salam kasih dari Herlianto
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]