RENUNGAN Juli 2000


ASIA WORKS

Pada tanggal 10 Juni 2000, ketika memimpin sarasehan kelompok professional di kompleks Cempaka Mas Jakarta, seorang peserta mengemukakan bahwa di Jakarta sekarang ramai adanya pelatihan (Training Seminar) yang diselenggarakan oleh 'Asia Works' dan diadakan oleh beberapa perusahaan untuk para staf seperti antara lain oleh 'Astra International, Cathay Pacific, dan International Health Benefits Indonesia'. Sejak tanggal itu beberapa e-mail diterima yang memberikan masukan dan/atau menanyakan soal Asia Works ini.

Diakui bahwa Asia Works sudah melatih lebih dari 2500 profesionals di Indonesia, dan biasanya yang dilatih adalah kalangan top dan middle management. Program ini diberikan dalam 3 level yaitu Basic, Advance dan Leadership, dan diberikan dalam beberapa puluh jam latihan. Sebagai contoh, program Basic diberikan dalam 5 hari berturut-turut mulai Senin s/d Jumat jam 18.30-24.30 (30 jam). Program ini sejiwa dengan program 'gerakan pengembangan pribadi' (human potential movement) di Amerika 'Life Spring,' dan juga kelompok-kelompok sejenis seperti 'Mind Dynamics, PSI World, Insight, EST (Erhard Seminar Training)' dan lainnya. Asia Works dirintis salah seorang tokoh Lifespring.

Bagian dari program ini adalah pengosongan jiwa/meditasi, manipulasi kejiwaan, penyangkalan akan Tuhan (yang dilakukan secara halus). Penyangkalan ini dilakukan antara lain lewat bawah sadar pada saat pengosongan diri, dimana peserta diajak melupakan masalalunya dan mengambil alih kendali atas masa depan mereka. Pelatih akan menanamkan sugesti dalam diri peserta bahwa "setiap orang adalah cahaya matahari dan bintang fajar." Sebuah usaha halus untuk men'cuci otak' (brainwashing) seseorang dari sistem kepercayaan yang dianutnya demi pengembangan diri.

Dalam salah satu latihan, peserta diajak untuk membuka buku sejarah hidup mereka, dan diajak memasuki ruang sutradara, dimana di kursi sutradara sudah ada yang duduk disana, dan peserta diminta untuk mengambil alih kursi tersebut. Kemudian peserta akan diajak untuk berpindah ke sebuah perahu yang sedang berlayar di tengah lautan, dimana dalam perahu tersebut juga ada seseorang, dan peserta diminta mengusir orang dalam perahu itu dan mengambil alih kemudi. Suatu sukses mencapai posisi dengan menjatuhkan orang lain dari posisi itu.

Di Amerika Serikat dimana Asia Works / Lifespring didirikan, ada banyak yayasan yang mengadakan riset tentang 'training seminars' mulai dari 'Dale Carnegie' sampai 'Mind Dynamics' seperti antara lain yang bernama American Family Foundation (AFF) yang melakukan riset tentang 'psycholigical manipulation, cult groups, sects, and new religious movement' dan membuat daftar badan-badan semacam itu yang disebut sebagai 'large group awareness training' (LGAT)'. Asia Works termasuk daftar ini disamping Lifespring, EST (Forum), Mind Dynamics, PSI World, Silva Mind Control, dll. (lihat www.csj.org/infoserv links/group categories/grptype lgat/ lalu klik: grp_type_lgat.htm )

LIFESPRING

Di California, Amerika Serikat, pada akhir dasawarsa 1960-an dan awal 1970-an lahirlah kelompok-kelompok 'latihan pengembangan pribadi' (human potential movement) bagai jamur, dan di antaranya, di tahun 1973 lahir 'Lifespring' seminar yang dimotori oleh John P. Hanley, yang sampai sekarang diklaim bahwa latihan ini sudah diikuti ratusan ribu peserta di seluruh dunia. Pelatihan mencakup latihan meditasi dan pengembangan pikiran (mind) dan kekuatan-kekuatan kejiwaan (psychic powers). Dalam salah satu publikasi Lifespring disebutkan bahwa " Seminar memanfaatkan prinsip yang paling efektif, konsep-konsep intelektual dan tehnik-tehnik … parapsychology … dan disiplin agama-agama Timur" (Lifespring Family News, Vol.1, No.2). Lifespring mengajarkan agar "manusia melihat ke dalam dirinya sendiri."

Lifespring mengajarkan bahwa 'manusia adalah sempurna dan didalam jatidiri manusia terdalam ada pribadi yang sempurna, penuh cinta, dan perhatian', dan menawarkan 'pencerahan' (enlightenment). Lifespring juga mengajarkan bahwa 'kita sendiri adalah pencipta cahaya diri kita sendiri'. Para pelatihnya menanamkan kesan bahwa percaya diri (self esteem) dan harga diri (self worth) kita akan memuncak dan bahwa "cinta diri (self love) adalah cinta terbesar". Dalam pelatihan itu para pelatih sering memperkenalkan kepada mereka kekuatan-kekuatan supranatural (ESP) dalam diri mereka, perjalanan astral atau jiwa, dan konsep okultis mengenai 'mata ketiga.' Pada suatu latihan peserta disuruh saling bertukar sepatu untuk menyerap getaran dan energi orang lain, demikian juga doktrin Hinduisme seperti chakra atau pusat-pusat atau titik-titik energi dalam diri seseorang diajarkan.

Sekalipun cukup populer dan ada promosi keberhasilan para pesertanya, Lifespring sering mengalami tuntutan hukum karena banyak pesertanya menderita gangguan mental seusai mengikuti 'Seminar Lifespring.' Dalam 'National Law Journal' disebutkan bahwa seorang peserta wanita (Debra Bingham, 30) berhasil memenangkan tuntutan terhadap Lifespring sebesar $800,000 setelah harus masuk rumah sakit jiwa selama sebulan karena mengalami depresi berat dan kecenderungan bunuh diri, seusai mengikuti dua seminar Lifespring. Debra juga kehilangan pekerjaannya karena gangguan mental yang dialaminya.

Anne Mcandrews menulis pengalamannya mengikuti Lifespring dengan judul 'I lost my Husband to a Cult' (Redbook Magazine, May 1994, lihat di www.clever.net/ozark/awareness/ilostmy.htm ). Kemesraan berumah tangga ingin ditingkatkan dengan Anne dan suaminya Tim mengikuti pelatihan Lifespring. Semula mereka mengalami manipulasi kejiwaan dalam forum dimana pelatih menanamkan sugesti agar mereka menurut dan melatih disiplin, bahkan ke kamar kecil atau minum obat harus minta izin yang umumnya ditolak. Bukan itu saja bahwa pasangan itu masing-masing ditanamkan rasa percaya diri berlebihan termasuk bahwa mereka sendirilah yang harus menentukan hari depan mereka. Ini diperkuat dengan memisahkan para pasangan dan menemukan mereka berdua dengan orang yang baru dikenal (pair off) dan mengutarakan semua masalah termasuk masalah keluarga dengan teman yang baru dikenal itu, suaminya dihadapkan dengan teman wanita baru. Hasilnya sudah dapat diraba bahwa Anne dan suaminya bukan makin mesra tetapi makin sendiri-sendiri, bahkan ketika ia dan kedua anaknya mengajak Tim untuk merayakan malam Natal bersama orang tuanya, Tim menolak dengan alasan ia ingin bersama teman-temannya pilihannya sendiri di harian Natal itu. Untuk tidak mengecewakan kedua anaknya, Anne berangkat tetapi di jalan TOL mengalami slip karena hujan deras sehingga menabrak batas jalan. Ketika ditolong polisi dan dibawa ketempat fast-food restoran ia menilpon Tim dan dijawab: "But there are no accidents. You wanted this to happen, so you handle it" dan ketika kemudian Tim pulang kerumah pada larut malam, menghadapi Anne yang baru mengalami kecelakaan ia mempersoalkan kerusakan mobilnya dan ketika dituntut soal tanggung jawab perkawinannya, Tim menjawab: "I don't want to make any dicision until after leadership Training." Dapat diperkirakan bahwa akhirnya Tim meninggalkan keluarganya dan selanjutnya kemudian mereka bercerai.

Sikap 'percaya diri' yang berlebihan yang ditanamkan ternyata memang berdampak serius bagi peserta seperti kasus Tim. Ketika ditanya pelatih "what do you want?", seorang peserta menjawab "I want to do Christ's will", pelatih menanggapinya dengan kata-kata "F--- Jesus! You think he's going to help you? He doesn't give a f--- You have to live your own life. So what do you want?" Shock Therapy demikian ternyata membawa korban yang tidak sedikit. Selain Debra di atas, di tahun 1992 seorang pengacara muda yang masuk rumah sakit karena gangguan jiwa lima hari setelah mengikuti Lifespring seminar memenangkan tuntutan ganti rugi terhadap Lifespring sebesar $300,000, bahkan di tahun 1993, Georgiades memenangkan tuntutan ganti rugi sebesar $750,000 setelah harus masuk rumah sakit jiwa selama dua tahun menyusul keikut sertaannya dalam Lifespring training. Di tahun 1982, keluarga dari korban yang mati karena melompat dari lantai empat gedung kantornya setelah mengikuti Lifespring leadership training selama lima hari memperoleh ganti rugi cukup besar yang didamaikan diluar sidang.

Dirk Mathison dalam tulisannya 'White collar cults, they want your mind' (Self Magazine, February, 1993, lihat di www.caig.org.au/miscult/whitecollar.htm ) menceritakan tentang Karen Torston (21) yang frustrasi dan depressi sejak mengalami indoktrinasi Lifespring. Ia semula tertarik karena Lifespring menawakan untuk 'mengembangkan potensi dalam dirinya yang terkurung' dan ia dapat 'memperbaiki diri sendiri.' Ini dilakukan melalui latihan trance, guided imagery dan latihan hipnotik demi nama pengembangan pribadi (personal growth/human potential). Ditanamkan dalam diri peserta bahwa "masalah tidak dapat diselesaikan sepotong-potong tetapi dengan melakukan perubahan fundamental atas jiwa dan kepercayaan seseorang" dan "mencapai self-actualization." Banyak orang tertarik seperti Karen karena kelompok semacam Lifespring ini beroperasi dengan penampilan yang dipromosikan sebagai 'ilmiah, success-oriented, dan professional.'

Karen mengalami cuci otak melalui latihan-latihan 'guided imagery' (visualisasi), 'relaxation class' untuk belajar tentang 'konsentrasi', latihan 'dyad' (saling berpandangan mata dengan teman baru selama beberapa menit) dan latihan 'transformasi.' Mathison menyebut adanya seorang wanita yang meninggal setelah dilarang untuk 'meminum obat asmanya' dalam latihan, keluarganya mendapat ganti rugi sebesar $450,000. Pengacara Michael Flomenhaft menyebut kliennya di Manhattan (New York) masih tetap membutuhkan perawatan kejiwaan setelah mengalami gangguan mental setelah mengikuti Lifespring 10 tahun sebelumnya. Ada ratusan tuntutan ganti rugi karena gangguan mental diajukan ke Lifespring, belum lagi ribuan korban lainnya yang mengalami depressi mental dan spiritual yang tidak cukup kuat untuk menuntut ganti rugi di pengadilan.

Di Amerika Serikat dengan adanya banyak korban aliran-aliran 'training seminar' dan 'kultus' (cult) mulai dari yang berontak terhadap orang tua dan mengikuti kelompok demikian, kepribadian berubah karena diprogram, rasa pusing, kegoncangan jiwa, sampai bunuh diri ramai-ramai (Jim Jones) atau bahkan 'membunuh secara masal' (Aum Shinrikyo), baik 'American Psychological Association' (APA) maupun 'American Sociological Association' (ASA) sudah mulai memberikan perhatian dan membuat 'satuan tugas' untuk meneliti kasus-kasus tersebut. APA menyadari bahwa ada yang mengembangkan 'tehnik-tehnik untuk mengubah perilaku, keyakinan dan sikap' manusia melalui cara-cara 'pemrograman dan cuci otak' (brainwashing) dan 'tehnik-tehnik bujuk rayu psikologis dengan paksaan' (coercive persuasion / psychological techniques) karena itu APA berusaha untuk ikut melakukan analisis atas masalah ini dan memberikan perhatian kepada tehnik-tehnik kejiwaan yang digunakan itu yang mendatangkan korban bagi peserta/pengikutnya ('APA Memorandum on Brainwashing').

Dalam Abstract dari 'Report of the APA Task Force on Deceptive and Indirect Techniques of Persuasion and Control' (November 1986, lihat di www.rickross.com/reference/apologist23.htm ) disebutkan bahwa: "Cults and large group awareness trainings have generated considerable controversy because of their widespread use of deceptive and indirect techniques of persuasion and control. These techniques can compromise individual freedom, and their use has resulted in serius harm to thousands of individuals and families."

LALU BAGAIMANA?

Menghadapi latihan-latihan berjubah 'pengembangan diri', 'percaya diri', 'Leadership Training' dan semacamnya yang tidak lebih dari 'manipulasi kejiwaan' New Age ini kita perlu berhati-hati, sebab demi mengejar 'sukses' dan 'kemandirian perorangan,' sudah banyak korban telah terjadi dimana mereka mengalami gangguan mental dan yang jelas 'iman Kristen mereka menjadi korban' (melalui tehnik transformasi, paradigm shift,enlightenment dsb.). Umumnya para peserta akan menjadi 'terlalu percaya diri' (menjadi cahaya matahari dan bintang fajar) bahkan salah seorang manager Astra International mengemukakan bahwa setelah mengikuti 'Asia Works' mereka sekarang tidak takut mati! Kita perlu berhati-hati daripada menjadi korban seperti yang disaksikan di salah satu jaringan internet mengenai pengalaman teman isterinya yang mengikuti Asia Works:

"Dear all, Kejadian ini terjadi kira-kira 1,5 bulan yang lalu dan dialami oleh teman istri saya yang bekerja di Astra International (istri saya tadinya juga kerja di HRD Astra). Teman istri saya ini ditugaskan oleh perusahaan untuk mengikuti program di Asiaworks dan setelah mengkikuti kegiatan tersebut selama kurang lebih seminggu, dia mengalami semacam 'displacement' dan menjadi sedikit (maaf) tidak waras. Bentuk 'displacement' ini adalah dia mengikuti orang dan menakuti-nakuti orang tersebut. Orang yang diikuti merasa was-was dan setelah sekian lama dibuntuti merasa takut dan akhirnya melaporkan kejadian tersebut ke Satpam. Ketika ditanya satpam dia hanya tertawa dan habis itu menangis. Satpam tersebut lalu membawa ke suatu ruangan untuk ditanya-tanyai namun karena reaksi yang timbul hanya menangis dan ketawa maka satpamnya kewalahan dan meminta tolong kepada rekan satpam wanita dan orang lain yang dianggap bisa membantu sekaligus menenangkan. Namun karena setelah berjam-jam, karena tidak ada pilihan lain terpaksa satpam membuka tas dan mencari contact person yang bisa dihubungi dan dipilih dari salah satu contact person tersebut adalah istri saya. Istri saya agak tidak percaya dengan kejadian tersebut apalagi sudah hampir larut malam. Setelah tanya ciri-ciri dan kejadian tersebut istri saya minta tolong untuk dapat berbicara kepadanya namun karena dia tidak mau berbicara akhirnya istri saya sempat bingung harus berbuat apa lalu dia berusaha untuk menghubungi sahabat karibnya dan menjelaskan permasalahannya. Singkat cerita sahabat karibnya menjemputnya dan membawanya pulang. Hari berikutnya istri saya diberitahu bahwa temannya mengambil cuti untuk memulihkan diri dari 'displacement' tersebut. Menurut hemat saya, ada baiknya kita berhati-hati terutama bagi yang 'mental'nya tidak kuat (kalau bisa menolak) terhadap training jenis ini terutama (yang sudah saya tahu) adalah Asiawork yang berada di sebelah Sarinah Thamrin. Mungkin ada tanggapan dari rekan yang lain ? Salam, Yahya Kurniawan."

Gerakan pengembangan pribadi semacam Asia Works / Lifespring biasanya dipromosikan melalui tehnik 'Pyramid Selling' (MLM) yaitu setiap alumni yang tertarik harus mendapatkan sekitar 5-6 orang untuk direkrut sebagai peserta baru dan alumni itu mendapat bonus untuk itu. Hal yang lain yang lebih sukar dihadapi adalah bahwa program demikian dengan semboyan 'Success Motivation Training' menarik para pengusaha besar sehingga mereka membiayai dan mengharuskan top & middle management staff perusahaan untuk mengikuti training seminar itu demi sukses perusahaan. Perlu iman dan doa yang kuat untuk berani mengatakan 'TIDAK', tetapi para staff Kristen demikian perlu menunjukkan bahwa ia bisa menghasilkan prestasi kerja yang baik dengan bergantung pada Tuhan seperti yang ditunjukkan Daniel dan kawan-kawannya.

Memang resikonya besar bahwa sekalipun persentasinya kecil ada kemungkinan seseorang bisa dikeluarkan dari perusahaan bila menolak training demikian. Wijaja Sjiarif, seorang akuntan senior, pernah menolak meneruskan keikut sertaannya di tengah latihan setelah merasakan 'manipulasi kejiwaan yang berlawanan dengan iman Kristianinya' dalam succes motivation training seminar 'I Can' yang diadakan perusahaan tempatnya bekerja PT Modern Group. Ia harus mengundurkan diri, tetapi karena integritasnya dan kemampuannya, ia segera diterima bekerja di group perusahaan lain yang lebih besar. Salah satu motto 'I Can' adalah: "orang yang menang itu, adalah orang yang berfikir bahwa DIA SANGGUP! DIA DAPAT (CAN)!."

Para staf manajemen Kristen yang rindu untuk melayani Tuhan di dunia profesionalnya, dapat ikut bersaksi secara aktif dengan memberi masukan pada perusahaan dengan membagikan informasi ini kepada pemimpin dan staf perusahaan dan bila di perusahaan itu akan diadakan 'Training Seminar' semacam 'Asia Works'. Memang kita tidak bisa melarang suatu kegiatan yang dianggap orang lain sebagai berguna, tetapi bila kita merasa hal itu merusak, kita dapat bersama-sama mengajukan keberatan kepada pimpinan perusahaan agar 'seminar pelatihan' itu bila dijalankan sifatnya bebas, artinya staf dapat ikut tetapi dapat juga menolak mengikuti pelatihan tersebut. Bila hal ini dapat dilakukan maka kita dapat mengurangi korban yang akan timbul di perusahaan tersebut dan menjadi kesaksian Kristen yang baik.

Memang di Amerika Serikat banyak kasus kerugian 'perilaku psikologis' demikian bisa dimenangkan di pengadilan, tetapi di Indonesia hal ini rasanya belum mungkin. Pertama karena memang di Indonesia soal demikian belum ada peraturan atau undang-undangnya, dan kedua biasanya dalam kasus misalnya kalau peserta mengalami kegoncangan jiwa seusai latihan atau bahkan masuk rumah sakit atau terpaksa keluar dari pekerjaan, biasanya korbanlah yang disalahkan karena ia mau mengikuti latihan tersebut dan karena ia sendiri dianggap mempunyai masalah/kelainan kejiwaan dalam dirinya yang menyebabkan hal itu. Karena itu, yang perlu dilakukan adalah usaha 'preventip' dengan cara mengerti apa dampak latihan tersebut khususnya bagi 'iman Kristiani' dan berusaha menghindari cobaan tersebut.

Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada TUHAN! … Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:5,7).

Semoga informasi ini bermanfaat,

Salam kasih dari Herlianto.

www.yabina.org


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]