RENUNGAN Oktober 2000


PENJARA

Elvis Presley si raja rock dalam filmnya berjudul 'The Jailhouse Rock' mengungkapkan perasaan hatinya yang merana ketika ia berada dalam kesendiriannya di sel penjara. Ia menyanyikan lagu yang syahdu:

"There's no joy in my heart only sorrow,

And I'm sad as a man can be.

I sit alone in the darknest of my lonely room,

And this room is a prison to me.

I look out the window … and what do I see …

I see a bird … flying to the tree …

I want to be free … free … free …

I want to be free … like the bird in the tree … "

Seruan lagu ini menggambarkan bagaimana kondisi seseorang yang duduk dalam kesendiriannya di sel penjara, dimana tidak ada damai dan bahagia dalam hatinya kecuali kepedihan. Kesedihan terdalam yang bisa dirasakan oleh manusia.

Kondisi yang mirip dirasakan oleh teolog zaman perang dunia ke-II Dietrich Bonhoeffer dalam sel ketika ia dipenjarakan untuk di eksekusi setelah tertangkap karena konspirasi membunuh Hitler.

Dalam buku-bukunya pra-1940, seperti dalam 'Christ the Center' ia menunjukkan bahwa Kristus yang historis adalah pusat dari pergumulan hidupnya dan menjadi ketergantungan dirinya, demikian juga dalam tulisannya 'The Cost of Discipleship' yang sarat ayat-ayat Alkitab itu ia mengemukakan damai sukacitanya hidup sebagai murid Tuhan dan siap menanggung harganya sampai mati pun.

Dalam bukunya 'The Cost of Discipleship' itu ia bahkan mengatakan, bahwa: "Bila Alkitab berbicara tentang mengikut Yesus, itu berarti memproklamirkan diri sebagai murid yang akan memerdekakan manusia dari semua dogma buatan manusia, dari segala beban dan tindasan, dan dari semua kekuatiran dan penganiayaan yang membawa penderitaan dalam kesadaran seseorang." Bukunya itu memang memberi kesan sangat mendalam pada para pembaca.

Tetapi sayang, dalam kesendiriannya di sel penjara ia mengalami 'krisis' dan menjadi 'radikal' dan bahkan kemudian dalam 'Surat-Surat Dari Penjara' ia menulis bahwa bukunya 'The Cost of Discipleship' itu isinya berbahaya dan ia mengajak manusia untuk 'meninggalkan ketergantungan manusia pada Tuhan' tetapi 'bergantung pada dirinya sendiri' dan mempopulerkan apa yang disebut sebagai 'kekristenan tanpa agama' (religionless christianity) yang 'sekuler'.

Sekalipun beberapa pandangannya mengenai ketidak berdayaan kekristenan sebagai 'agama' dalam menghadapi tantangan nyata di masyarakat ada benarnya, sayang sekali bahwa dalam krisisnya ia ingin melepaskan diri dari ketergantungannya kepada Allah dan menjadi 'sekuler' dan bergantung pada eksistensinya sendiri. Ia menulis dalam salah satu suratnya yang belakangan bahwa "masa kini gerakan yang sudah dimulai sejak abad-XIII menuju otonomi manusia sudah menjadi sempurna tanpa diragukan dan manusia telah belajar berhubungan dengan dirinya sendiri dalam menjawab setiap pertanyaan penting tanpa meminta tolong pada apa yang disebut 'Tuhan'." Ia kemudian dihukum mati dengan membawa pertanyaan yang tak terjawab mengenai solusi 'agama sekuler' yang merupakan jalan buntu itu.

Berbeda dengan Presley di penjara dalam filmnya dan Bonhoeffer dalam penjaranya, dalam Alkitab kita melihat murid-murid Tuhan yang juga dipenjarakan. Paulus dan Silas dipenjarakan di sel di tengah yang pengap dan gelap di kota Filipi, bahkan pakaian mereka dikoyakkan dan diri mereka didera, lalu kaki mereka dibelenggu dengan pasung yang kuat (Kisah 16:19-40). Adakah ketidak damaian dan ketidak bahagiaan dialami kedua murid Yesus itu di tengah kesesakan sel penjara mereka? Ternyata tidak, sebab mereka bernyanyi memuji Tuhan!

"Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah 16:25)

Sekalipun Alkitab tidak menyebutkannya secara eksplisit, kelihatannya secara imaginer nyanyian yang mereka nyanyikan kira-kira tentu berbunyi serupa tapi tak sama dengan nyanyian yang dinyanyikan Elvis Presley:

"There's a joy in my heart and a glory,

And I'm glad as a man can be … "

Dalam suratnya yang ditulis dari penjara itu Rasul Paulus menghibur umat percaya yang berada di alam bebas di luar tembok penjara agar mereka "berani berbicara mengenai firman Tuhan dengan tidak takut" dan agar "mereka bersukacita dalam iman". Ia menulis:

"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." (Filipi 4:4-7).

Ungkapan isi hati itu bisa demikian karena Paulus dan Silas telah mengalami damai sejahtera di hati mereka sehingga lingkungan penjara yang seram tidak akan mempengaruhi perasaan hati itu. Dan apa dampak kesukacitaan dan damai sejahtera yang dialami kedua murid Yesus itu? Orang-orang lain yang dipenjara terhibur bahkan damai sejahtera mereka juga menghibur Kepala Penjara yang frustrasi menyaksikan gempa bumi yang terjadi saat itu sehingga Kepala Penjara itu bertanya kepada mereka apa rahasia damai mereka dan apa yang harus ia perbuat. "Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu" (ayat 31) jawab Paulus, dan Kepala Penjara itu "sangat gembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah." (ayat 34).

Menjadi percaya tidaklah cukup menjadi sekedar 'beragama Kristen' tetapi seseorang perlu 'mengenal Tuhan Yesus secara pribadi' sehingga damai sejahtera Allah menjadi bagian dalam hati seseorang, dan damai sejahtera itu bisa dirasakan oleh keluarga di rumah seseorang dan orang-orang lain di sekelilingnya.

Salam kasih dan damai sejahtera dari Herlianto.

www.yabina.org

 


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]