RENUNGAN Desember 2000
BAPTISAN, percik atau selam?
Masalah baptisan yaitu salah satu sakraman yang dipercayai oleh umat Kristen ternyata bukanlah masalah sederhana. Dalam sejarah gereja kita melihat bahwa soal baptisan ini cukup ramai diperdebatkan khususnya mengenai 'bagaimana seseorang itu dibaptiskan', apakah dengan diselam atau dipercik?
Apakah arti sebenarnya baptis atau baptisan itu dan bagaimana sebenarnya baptisan itu harus dilaksanakan, apakah dengan cara percik yang banyak diikuti di kalangan ekumenis dan sebagian injili, ataukah ia itu cukup dipercik dengan air seperti yang dilakukan dikalangan sebagian injili yang lain dan pentakosta/kharismatik?
Dalam bahasa yunani, kata 'Bapto' artinya bisa 'mencelupkan di dalam atau dibawah' atau bisa juga berarti mencelupkan bahan-bahan untuk memberi warna baru, sedangkan 'Baptizo' bisa berarti 'membenamkan', 'menenggelamkan' atau 'membinasakan.' Tetapi, baptizo juga bisa berarti 'masuk dibawah' atau 'dipengaruhi', dan dalam suasana helenisme juga diartikan sebagai 'mandi' atau 'mencuci.'
Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama, ada istilah 'Baptein' dalam LXX yang dalam bahasa Indonesianya adalah 'mencelupkan kakinya ke dalam air' (Yos.3:15), 'mencelupkan jari ke dalam darah itu' (Im.4:6,17), 'dimasukkan ke dalam air' (Im.11:32), dan Naaman 'membenamkan diri' ke sungai Yordan (2Raj.5:14). Dalam PL 'penyucian' dilakukan juga dengan 'memercikkan air suci' kepada benda yang akan disucikan (Bil.8:5-7).
Dalam PL, adat basuhan menunjukkan ritus 'penyucian' atau 'pengudusan', dan basuhan itu bukan lambang melainkan alat pengudusan itu sendiri. Jadi air itu dianggap mempunyai kekuatan magis untuk 'penyucian' sehingga seperti dalam kasus Naaman harus dilakukan sampai tujuh kali.Baptisan Yohanes
Baptisan Yohanes (Mrk.1:4-11) menunjukkan penerusan adat basuhan PL tetapi dengan pengertian baru, yaitu bukan basuhan atau airnya tetapi makna yang dilambangkan oleh baptisan itu. Pengertian basuhan disini menjadi baptisan memberikan pengertian baru bukan sebagai pengudusan tetapi sebagai 'lambang pertobatan' (Kis.19:4) untuk menerima 'pengampunan dosa' (Luk.3:3).
Baptisan syaratnya jelas yaitu 'hasilkan buah-buah yang sesuai dengan pertobatan … seperti berbagi pakaian dan makanan, tidak melakukan pungli mapun merampas hak orang lain' (Luk.3:8-14). Berbeda dengan basuhan PL yang dalam dirinya sendiri mempunyai makna penyucian, maka baptisan Yohanes disamping melambangkan penyucian dari dosa tidak memiliki makna bila tidak disertai buah, sebab telah tersedia kapak untuk menebang yang tidak berbuah dan membuangnya ke dalam api (Luk.3:9, band.Mat.7:15-23). Istilah lengkapnya adalah 'baptisma metanoea' (Mrk.1:4;Luk.3:3).
Bila adat basuhan PL lebih mempunyai arti sebagai penyucian pada dirinya sendiri, baptisan Yohanes bersifat eskatologis menuju kepada Kristus yang akan membaptiskan dengan Roh Kudus (Mrk.1:7-8).
Ba ptisan Kristen
Yesus dibaptiskan oleh Yohanes (Mrk.1:9) menunjukkan bahwa sekalipun Yesus tidak berdosa, Ia menyatukan diri dengan orang berdosa, tetapi Ia sendiri tidak membaptis karena Ia akan membaptis dengan Roh Kudus. Baptisan Yesus adalah baptisan air yang berjalan bersama dengan baptisan Roh Kudus (Mrk.1:7-11). Yesus menggambarkan kematianNya sebagai 'baptisthenai' (Mrk.10:38;Luk.12:50), dan ucapanNya ini mengambarkan sifat yang lebih luas dari baptisan Yohanes (yang masih memiliki bayang adat basuhan) menuju pada pengorbanan diri sendiri.
Dalam komunitas Kristen, baptisan dipraktekkan sejak awal (Kis.2:38,41;8:12) dan jelas, bahwa baptisan yang dilakukan oleh para Rasul bukanlah baptisan Yohanes melainkan baptisan yang dalam nama Allah Tritunggal yang menyatukan mereka dalam pengharapan menuju kebangkitan dalam Kristus.Dari terang ini kita dapat melihat bahwa 'Baptisan Kristen' sekalipun menggunakan juga air, pengertiannya sudah berbeda. Dalam PL, adat basuhan itu sendiri yang menyucikan (ingat Naaman), dan dalam Baptisan Yohanes sekalipun masih menyisakan pengertian 'penyucian dari dosa' tetapi sifatnya sudah hanya menjadi lambang, dan dalam baptisan Kristen kemudian, baptisan itu hanya lambang yang melambangkan pertobatan dan pengharapan akan kebangkitan Kristus.
Bagaimana Dibaptis?
Sekarang yang menjadi soal, bagaimana seseorang dibaptis? Apakah dengan diselam atau cukup dipercik? Alkitab kecuali dalam pengertian PL, dalam PB memang tidak dijelaskan 'bagaimananya' kecuali bahwa 'baptisan melambangkan pertobatan, pengampunan dosa dan pengharapan kebangkitan dalam Kristus'.
Yohanes Pembaptis memang membaptiskan di sungai Yordan tetapi tidak dijelaskan apakah umat di selamkan, atau hanya masuk ke dalam air itu kemudian kepalanya diguyur atau diperciki air. Dalam banyak kasus pembaptisan terjadi di tempat-tempat yang jauh dari sungai Yordan atau sungai lainnya dan selama ada air
(air sumber atau dari sumur), mereka bisa dibaptis. Ini berarti bahwa yang penting air sebagai lambang dan bukan selamnya, dan yang terlebih penting adalah yang dilambangkan dalam baptisan itu yaitu 'pertobatan, pengampunan dosa dan pengharapan kebangkitan dalam Kristus.' Orang yang disalib bersama Yesus diselamatkan tanpa kesempatan dibaptis.Rasul Paulus menyamakan baptisan dengan peristiwa ketika Musa dan umat Israel dibaptis 'dalam awan dan dalam laut' (1Kor.10:1-2). Dalam kedua gambaran ini tidak tergambar bahwa mereka tenggelam dalam awan (seperti kalau kita naik pesawat dan masuk awan) atau laut (seperti kapal selam). Mereka hanya dinaungi oleh awan dan ketika menyeberangi lautpun mereka tidak basah (kecuali mungkin mengalami percikan air) melainkan berjalan di tempat kering (Kel.14:16,29), tetapi yang basah kuyup dan tenggelam adalah tentara Mesir yang mengejar mereka (Kel.14:23-28). Paulus juga mengatakan bahwa dalam Yesus kita dikuburkan dalam baptisan (Kol.2:12).
Rasul Petrus memberikan gambaran yang jelas juga tentang baptisan, yaitu bahwa baptisan itu sekedar lambang pertobatan dan 'bukan untuk membersihkan kenajisan jasmani, melainkan untuk memohonkan hati nurani yang baik kepada Allah - oleh kebangkitan Yesus Kristus' (1Ptr.3:21). Menarik juga bahwa Petrus menyamakan baptisan sebagai 'kiasan bahtera Nuh' (1Ptr.3:20-21). Jelas bahwa 'bahtera' itu hanya 'tempat mengapung' dan bukan 'kapal selam' dan sekalipun basah kuyup karena hujan yang terus menerus tentu banyak bagian dinding dan ruangan bahtera yang kering termasuk penumpangnya.
Baptisan Ulang
Dari beberapa contoh di atas kita melihat bahwa 'baptisan air' hanyalah lambang dan yang penting 'apa yang dilambangkannya', dan Perjanjian Baru tidak menjelaskan harus dipercik, masuk air kemudian di guyur air atau diselam, jadi bisa dengan cara apapun (basuh, percik, guyur, selam) selama 'air'lah yang digunakan dan yang terpenting dalam upacara itu benar-benar ada 'iman, kesadaran akan dosa dan mengakuinya, bertobat dan disertai pengharapan akan kebangkitan dalam Kristus,' dan lebih penting lagi dimeteraikan dalam nama 'Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus.'
Apakah kita perlu dibaptiskan ulang?
Baptisan ulang dilakukan oleh aliran-aliran yang menekankan selam lebih dari percik, dan menekankan lambang lebih dari yang dilambangkan. Karena hanya lambang, maka yang penting adalah 'yang dilambangkan' dan karena dalam upacara 'pembaptisan' yang dilambangkan itulah yang diucapkan, yaitu 'kepercayaan kepada Tuhan Yesus dan pengharapan akan kebangkitan dalam Kristus' dan telah dilakukan dalam nama Allah 'Bapa, Putra dan Roh Kudus', maka 'mengulang baptisan' berarti melecehkan 'pengakuan dan sakramen dalam nama Allah tritunggal' yang telah diucapkan oleh petobat dan hamba Tuhan itu pada kali pertama.Kita perlu berhati-hati untuk tidak lebih menekankan lambang daripada yang dilambangkan, soalnya di kalangan yang menekankan baptisan selam pun banyak terjadi penafsiran yang keliru. Ada yang telah dibaptiskan selam ketika pindah gereja harus dibaptiskan ulang lagi karena berbagai alasan, ada yang menyebut karena belum dibaptiskan 'oleh hamba Tuhan yang diurapi', ada yang menyebut karena airnya harus 'mengalir jadi tidak absah kalau di dalam kolam dalam gedung gereja yang airnya diam', bahkan ada yang lebih lagi menyebut bahwa 'baptisan baru sah bila diselam di sungai Yordan di tanah suci' seperti Yesus dan para Rasul.
Lebih melecehkan lagi kalau baptisan itu dilakukan 'berulang-ulang'. Banyak yang mengikuti 'holy land tour' kemudian dibaptiskan ulang lagi di sungai Yordan dengan tambahan biaya US$.5 (kata sebuah brosur) dan diberi sertifikat baptisan 'dalam bahasa Ibrani.' Orang yang melakukan demikian jelas tidak mengerti arti makna baptisan itu sendiri dan arti baptisan air sebagai lambang dan apa yang dilambangkannya.
Orang yang dibaptiskan ulang atau melakukannya berulang-ulang itu bisa diibaratkan orang yang tidak sadar bahwa pertobatan dan imannya yang diakuinya dalam baptisan pertama tidak sah atau 'murtad' lagi dan perlu mengulangnya dan kembali mengaku 'dosa dan iman' lagi, ini merupakan pelecehan rohani.
Dalam kitab Ibrani disebutkan:
"Sebab, sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari pernyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras. Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang mati dan hukuman kekal. Dan itulah yang akan kita perbuat, jika Allah mengizinkannya. Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia surgawi, dan yang pernah mendapat bagian dari Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum." (Ibr.5:12-6:6).Baptisan Anak
Dalam artikel 'BAPTISAN, selam atau percik?' telah dibahas aspek baptisan dilihat dari sudut manusia yang melakukannya, tetapi bagaimana dengan praktek membaptiskan anak-anak atau bayi yang dilakukan gereja-gereja tertentu? Demikian juga kita perlu mengetahui apakah makna baptisan itu dimata Tuhan Yesus?
Baptisan air adalah juga meterai perjanjian Tuhan yang bukan saja melambangkan pengampunan dosa, tetapi merupakan meterai perjanjian Allah yang dianugerahkan kepada manusia melalui Yesus (bandingkan Yoh.3:16). Ingat bahwa sekalipun baptisan melambangkan pertobatan dan pengampunan dosa, yang lebih penting adalah 'janji dan meterai' Allah dalam menerima iman seseorang. Yesus yang tidak berdosa juga dibaptiskan oleh Yohanes.
Baptisan Sebagai Pengganti Sunat
Dalam Perjanjian Lama, perjanjian Allah melalui Abraham dinyatakan dengan tanda sunat (Kej.17), dan sunat itu dan upacara korban & bakaran dianggap bagian dari ritus penyelamatan. Sunat yang secara fisik berarti membuang kulup kelamin melambangkan kesediaan membuang dosa sebagai lambang pengampunan dosa dari Allah, namun sunat kelamin tidak berarti bila tidak ada sunat hati (Ul.10:16), dan sunat hati akan dikerjakan oleh Tuhan agar umat kasih akan Tuhan (Ul.30:6), demikian juga nabi Yeremia mengatakan agar umat bersunat hati agar tidak mendatangkan murka Tuhan (Yer.4:4).
Dalam Perjanjian Baru, tanda sunat itu telah digantikan dengan baptisan dengan makna yang memiliki kesamaan karena sunat telah digenapkan dalam Yesus.
Pertama, baptisan sama dengan sunat melambangkan pembersihan dari dosa, dan baik baptisan air maupun sunat hanya tanda lahiriah yang harus disertai dengan pertobatan di hati. Kedua, baik sunat maupun baptisan memiliki arti memasukkan umat ke dalam perjanjian dan dimeteraikan Allah, atau dalam istilah PB sebagai tanda persekutuan dengan Yesus (Rom.6:5).Rasul Paulus menggambarkan bahwa baptisan PB itu sebagai pengganti sunat PL, ia berkata: "Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa, karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam Baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati." (Kol.2:11-12, bandingkan dengan Rom.6:3-4).
Bila baptisan menggantikan sunat maka jelas bahwa membaptis anak juga memiliki keadaan yang sama dengan menyunat anak, karena anak yang disunat juga belum mengerti sunat hati. Dari sini kita dapat melihat bahwa anugerah perjanjian Tuhan melebihi upacara manusiawi. Kalau begitu, mengapa Yesus tidak dibaptis waktu bayi melainkan disunat? Justru ketika bayi, Yesus masih berada dibawah Taurat dan ia belum menjalankan penebusan diatas kayu salib sehingga perintah baptisan belum diberikan. Baptisan Yohanes adalah baptisan transisi dari sunat ke baptisan, dan pada waktu Yesus bayi, Yohanes Pembaptis juga masih bayi. Yohanes Pembaptis membaptis setelah ia dewasa dan ialah yang membaptiskan Yesus dan para Rasul.
Anak-anak Terhisap Perjanjian Allah Melalui Orang Tuanya
Pada waktu Yohanes Pembaptis dan Yesus bekerja hanya orang dewasa saja yang mengikutinya termasuk anak-anak yang bisa ikut mendengar kotbahnya, tetapi selanjutnya setelah orang-orang bertobat dan percaya, maka ketika mereka mempunyai anak, anak-anak itu menjadi bagian dari anugerah perjanjian Allah, karena itu anak-anak bayi mereka dibaptiskan. Adalah tugas orang tua untuk selanjutnya mengajar mereka mengenai iman dan kebenaran Tuhan sejak kecil, dan bila sejak kecil mereka sudah beriman dan hidup dalam kebenaran maka tidak ada lagi keperluan bahwa mereka mengaku percaya lagi dalam upacara baptisan ulang (Ams.22:6).
Tidak pernah ada bayi-bayi dari keluarga yang tidak beriman yang dibaptis, hanya bayi-bayi dari orang tua berimanlah yang dibaptiskan. Dalam kotbahnya di hari Pentakosta, rasul Petrus berkotbah: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." (Kis.2:38-39).
Ayat di atas menyiratkan bahwa anak-anak dari orang percaya terhisap dalam anugerah perjanjian Allah, karena itu mereka dapat dibaptis sejak dilahirkan. Setelah hari Pentakosta setelah banyak orang beriman mempunyai anak-anak, keselamatan itu dijanjikan kepada mereka termasuk seisi rumah mereka (Kis.11:14;16:15,31;18:8). Tentu ini termasuk anak-anak yang belum mengerti.
(Untuk lengkapnya bacalah juga Tanya-Jawab soal Baptisan dalam 'Diskusi Desember 2000')
Salam kasih dan damai sejahtera dari Herlianto.
[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]