RENUNGAN JULI 1998

 

DOA NASIONAL

"Haruslah semuanya berselubung kain kabung dan berseru kepada Allah serta haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari kekerasan yang dilakukannya." (Yunus 3:8)

Belakangan ini doa-doa bersama secara massal dan berskala nasional makin banyak digelar oleh semua agama, baik diadakan di gedung-gedung umum, stadion atau lapangan parkir. Semuanya bertujuan untuk memohon belas kasihan Tuhan agar Indonesia dilepaskan dari kemelut krisis dan Indonesia kembali diberkati dengan kehidupan damai dan sejahtera.

Dalam Perjanjian Lama kita melihat adanya doa-doa nasional yang dipanjatkan secara masal. Contoh menarik adalah kota besar Niniwe dizaman nabi Yunus dimana atas perintah raja diadakan doa nasional kepada Tuhan dan ini didengar Tuhan sehingga orang Niniwe dilepaskan dari amarah Tuhan. Apa rahasia dikabulkannya doa nasional masyarakat Niniwe? Kelihatan dari ayat pembuka di atas bahwa doa nasional Niniwe diterima Tuhan karena mereka dengan segala kesungguhan hati berbalik dari tingkah laku yang jahat dan kekerasan yang dilakukan mereka, dan mereka tidak jadi dihukum dan kemudian diberkati.

Raja Yosia juga melakukan doa reformasi besar-besaran di kalangan umat, dimana ia memerintahkan umat kembali mendengar firman Tuhan dan menghapuskan segala bentuk penyembahan berhala dan ibadat kepada para dukun klenik (2 Raja 23), demikian juga Ezra mengajak umat Israel untuk bersama-sama bertobat dan berdoa agar Tuhan mengampuni bangsa itu (Ezra 9).

Jadi doa nasional pasti didengar Allah bila ada pertobatan yang tulus dari peminta doa itu. Sebaliknya, janganlah kita berharap bahwa doa-doa kita akan didengar Tuhan selama kita belum berbalik dari kejahatan dan kekerasan. Bahkan, bukan saja doa nasional itu tidak akan didengar, tetapi hukuman Allah akan dialami. Contoh jelas mengenai hal ini adalah kasus kota besar Sodom dan Gomora yang dihukum dengan api.

UMAT BERTOBAT

Nabi Yesaya menghadapi bangsa Israel yang beragama itu dan menuduh dosa-dosa mereka ibarat perilaku manusia Sodom dan Gomora (1:10). Sekalipun bangsa Israel mengikuti ritus ibadat dengan tertib, melakukan persembahan, merayakan bulan baru dan sabat, dan perayaan-perayaan agama, mempersembahkan korban bakaran, dosa-dosa mereka menghalangi doa nasional itu, sebab mereka masih jahat, tidak adil, kejam dan mengacuhkan para janda dan anak yatim. Karena dosa-dosa inilah doa-doa mereka ditolak Tuhan.

"Apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa, Aku akan memalingkan mukaKu, bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah." (1:17).

Jadi, Allah yang benar dan suci tidak akan mendengarkan doa-doa bagaimanapun hebatnya selama para pendoa itu masih bergelimang dosa, karena itu Tuhan menghendaki manusia untuk:

"Basuhlah, bersihkan dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mataKu. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak-hak anak yatim, perjuangkanlah perkara para janda-janda!" (1:16-17).

Seperti bangsa Niniwe, dosa-dosa kita akan dihapuskan bila kita mau mendengarkan firman Tuhan dan menurutinya dalam kehidupan kita. Pengharapan penyelamatan tetap terbuka asalkan kita dengan tulus mau mentaati kehendak Tuhan dan menjalankan kehidupan rukun dan damai dengan sesama kita.

INDONESIA BERTOBAT

Bisakah bangsa Indonesia diselamatkan dari kemelut krisis nasional yang dihadapi? tentu bisa bila kita semua mau bertobat.

Janganlah kita berharap bahwa doa-doa kita akan didengar selama penculikan-penculikan masih terjadi dan penculik tidak dihukum, jangan berharap doa terjawab selama para pemerkosa masih dibiarkan berkelana tanpa hukuman dan perusuh masih bebas beraksi, dan jangan harap doa-doa kita akan didengar Tuhan selama masih ada gereja dan mesjid dibakar di bumi Indonesia, suku satu merasa lebih dan bahkan menguasai suku lainnya baik secara ekonomi maupun politis, dan para demonstran masih ditembaki dengan peluru timah.

Selama uang hasil korupsi masih dibiarkan dibank-bank pribadi dan tidak dikembalikan kepada negara, selama monopoli masih menyengsarakan rakyat banyak, dan selama kolusi masih dijalankan, jangan harap Tuhan mau mendengarkan doa-doa bangsa Indonesia. Selama ketidak adilan masih dipraktekkan di kantor Pemerintah, pabrik-pabrik, maupun lingkungan hidup bermasyarakat, selama itu pula hubungan doa kita dengan Tuhan akan tersumbat.

Tuhan juga tidak akan mendengarkan doa-doa bangsa Indonesia selama para pejabat lebih berorientasi dan meminta pertolongan kepada para dukun daripada kepada Tuhan. Dan selama manusia penguasa masih dikultuskan lebih dari Tuhan selama itu pula Tuhan masih menjauhkan telingaNya dari kita. Selama uang (mamon) masih dijadikan dewa maka selama itu pula berkat Tuhan akan menjauh dari manusia Indonesia.

Doa nasional perlu dijadikan doa tobat nasional, doa untuk mengucapkan pengakuan dosa manusia dan janji untuk tidak melakukannya lagi. Doa jangan lagi merupakan doa meminta-minta berkat, tetapi harus menjadi doa-doa pertobatan dan meminta pengampunan kepada Tuhan, dengan demikian anugerah damai sejahtera dari Tuhan tentu akan dikembalikan kepada bangsa Indonesia, seperti apa yang dikemukakan oleh nabi Yesaya:

"Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba. Jika kamu menurut dan mau mendengar, maka kamu akan memakan hasil baik dari negeri itu." (1:18).

Saudara-saudara pembaca, marilah kita bertobat dan berdoa dari dosa-dosa kita masing-masing, dan mendambakan pengampunan Tuhan atas dosa bangsa Indonesia selama ini.

Amin.-


[ YBA Home Page | Renungan sebelumnya]