RENUNGAN Januari 2003
[_private/r_list.htm]Damai di Tengah Badai
“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:4-7).
Bulan Desember 2002 baru kita lewati dan kini kita memasuki tahun 2003. Bulan Desember 2002 terbilang sebagai hari damai dan sukacita, karena pada bulan itu dirayakan hari-hari raya keagamaan yang penuh sukaria. Bagi umat Kristen, Natal 2002 dirayakan dengan cukup meriah dan bisa juga dilihat kemeriahannya dalam berbagai acara televisi. Banyak yang merasakan kali ini Natal mendatangkan damai sejahtera dan sukacita karena kali ini mereka merasa bebas dari rasa takut meledaknya bom yang tidak diundang.
Namun, baru seminggu memasuki tahun 2003, mereka yang pada bulan semelumnya merayakan hari-hari raya keagamaan dengan damai dan sukacita itu tiba-tiba dikejutkan dan menjadi takut akan masa depan, kecewa, marah dan segala cacian keluar dari hati atau mulut mereka. Mengapa? Kelihatannya minggu pertama tahun 2003 diisi dengan pengumuman kenaikan tiga daya enerji komunikasi yang vital, yaitu BBM, Telpon dan Listrik!
Terasa disengat listrik yang sudah naik harganya (sekalipun tegangannya sering rendah), begitulah manusia Indonesia pada umumnya menyikapi kenaikan-kenaikan tersebut. Kepanikan menghadapi kenaikan itu bukan saja dirasakan mereka yang kena dampaknya, tetapi juga dirasakan oleh pembuat keputusan itu, mereka panik bahwa kalau harga-harga tidak dinaikkan, maka APBN akan gagal direalisasikan, atau alasan-alasan lainnya.
Yang jelas rupanya masyarakat Indonesia termasuk mereka yang beragama Kristen banyak yang menghadapi semuanya itu dengan rasa tidak damai dan tidak sukacita dan ada yang ikut-ikut berdemo dan marah. Dimanakah damai dan sukacita Natal yang belum sebulan di dengung-dengungkan dalam nyanyian dan kotbah perayaan Natal?
Rupanya tingkat damai sejahtera dan sukacita umat pada umumnya masih bersifat dangkal, kekuatiran masih membelenggu insan-insan kristiani, dan mereka merasakan damai sejahtera dan sukacita bila lingkungan disekitar mereka terkondisi demikian, namun bila lingkungan kondisinya berubah, maka sebaliknya yang dirasakan.
Damai sejahtera dan sukacita yang benar seharusnya dirasakan di hati dan tidak terpengaruh situasi dan kondisi di luar dirinya, itulah damai sejahtera dan sukacita dari Allah yang semestinya dirasakan oleh setiap insan yang menyebut nama Allah. Tetapi bagaimana ini bisa dicapai?
Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi telah memberikan contoh dengan hidupnya sendiri, ia menulis tidak dikasur empuk di kamar ber-AC, namun dari kamar penjara yang sempit dan pengap. Situasi dan kondisi lingkungannya berat bahkan ia dituduh mengajarkan kesesatan bagi masyarakat, namun dalam suratnya itu ia justru memberi salam damai sejahtera kepada umat yang berada di luar penjara yang notabena berada dalam situasi dan kondisi yang lebih damai dan sukacita. Bukan itu saja, ia mendoakan jemaat di Filipi bahkan berkali-kali dalam suratnya itu ia mengatakan agar mereka bersukacita senantiasa!
Rasul Paulus mengajar jemaat untuk tidak kuatir melainkan banyak berdoa dan mengucap syukur, karena damai sejahtera yang melebihi akal manusia akan mememelihara hati dan pikiran jemaat. Lebih dari itu, rasul Paulus tidak berhenti agar manusia berhenti dengan damai dan sukacita bagi diri sendiri saja, melainkan pada ayat di atas ia menasehati jemaat untuk berbaik hati kepada semua orang.
Apakah benar-benar kenaikan harga-harga itu jalan satu-satunya bagi pemecahan ekonomi negara? Mungkin bagi pejabat-pejabat itulah satu-satunya untuk mempertahankan kepemimpinan mereka, namun ditinjau dari surat rasul Paulus, kebijakan itu tidak seluruhnya benar, sebab ternyata sudah mendatangkan ketidak-damaian dan ketidaksukacitaan bagi banyak orang. Dan, jelas kebijakan yang tidak populer itu tidak menunjukkan kebaikan pemerintah sehingga timbullah demo-demo di mana-mana. Perlu surat Paulus dibaca para pejabat pemerintah agar mereka sadar bahwa dalam kepicikan Paulus di penjarapun, ia tetap bisa mendatangkan damai dan sukacita bagi jemaat, demikian juga seharusnya para pejabat pemerintah dalam situasi kepicikan ekonomi nasional seharusnya juga bertekad mendatangkan damai dan sukacita pada masyarakat Indonesia yang dipimpinnya.
Apakah benar-benar kenaikan harga-harga itu menjadi badai bagi semua orang Indonesia? Ternyata tidak. Kalau kita melihat siaran-siaran televisi kita masih terus melihat masih banyak segmen masyarakat yang acuh-tak-acuh terhadap bangsanya yang sedang menderita dengan terus berpesta pora mempertontonkan pakaian yang mahal dan mewah. Pertunjukan grup musik asal taiwan F4 penuh sesak dengan pengunjung sekalipun harga tiketnya dua jutaan rupiah.
Damai sejahtera yang sebenarnya adalah bila dalam suasana yang makin sulit dalam bidang ekonomi, umat bisa tetap bergantung kepada Allah dengan damai sejahtera dan sukcaita, dan lebih dari itu sebenarnya banyak ketidak damaian dan ketidak sukacitaan bisa diringankan bila kebaikan semua umat Kristen (lebih-lebih mereka yang hidup berlebih) bisa dilihat dan dirasakan oleh orang lain yang dalam kekurangan (1Yoh.3:17-18).
Damai dan sukacita bukan sekedar perasaan di hati sendiri tetapi dirasakan oleh sekeliling kita. Inilah saatnya bagi umat Kristen untuk menunjukan kebaikan hatinya membagikan damai dan sukacita Allah dalam dirinya dengan gemar menolong sesamanya yang dalam kesulitan dan yang dalam kemelut ekonomi, sebab demikianlah yang dikehendaki Tuhan. Menyatakan kasih damai sejahtera dan sukacita kita kepada sesama kita tidak sepatutnya baru terjadi kalau kita sendiri sudah berkecukupan, namun seperti Paulus dalam kekurangan dan lingkungan yang sesak di penjara tetap memberikan pengharapan damai sejahtera yang melebihi akal manusia itu, seyogyanya demikian juga yang seharusnya diperbuat oleh umat Kristen agar dalam kesesakan bagaimanapun ia tetap menunjukkan kebaikan hatinya dalam mendatangkan damai sejahtera dan sukacita kepada semua orang.
Kiranya damai sejahtera dan sukacita Allah menyertai kita di tengah badai sekalipun. Amin!
Salam kasih dari Herlianto & YABINA ministry