RENUNGAN-5 2003
[_private/r_list.htm]Korupsi dan Kita
Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya. ... orang berdosa.... Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuhan:”Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19:2,7,8).
Korupsi adalah suatu kata yang banyak dibicarakan akhir-akhir ini namun menjadi suatu impian yang sukar diberantas dalam realita. Ada badan rating dunia yang menempatkan Indonesia sebagai negara kedua paling Korup di Dunia atau di Asia setelah Cina, dan ada pula yang menemaptkan Indonesia sebagai yang nomor satu. Demo-demo mahasiswa dan rakyat selalu mengumandangkan pokok pemberantasan korupsi, namun sayang gemanya serasa sulit tercapai sekalipun kita sudah memasuki era Reformasi meninggalkan era Orba yang sarat KKN.
Korupsi adalah mencari keuntungan untuk diri sendiri dengan merugikan pihak lain atau dapat disebut sebagai mencuri harta pihak lain yang bukan haknya. ‘Korupsi’ tidak hanya dilakukan oleh perorangan, tetapi sudah menjadi ‘Kolusi’ antara berbagai pihak (pengusaha + penguasa), bahkan sudah dilakukans ecara ‘Nepotisme’ yang melibatkan kroni maupun keluarga sendiri. Yang jelas KKN telah merusakkan kondisi bangsa dan negara ketitik yang rendah sekali, dan kalau dahulu orang korupsi karena menutupi kekurangan penghasilannya, sekarang korupsi dilakukan demi memuaskan ketamakan. Kasus-kasus BLBI mencapai angka trilyunan rupiah.
Yang menarik untuk diamati adalah bahwa Indonesia menerima label yang ambivalen, di satu sisi Indonesia disebut sebagai negara beragama yang semua penduduknya disebut beragama, namun di sisi lainnya Indonesia juga dibilang sebagai negara korup yang ratingnya tinggi di dunia. “Mungkinkah seorang beragama sekaligus menjadi seorang koruptor?” Data statistik menunjukkan bahwa hal itu bukan hanya mungkin tapi kenyataan, maka konsekwensinya timbullah pertanyaan susulan, “Kalau begitu apakah mungkin bahwa seorang beragama itu tidak ber-Tuhan?” Pertanyaan kedua ini jelas akan ditolak umum, namun fakta menunjukkan bahwa semua koruptor di Indonesia itu beragama, sesuatu yang jelas meniadakan Tuhan dalam hidupnya.
Promosi hidup agama belakangan ini memang makin marak, dimana-mana dibangun simbol-simbol keagamaan, dan begitu banyak orang-orang pergi berziarah ke negara-negara di Timur Tengah, yang jelas memang agama sudah menjadi menu sehari-hari bangsa Indonesia, bahkan UU-Sisdiknas dibuat dengan asumsi bahwa kalau pendidikan agama dijalankan maka Indonesia akan maju dan sejahtera, seakan-akan korupsi akan hilang dengan adanya pendidikan agama.
Memang simbol-simbol keagamaam banyak disiarkan di stasiun-stasiun TV dan kesaksian-kesaksian hidup keagamaan sarat digambarkan dalam sinetron-sinetron, bahkan kesaksian mujizat kesembuhan badan dan keluarga harmonis banyak ditayangkan acara agama di TV, namun sayang nyaris tidak pernah ada kesaksian perubahan hidup seorang pelaku KKN yang kemudian mengembalikan dana yang dikorupsinya layaknya pertobatan Zakheus di atas.
Memang dalam sejarahnya, kehidupan beragama cenderung berenang dipermukaan yang kelihatan, orang lebih senang mendramatisir dosa-dosa kemaksiatan yang ditandai dengan begitu gigihnya kalangan agama tertentu mendobrak kelab malam, tempat judi, pelacuran, pornografi maupun pornoaksi, demikian juga dosa-dosa tubuh banyak disorot seperti soal makanan haram dan halal. Namun, adakah aksi-aksi pentobatan untuk menyadarkan para koruptor dan mereka yang menggerogoti harta negara dari mimbar-mimbar agama?
Memang dosa-dosa pribadi seperti kemaksiatan tidak pantas dilakukan oleh umat beragama dan Tuhan Yesus juga mengatakan kepada perempuan yang berzinah agar “jangan berbuat dosa lagi” (Yohanes 8:1-11), namun lebih dari itu dosa-dosa sosial yang berdampak lebih merugikan kemanusiaan secara umum juga tidak dikehendaki Tuhan.
Sayang sekali, banyak kalangan agama mandul menghadapi dosa-dosa sosial yang justru telah membuat bangsa dan negara Indonesia terpuruk demikian parah, dan bukan hanya itu, banyak kalangan agama justru ikut menyuburkan perilaku KKN dengan menjadikan para pelaku KKN sebagai mitra dan soko-guru organisasi-organisasi keagamaan, suatu kesempatan indah yang justru dimanfaatkan sebagai tempat sembunyi oleh para pelaku KKN. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia (2:9), rasul Paulus mengatakan bahwa para rasul adalah sokoguru jemaat, namun disayangkan bahwa pada masa kini justru mereka-mereka yang kaya yang dalam kenyataannya memperoleh kekayaannya dari perbuatan KKN, merekalah yang paling banyak dijadikan sokoguru jemaat.
Tuhan Yesus dalam pelayanannya selalu mengingatkan orang agar bertobat dari jalan KKN-nya, kisah Zakheus (Lukas 19:1-10) dalam ayat pembuka dan Barnabas (Kisah 4:36-37) menunjukkan hasil pertobatan agamani yang benar. Tuhan menyuruh Musa untuk memilih para pemimpin yang “cakap, takut akan Tuhan, dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap.” (Keluaran 18:21), demikian juga Yohanes Pembaptis dalam kotbahnya mengingatkan para prajurit agar “Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu.” (Lukas 3:14). Rasul Yakobus mengingatkan jemaat tentang dosa-dosa orang kaya yang ‘mengkorupsi upah buruhnya dan hidup bermewah-mewah.’ (Yakobus 5:4).
Sudah tiba saatnya agama kembali mendengungkan perintah dan hukum Allah yang mengingatkan manusia agar ‘mengasihi Tuhan Allah dan sesama manusia sama seperti kita mengasihi diri sendiri’ (Mat.22:34-40).
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme mendorong manusia menyangkali perintah dan hukum Allah untuk mengasihi Tuhan dan sesama mansuia, dan bukan saja mereka menyangkali dengan perbuatan mereka, tetapi perbuatan itu telah menyengsarakan jutaan manusia Indonesia yang rejekinya dirampas dan diambil oleh mereka yang melakukan KKN. Tuhan menghendaki agar kita beiman, namun Tuhan juga menghendaki agar kita melakukan kehendak Allah dalam kebenaran (Matius 7:21), karena itu marilah semua orang yang takut akan Tuhan, marilah kita memulai hidup kita dengan berperilaku jujur dan tidak melakukan korupsi agar kasih Allah menyertai kita dan kasih kita menyertai sesama kita.
Ya Tuhan, datanglah kerajaan-Mu dan jadilah Kehendak-Mu di bumi ini! Amin.
Salam kasih dari Herlianto & YABINA ministry