Saksi Bagi Kristus Desember_ 2009



07 - Jangan Menyebut YHWH sembarangan
 

 

SaksibagiKristus memberi informasi kepada gereja dan umat tentang gerakan kultus/sekte yang timbul di abad XIX yang belakangan ini aktif kembali. Sekte berpusat ajaran tokoh yang dikultuskan, bersifat elitis, eksklusif dan sektaris (hanya saya yang benar), dan memisahkan diri dari persekutuan gereja yang am yang semuanya dianggap sesat. Artikel lainnya bisa dibaca di www.yabina.org. Milis diikuti oleh mereka yang mendaftarkan diri atau direkomendasikan oleh Teman/Gereja.

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan.” (Matius 7:21-23).

Ayat ini menunjuk pengikut Yesus yang menyebut nama Yesus dengan ‘Kurios’ (Tuhan), kata mana dalam konteks Septuaginta (LXX, Tanakh dalam bahasa Yunani) digunakan sebagai terjemahan Adonai (yang ditujukan YHWH) dan untuk membaca nama YHWH dengan ‘Adonai’ (agar tidak menyebutnya sembarangan). Ini menunjukkan bahwa baik YHWH maupun  Yesus diimani sebagai Tuhan oleh umat Kristen, apalagi dalam PL disebutkan “barangsiapa yang berseru kepada nama YHWH akan diselamatkan” (Yl.2:32) dan dalam PB hal sama ditujukan kepada Yesus bahwa “di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis.4:12)

MENGAPA DITOLAK?

Mengapa seruan orang-orang diatas ditolak Tuhan? Pasalnya mereka menyebut ‘Nama Tuhan’ namun ‘tidak melakukan kehendak Bapa’! Jelas disini, bahwa kehendak-Nya bukan asal menyebut ‘Nama-Nya’ (apalagi kalau menuliskan sendiri Nama Itu didahi sendiri [Why.14:1] dan bukan ditulis oleh Tuhan Yesus [Why.3:12]), tetapi menghormati dan memuliakan ‘pribadi dibalik Nama Kudus itu dan mentaati kehendak-Nya.’ Seperti diketahui, salah satu gejala aliran kultus abad XIX adalah usaha kembali ‘memulihan dan menyebutan nama ‘YHWH’ (yod he waw he, empat huruf tetragrammaton) yang dirintis Jehovah’s Witnesses dengan nama Jehovah (Ind: Yehuwa).

Nama YHWH sejak awal sudah tidak dikenal ejaannya, bahkan inskripsi tertua yang ditemukan di Mesir menulis Nama Suci yang masih menggunakan aksara Ibrani kuno (Funisia) juga tidak menunjukkan ejaannya. Hukum ketiga menyebut Jangan menyebut nama YHWH, Allahmu, dengan sembarangan” (Kel.20:7), apalagi disebutkan bahwa “menghujat nama YHWH, haruslah dihukum mati” (Im.24:16). Ayat-ayat itu membuat umat Yahudi Ortodok secara turun temurun menghindari penyebutan nama itu agar tidak menyebutnya salah dan melanggar kedua perintah itu.

Ketika ditawan di Babil, ditengah penyembahan berhala, rasa hormat untuk menguduskan nama itu menyebabkan orang yahudi tidak lagi menyebut Nama Suci YHWH sekalipun dalam Tanakh tercatat sekitar 6800 kali (Ketiv), Yahudi ortodok kemudian karena rasa hormat dan untuk memuliakannya mengucapkan (Qere) keempat huruf tetragrammaton ‘YHWH’ sebagai ‘Adonai’ (diterjemahkan Kurios dalam LXX, LORD dalam Bible, dan TUHAN dalam Alkitab), disamping ‘Adonai’ yang ada dalam Tanakh yang ditujukan Tuhan Israel (diterjemahkan Kurios dalam LXX, Lord dalam Bible, dan Tuhan dalam Alkitab. Adon artinya lord/tuan ditujukan a.l. raja). Agar dibaca sebagai ‘Adonai,’ dalam naskah Massoret, nama ‘YHWH’ diberi tanda baca huruf hidup ‘a-o-a’ (huruf hidup Adonai). Namun, bila dalam Tanakh ada nama ‘Adonai ‘YHWH’ maka agar tidak terjadi pengulangan dibaca ‘Adonai Elohim’ (diterjemahkan ‘Kurios Theos’ dalam LXX, ‘Lord GOD’ dalam Bible, dan ‘Tuhan ALLAH’ dalam Alkitab).

Karena tertulis dalam naskah Massoret, nama ‘YHWH’ yang bertanda ‘a-o-a’ kemudian ada yang mengejanya ‘Jahovah’ tetapi karena dianggap masih mengandung separuh tetragrammaton diganti ‘Jehovah.’ Dalam terjemahan Inggeris KJV nama ini digunakan 4 kali, dan kemudian di kalangan Sacred Name Movement (SNM, Gerakan Nama Suci). Nama ‘Jehovah’ pertama kali digunakan oleh Jehovah Witnesses (JW/Saksi-Saksi Yehuwa) termasuk 273 nama itu yang dimasukkan ke dalam PB SSY (NW).

Naskah asli PB bahasa Yunani koine ditemukan sekitar 5000 copy dan tidak satupun memuat tetragrammaton (Why.19 hanya memuat digrammaton ‘YH’ dalam bahasa Yunani ‘ya’ itupun mengutip pujian ‘haleluya’ dalam kitab Mazmur), bahkan sekalipun Yesus dalam doanya mengucapkan Dikuduskanlah nama-Mu” (Mat.6:9), Ia tidak mengucapkan nama YHWH melainkan menyebutnya dengan hormat sebagai ‘Bapa’ (Pater). Karena itu kalau Yesus, Para Rasul dan PB tidak menyebut nama YHWH samasekali melainkan menggantinya dengan panggilan kehormatan, apakah kita mau menyalahkan Yesus dan para Rasul?

APA EJAAN YANG BENAR?

Bila empat huruf ‘YHWH’ saja banyak orang tidak sepakat bagaimana mengejanya, apakah IHVH, IHWH, JHVH, JHWH, YHVH, atau YHWH, apalagi ejaan Nama Suci itu. Semula, dipelopori JW, digunakan ejaan ‘Jehovah’ namun banyak yang tidak setuju sehingga sejak tahun 1930-an berkembang aliran-aliran SNM yang menggunakan bermacam-macam ejaan tetragrammaton seperti JAHAVEH, JAHVAH, JAHVE, JAHVEH, YAHVE, YAHVEH, YAHWE, YAHWEH, YAHWAH, YAHOWAH, dll. Dapat dimaklumi mengapa Yahudi Ortodok dan LXX, dan PB tidak mengeja YHWH melainkan membacanya dengan sebutan kehormatan ‘Adonai/Kurios’ dan ‘Yesus’ memanggil dengan hormat ‘Pater’ (Bapa), karena tidak tahu ejaannya mereka kuatir terjadi penyebutan dengan ‘sembarangan’ seperti pemanggilan yang bermacam-macam itu yang semuanya rekaan dan belum tentu mencerminkan nama YHWH dengan benar bahkan artinya bisa makin jauh dari kebenaran. Apalagi kalau penyebutan ‘Nama Suci’ YHWH digunakan sebagai alat untuk melegitimasi Holy Scripture / Kitab Suci hasil plagiat karya terjemahan orang lain yang merupakan kebiasaan sekte itu tentu ini merupakan contoh jelas mengenai ‘Menyebut YHWH Sembarangan.’ (Baca: Artikel Kitab-Kitab Suci Baru dalam www.yabina.org). 

Kebiasaan kalangan SNM adalah menggunakan naskah Bible yang ada kemudian mengganti nama ‘LORD, Jesus dan God’ dengan nama Ibraninya, juga beberapa nama dan kata lainnya namun dengan ejaan berbeda-beda. Dalam 60 tahun sejak ‘Holy Name Bible’ dicetak SNM (1950), sudah ada belasan versi diterbitkan kelompok-kelompok SNM yang berbeda yang menerbitkan versi sendiri. Yang menarik ada juga yang menyalahkan penggunaan ejaan nama ‘Yahweh’ yang paling populer. ‘The Scriptures’ (1993) menggunakan Bible yang sudah ada kemudian mengganti LORD dengan ‘YHWH’ (huruf Ibrani Kitab Suci). Bible kelompok SNM lainnya ‘Yahweh, The Besorah’ memplagiasi naskah The Scriptures (edisi 1998) dan mengganti tetragrammaton dengan aksara Ibrani Kuno (Funisia), bahkan versi ‘The Restored King James Version’ yang plagiat KJV, menggunakan tetragrammaton dengan tulisan Ibrani modern! Menyebut nama YHWH dengan sembarangan menghasilkan kebingungan karena tidak adanya kesepakatan dan kesehatian dalam mengejanya. Karena itu lebih terhormat dan mulia sikap Yahudi Ortodok yang membacanya sebagai ‘Adonai’ (LORD dalam Bible dan TUHAN dalam Alkitab) daripada bersepekulasi dengan ejaan yang salah.

Sebenarnya apakah benar bahwa nama YHWH adalah ‘nama diri’ yang berdiri sendiri, ‘berasal dari akar kata lain,’ atau bagaimana? Dan apakah semangat kembali keakar yahudi (Hebraic Roots Movement) benar-benar menemukan jawaban bahwa Nama Itu berakar yahudi? Biasanya nama sesembahan dipakai untuk menamai anak, dan sangat menarik untuk diketahui bahwa pada masa pra-Musa (kitab Kejadian), tidak ada nama orang yang mengandung komponen YHWH padahal yang mengandung nama ‘El’ banyak (Ismael, Israel). Ada juga yang mengemukakan bahwa Nama Itu sudah dikenal dalam inskripsi kuno sebelum Musa dalam bentuk tulisan paku, dimana ditemukan kata Yawi-ilum dan Yaum-ilum yang keduanya dianggap artinya ‘Yawi/Yau adalah ilum’ (Yawi/Yau is God), namun kemudian diketahui bahwa arti sebenarnya kata-kata itu adalah ‘Ilum itu milikku’ (God is mine). Ada juga tulisan ‘Ahu-yami’ yang mengkaitkan ‘yami’ dengan nama YHWH, tetapi ternyata kemudian bahwa yami adalah sebutan dan bukan nama. Ada juga usaha untuk mengkaitkan nama sesembahan Akkadia kuno ‘Ea’ dengan ‘Yah,’ namun ini disangkal karena YHWH diklaim sebagai sesembahan khas Israel dan berasal Sinai. (Hebrew Origin, hlm. 102 dst.)

NAMA YHWH BERASAL SINAI?

Musa baru mengenal Nama YHWH setelah diberitahukan kepadanya di Sinai (Kel.6:1-2), namun adakah petunjuk dari kitab lainnya dalam Tanakh? Disebutkan dengan jelas bahwa YHWH berasal dari Sinai a.l. dalam ayat: “YHWH  datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir” (Ul.33:2) “YHWH bergerak dari Seir … melangkah maju dari daerah Edom … Sinai.” (Hak.5:4-5), “Namanya Yah … Sinai bergoyang dihadapan Allah.” (Mzm.68:5,9). “Aku adalah YHWH, Allahmu sejak di tanah Mesir” (Hos.13:4 ), “Akulah YHWH … Aku menebus engkau dengan Mesir” (Yes.43:3), “Akulah YHWH … membawa mereka dari tanah Mesir” (Yeh.20:5-6), “Akulah yang menuntun kamu keluar dari tanah Mesir … firman YHWH” (Am.2:10-11).

Lalu, bagaimana dengan nama YHWH yang sudah ada dalam kitab Kejadian? Nama-nama itu ditulis ketika nama YHWH sudah dikenal Musa, karena diketahui dari tradisi Israel bahwa kitab Pentateuch (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan) disebut sebagai kitab Musa sesudah Musa mengenal nama YHWH sehingga penulisan Nama Itu bukanlah ingatan historis melainkan ‘ingatan teologis.’ Dan jauh sesudah masa Musa mengenal nama itu baru ingatan teologis yang berkembang itu ditulis dalam Tanakh. Ini dimaksudkan agar YHWH tidak hanya menjadi ‘Tuhan eksklusif Israel,’ tetapi Ia juga ‘Tuhan semesta alam’ (Kej.2:4) dan ‘Tuhan umat manusia’ (Enoch = manusia, Kej.4:26).

Ujian iman Abraham/Ibrahim yang mengorbankan anaknya (Kej.22:1-2) dikenang di Arab Islam sebagai ‘perayaan Idul Adha’ termasuk tradisi sunat yang berawal dari perjanjian sunat dengan Abraham & keturunannya (Kej.17:10), tetapi nama YHWH yang tidak dikenal dalam tradisi Arab/Islam keturunan Ismael memperkuat bukti bahwa nama itu baru dikenal Musa keturunan Ishak di Sinai. Fakta bahwa Para patriakh baru mengenal ‘El’ yang tenang ditunjukkan bahwa sebelumnya keturunan Abraham dan orang Kanaan bisa berdampingan dengan damai, setelah mengenal nama YHWH di Sinai, diawali pembebasan bangsa Israel dari Mesir, Kanaan dibasmi, dan timbul sifat agresif sebagian umat terutama Lewi untuk membela nama YHWH, bukan saja dalam melawan musuh Kanaan melainkan juga orang dari kalangan Israel sendiri (Kel.32:27-; Ul.33:8-11).

Tetapi bagaimana dengan nama ‘Yoshua’ dan ibu Musa ‘Yokhebed’ yang mengandung nama ‘Yo’? Yosua adalah nama baru yang diberikan Musa sesudah ia mengenal nama YHWH karena nama aslinya adalah ‘Hiskia bin Nun’ (Bil.13:8 band. Ul.32:44). Yoshua artinya ‘YHWH penyelamat’ dan itu terjadi setelah Israel keluar dari Mesir dan bertemu YHWH di Sinai. Mengenai Yokhebed ada yang mengemukakan bahwa nama itu mengandung nama ‘Yo’ (singkatan YHWH?) namun ini dipersoalkan karena tidak mungkin orang bisa menyingkat nama yang belum dikenal, jadi nama ‘Yo’ sebelum Musa belum mempunyai arti sebagai singkatan YHWH, dan kalau itu nama asli yang sudah dikenal maka tentulah YHWH bukan murni nama diri tetapi nama yang terbentuk dari nama lain ‘Yo.’

Dari kondisi ini lebih mungkin nama itu diberikan sebagai penghormatan kepada ibu Musa setelah Musa anaknya menerima wahyu dari YHWH dan menjadi pembebas Israel, sebab sebelum Musa mengenal nama YHWH (Kel.6:1-2), nama ibunya hanya disebut ‘perempuan Lewi’ (Kel.2:1), seorang perempuan biasa, namun sesudah tua dan beranak pinak dan setelah Musa mengenal nama YHWH baru disebutkan namanya Yokhebed (Yo adalah kemuliaan, Kel.6:19) sebagai penghormatan. Lagipula kalau Yo sudah tertuju kepada YHWH tentulah argumentasi yang menjadikan ayat Kel.6:1-2 sebagai kalimat bertanya karena lupa (yang biasa dikemukakan kalangan SNM) menjadi tidak berarti karena masakan lupa sedangkan nama ibunya Musa yang masih hidup saat itu sudah dianggap mengandung nama YHWH, dan kalau sudah tahu nama YHWH selain El/Elohim/Eloah, buat apa Musa menanyakan lagi? (Kel.3:13).

NAMA YHWH BERASAL ARAB?

Dengan mempelajari latar belakang sejarahnya, ditemukan petunjuk bahwa nama YHWH bukan asli bahasa Ibrani tetapi bahasa asing yang diperoleh Musa dinegeri asing. Ada yang mengemukakan sebagai nama sesembahan suku ‘Keni’ atau ‘Median,’ atau berasal kata Arab ‘hwy (hawah)’ (angin/storm) apalagi diketahui Sinai adalah daerah suku Median cucu Ketura, ada yang mendukung bahwa nama itu berasal akar ‘hyh/hayah’ (menjadi), dan ada pula yang menyebutkan bahwa YHWH adalah ringkasan ‘ehyeh asher ehyeh’ (Kel.3:14). Perlu disadari bahwa ejaan yang dipakai paling umum ‘YHWH/Yahweh’ juga diragukan Ibraninya karena dalam bahasa Ibrani yang diakui resmi tidak ada sebutan ‘w’ jadi kemungkinannya salah (‘waw’ dianggap ejaan asing a.l. Arab karena itu Ibrani Modern membacanya ‘vav’), apalagi YHWH dalam naskah Tanakh yang tertua awalnya ditulis dalam aksara Funisia yang kemudian disebut ‘Ibrani Kuno’ (Ketav Ashurit) sesudah abad XII SM setelah bahasa Ibrani tulisan mulai berkembang, sebelum kemudian digantikan dengan huruf yang dipengaruhi huruf pesegi Aram sebagai ‘Ibrani Kitab Suci’ (Ketav Meruba) pada masa Ezra.

Setidaknya ada berbagai panggilan singkat yang ditujukan YHWH seperti a.l. ‘Yo, Ye, Ya, Yeho’ ini jelas menunjukkan bahwa tradisi Yahudi benar kalau mengakui bahwa orang sudah tidak mengenal ejaan YHWH sehingga sulit diperkirakan, itulah sebabnya agar tidak menyebutnya salah dan sembarangan (Kel.20:7) maka Yahudi ortodok membaca huruf-huruf YHWH dengan hormat sebagai ‘Adonai’ (Tuhan) atau ‘Ha-Syem’ (Nama Itu). Ejaan YHWH hanya diucapkan oleh Imam Besar (Kohen Gadol) di Yerusalem setahun sekali sebanyak 10 kali pada perayaan Yom Kippur.

Dari pembahasan di atas maka jelas bahwa ‘YHWH  berasal dari Sinai.’ Kita tidak perlu merasa kecil hati kalau mengetahui bahwa ‘nama YHWH bukan murni nama diri’ karena yang penting adalah memuliakan ‘pribadi & kehendak’ yang punya Nama Suci itu dan bukan huruf-huruf Nama-Nya, demikian juga kita tidak perlu merasa rendah diri kalau ‘nama YHWH  ternyata berakar bangsa dan bahasa asing’ (apalagi dengan kemungkinan berakar Arab), karena YHWH adalah Tuhan semesta alam yang mencipta dan memiliki langit dan bumi termasuk semua bangsa dan bahasa yang ada di dalamnya.

YHWH atau nama lainnya El Shadday (dan variasinya Elohim & Eloah) adalah pribadi yang kekal tidak terbatas, mahakuasa dan mahatinggi, khalik langit dan bumi, karena itu janganlah kita membatasi kekekalannnya dengan bangsa dan bahasa manusia duniawi yang tidak kekal dan terbatas. Karena itu lebih mencerminkan ketaatan akan kehendak YHWH bila Yahudi Ortodok kemudian tidak membaca ejaan YHWH itu melainkan membacanya dengan panggilan penghormatan ‘Adonai’ yang huruf-huruf hidupnya digunakan sebagai tanda baca dalam text Masoret, ini kemudian diikuti terjemahan LXX (Kurios), Bible (LORD), dan Alkitab (TUHAN). Ini adalah ungkapan sikap hormat dalam menguduskan dan tidak sembarangan menyebut Nama Suci Itu. Jewish Ensyclopedia menulis:

Of the names of God in the Old Testament, that which occurs most frequently (6,823 times) is the so-called Tetragrammaton,Yhwh, the distinctive personal name of the God of Israel. This name is commonly represented in modern translations by the form "Jehovah," which, however, is a philological impossibility (seeJehovah). This form has arisen through attempting to pronounce the consonants of the name with the vowels of Adonai ("Lord"), which the Masorites have inserted in the text, indicating thereby that Adonai was to be read (as a "ḳeri perpetuum") instead ofYhwh. When the name Adonai itself precedes, to avoid repetition of this name,Yhwh is written by the Masorites with the vowels of Elohim, in which case Elohim is read instead of Yhwh.

Selama ribuan tahun tidak pernah ada firman dan wahyu melalui para Nabi PL, Imam Besar Eliezer (yang merestui LXX), dan Yesus (yang menggunakan LXX), yang menyebutkan bahwa ‘Yang Empunya Nama Suci Itu’ keberatan untuk penerjemahan dengan kata pengganti itu bahkan Yesus sendiri tidak pernah menyebut ‘Nama Itu’ kecuali dengan panggilan kehormatan ‘Pater’ atau ‘El’ (Mat.27:46, dalam dialek Arab = Allah) hingga kerajaan Allah berkembang ke seluruh dunia dan firman-Nya terus diterjemahkan ke bahasa-bahasa dunia.

Yang menarik untuk dicatat pula adalah dua aliran pemuja nama YHWH, yaitu Saksi-Saksi Yehuwa dan Gerakan Nama Suci sekalipun ada kemiripan dalam sakralisasi nama itu namun ada juga perbedaannya yang mencolok. SSY menerjemahkan YHWH dengan Jehovah (Ind: Yehuwa) sedangkan SNM dengan Yahweh/Yahwe dan variasinya, namun di Indonesia SSY menerima dengan sukacita terjemahan ‘Allah’ untuk El/Elohim/Eloah dan Theos, sedangkan SNM alergi berat dengan yang berbau Arab dan menolak terjemahan itu (ini menunjukkan kadar Semitisme mania dan Arabisme fobia yang kuat), demikian juga SNM menolak kelahiran Messias dirayakan pada bulan Desember melainkan kebanyakan menentukan pada bulan September/Oktober, padahal SSY fobia total terhadap perayaan Natal.

KESIMPULAN

Kesimpulannya, ‘YHWH’ umum digunakan dalam tulisan, namun untuk tidak mengucapkannya sembarangan dan menghindari salah atau mengkultuskan huruf-huruf Nama itu, dalam agama Yahudi Massoret dibaca ‘Adonai’ (Kurios dalam LXX, LORD dalam bahasa Inggeris, dan TUHAN dalam bahasa Indonesia) atau diganti ‘Elohim’ bila terjadi pengulangan (Theos dalam LXX, GOD dalam bahasa Inggeris, dan ALLAH dalam bahasa Indonesia). Sebutan kehormatan yang tertulis dalam Tanakh seperti ‘Adonai’ biasa diterjemahkan kedalam bahasa lain (Kurios dalam LXX, Lord dalam bahasa Inggeris, dan Allah dalam bahasa Indonesia), dan ‘Elohim’ juga biasa diterjemahkan ke bahasa lain (Theos dalam LXX, God dalam bahasa Inggeris, dan Allah dalam bahasa Indonesia).

Akhirnya, tradisi pewahyuan Alkitab menunjukkan bahwa pengucapan nama YHWH dengan ucapan berbeda maupun penerjemahannya  ke dalam bahasa lain diperkenankan oleh Allah maupun para Imam Yahudi, dan dalam Perjanjian Baru dilakukan oleh Yesus sendiri!
 

Salam kasih dari YABINA ministry www.yabina.org ***

 


 


 SBK Sebelumnya