Ruang Tanya Jawab - Agustus  2001 

Form untuk mengirim pertanyaan


TEOLOGIA SUKSES

Pada bulan Agustus 2001 ini, beberapa pertanyaan masuk ke redaksi sehubungan dengan bahan-bahan yang ada dalam pelayanan Yayasan Bina Awam/YABINA, dan berikut diberikan pembahasannya sebagai Jawab atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

( Tanya-1) TEOLOGI SUKSES. Dalam tulisannya, YBA menunjukkan menentang teologi sukses. Apakah itu berarti YBA mendukung teologi kegagalan? Apakah orang Kristen harus gagal, melarat dan sengsara? Tidak mungkinkah orang Kristen Alkitabiah dan sukses? Bila mungkin, sebenarnya YBA juga pendukung teologi sukses juga bukan? Mungkin tidak seekstrim beberapa pendeta Kharismatik. Tetapi pada prinsipnya bisa saja ada Abraham-Abraham, Yakub-Yakub dan Yusuf dari Arimathea modern zaman ini. Mengapa tidak?

(Jawab-1) Pertanyaan ini timbul sebagai akibat kekurang pengertian akan apa yang disebut sebagai ‘Teologi Sukses’. Sebenarnya, yang dimaksudkan dengan ajaran ‘Teologia Sukses’ adalah kepercayaan bahwa “Ada hubungan langsung antara iman dan berkat jasmani, yaitu bahwa mereka yang beriman dianggap akan diberkati sehingga sukses, kaya dan hidup dalam kemewahan sedangkan kemiskinan dan kegagalan dianggap sebagai hasil kurang atau tiadanya iman.”  Bila kita mempelajari Alkitab dengan benar, kita akan melihat bahwa sekalipun dalam Perjanjian Lama sering diberikan janji-janji berkat yang berkelimpahan dalam bentuk materi (seperti dalam kasus Abraham, Yakub dan Yusuf), namun dalam sejarah umat Israel, kita melihat bahwa kemudian pengertian itu bergeser karena umat Israel justru menjadi tidak beriman setelah kaya. Akibatnya maka sukses Israel terjadi bila mereka melakukan kehendak Allah, dan salah satu konsekwensinya adalah bahwa mereka menerima ‘kegagagaln’ dengan dibuang ke Babel. Perjanjian Baru menyebutkan bahwa ‘Iman yang benar’ akan hidup oleh ‘Kasih, Kebenaran, dan Keadilan’ sehingga orang yang beriman (baik ia kaya atau miskin) dapat dilihat dari buah kasihnya kepada Tuhan dan sesama manusia. Pengusaha yang hidup masakini di Indonesia kemungkinan besar tidak akan sukses bahkan gagal bila ia hidup dalam kebenaran dengan menjalankan bisnis secara jujur dan mengikuti peraturan, namun ini tidak berarti bahwa orang Kristen tidak bisa berhasil dalam hidupnya. Seorang Kristen akan bisa lebih berhasil bila ia berusaha dengan tekun dan kerja keras daripada hidup bermalas-malasan, jadi tidak ada hubungan langsung antara iman dan sukes/kaya. Sukses dalam pengertian Alkitab adalah bila seseorang berhasil dalam kehidupan rohaninya.

( T-2) HARI SABAT. Bagaimanakah pendapat YBA soal hari Sabat atau hari ketujuh/hari Sabtu? Sebagai orang Kristen saya belum paham benar kenapa gereja mengadakan kebaktian pada hari Minggu bukan pada hari Sabtu. Selain itu saya merasa di gereja kami tidak memberikan larangan untuk bekerja "mencari uang" pada hari Minggu atau hari Sabtu. Apakah hal ini dibenarkan oleh Tuhan?

(J-2) Dalam Perjanjian Lama khususnya ‘hukum ke-IV’ disebutkan mengenai perintah merayakan Sabat secara lahir yaitu menghindari melakukan pekerjaan/usaha pada hari Sabtu, atau hari ketujuh.’ Namun perlu disadari tentang konsep Perjanjian Baru, bahwa Yesus telah menjadi Sabat kita, yaitu bahwa Yesus telah membebaskan kita dari perhambaan dosa (bukan kerja yang dilambangkan dalam Sabat PL), karena itu hidup umat Kristen Perjanjian Baru tidak lagi terikat hukum Sabat lahir PL. Yesus sendiri dalam pelayanannya sering berbeda pendapat dengan orang-orang Farisi dan Ahli Taurat tentang bagaimana menjalankan hari Sabat sekalipun Yesus hadir dalam perayaan Sabat Yahudi. Umat Kristen melalui ajaran Yesus tidak lagi merayakan Sabat seperti orang Yahudi, karena Yesus telah menggenapkan Taurat termasuk perintah Sabat dan mengisinya dengan pengertian yang baru. Hari minggu bukanlah hari ‘Sabat’nya orang Kristen, karena hari minggu, yaitu hari pertama dalam minggu, menjadi hari dimana murid-murid berkumpul pada hari kebangkitan Yesus dan mengulang secara mingguan peringatan kebangkitan itu. Dalam kisah para Rasul kita melihat bahwa para murid Yesus berkumpul pada hari pertama dalam minggu, sambil berdoa dan memecah roti. Bila ada para Rasul dan umat Kristen yang masih mengikuti ibadat di Sinagoga pada hari Sabat tidak berarti bahwa mereka ikut merayakan Sabat, sebab mereka ingin mendengarkan firman PL dan kesempatan bertemu dengan umat Yahudi, umat kesayangan Tuhan, dan kala itu para murid umumnya adalah orang Yahudi. Namun, setelah umat Kristen ditolak oleh agama Yahudi, umat Kristen tidak lagi dapat menghadiri ibadat pada hari Sabat di sinagoga dan mereka berkumpul di rumah-rumah pada hari pertama dalam minggu.

Mengenai mencari uang di hari minggu juga tidak menjadi masalah, sebab yang penting disini, kalau sebagai seorang Kristen, yang perlu disaksikan adalah ‘bagaimana ia mencari uang’ dan ‘untuk apa uang itu’. Bila keduanya terpenuhi sesuai prinsip kasih, kebenaran dan keadilan Tuhan, tentu tidak menjadi soal mencari uang di hari minggu. Idealnya, memang kita perlu menjadi hari minggu sebagai hari mengenang kebangkitan Tuhan dengan pergi bersekutu di gereja dan melakukan aktivitas-aktivitas rohani lainnya, agar kita tidak terus-menerus dalam seminggu mencari uang, apalagi kalau selama enam hari kerja uang itu sudah cukup. Janganlah kita meninggalkan persekutuan jemaat pada hari minggu itu demi mengejar uang.

( T-3) GEREJA BARU. Saya melihat banyak orang dgn gampang mendirikan gereja yang notabene adalah pecahan dari gereja induk, sebenarnya apakah dasar pendirian gereja menurut Alkitab? Apakah semua orang boleh mendirikan gereja? Dimana letak legalitas gereja itu?

(J-3) Alkitab mengindikasikan bahwa jemaat terbentuk bilamana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Tuhan terbentuklah gereja, apalagi setelah mereka berkumpul di rumah-rumah dalam jumlah yang lebih banyak. Inilah gereja secara organis. Namun dalam perkembangan jemaat, diperlukan organisasi yang mengatur, itulah sebabnya dalam surat-surat para Rasul kita melihat adanya jabatan-jabatan baru dalam jemaat di samping Rasul yaitu gembala, uskup, dan tua-tua. Gereja atas dasar denominasi semula tidak ada dalam gereja Lama, namun setelah gereja mengkristal dalam gereja Barat (Katolik Roma) maka jemaat-jemaat keusukupan lain mulai menunjukkan penolakannya dan memuncak dalam perpisahan (schisma) pada tahun 1057 dengan terbentuknya gereja Timur (orthodox). Pada akhir abad pertengahan mulai ada reformasi sehingga timbul jemaat-jemaat yang tidak lagi bergabung dengan jemaat Barat  (Katolik Roma) maupun Timur (Orthodox) dan memuncak dengan reformasi tahun 1517 dimana lahir aliran yang kala itu disebut ‘Protestan’ dan sejak itu berkembanglah banyak denominasi dengan berbagai nama, lebih-lebih setelah timbulnya banyak sekte dan bidat pada abad ke-19 dan 20 maka makin banyaklah ‘gereja’ dengan ciri yang berbeda-beda.

Mengenai gampangnya mendirikan gereja memang dimungkinkan dalam alam keterbukaan ini, dan pemisahan dari gereja induk disebabkan karena pada masa ini gereja yang banyak jemaatnya kurang menikmati persekutuan antar anggota yang erat maka mudah timbul kelompok dalam jemaat yang tidak puas dan memisahkan diri, namun ada juga yang merasakan bahwa ajaran gereja induk sudah tidak benar dan ingin memperbaikinya, dan bisa juga perpecahan timbul karena perebutan pengaruh dua pemimpin.

Legalitas gereja di mata Tuhan hanya satu yaitu mereka yang bersekutu dengan kondisi sama-sama ‘beriman dan melakukan kehendak Bapa di sorga’, namun legalitas di mata manusia adalah kalau memiliki akta hukum dan terdaftar di pengadilan maupun departemen Agama.

( T-4) PIAGAM JAKARTA. Pada tanggal 28 Agustus 2001 muncul lagi aksi demo dari front pembela Islam (FPI), mujahidin dkk ke DPR/MPR yang menuntut kembali amandemen UUD agar Piagam Jakarta  dimasukkan kembali, agar sidang tahunan MPR nanti membahas hal tersebut. Kami menantikan komentar
dari Yabina  agar umat Kristen selain berdoa juga mempersiapkan diri menghadapi berbagai kemungkinan dan menjadi pelopor dalam kesaksian hidup sesuai firman dlam menentang berbagai kemaksiatan.
Bukankah dalam sejarah KKR di Eropah dan USA berdampak reformasi kehidupan di masyarakat dimana kedai minuman keras dan judi mengalami kehilangan langganan sehingga oleh pemiliknya ditutup sendiri, tidak perlu sampai didemo bahkan dirusak segala oleh orang luar? Orang Kristen berani menerapkan ajaran Kristus  dan berani membayar harga dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya cukup puas sudah beribadah  di hari Minggu.

(J-4) Piagaman Jakarta sekalipun mengambil asumsi dasar bahwa ‘mayoraitas penduduk Indonesia beragama muslim jadi harus dilaksanakan syariat Islam’ faktanya hanya didukung sebagian kecil dari yang mayoritas itu, soalnya banyak umat islam sendiri tidak setuju dengan pelaksanaan syariat Islam yang biasanya ditafsirkan secara sempit itu. Kelihatannya disamping penolakan bagian terbesar umat Islam (terutama yang berfaham kebangsaan), kelompok-kelopok agama resmi di Indonesia juga umumnya menolak, bahkan waktu gencar-gencarnya pengusulan ‘Piagam Jakarta’, ada beberapa daerah seperti Bali dan beberapa kawasan Indonesia Timur yang ingin memisahkan diri bila syariat islam dicantumkan dalam UUD negara. Indonesia bukanlah negara agama melainkan negara kesatuan dan kebangsaan.

Mengenai tuntutan soal ‘etika’ seperti menghapuskan kemaksiatan, obat bius dan miras, memang dalam hal ini umat Kristen sekarang kurang berbuat sesuatu, lebih-lebih umat Kristen yang berorientasi vertikalisme (keselamatan jiwa) yang kurang melihat bahwa Tuhan juga bekerja bagi sejarah yang bersifat horisontal sosial. Namun perlu disadari bahwa berbeda dengan kelompok pendemo di atas, umat Kristen harus menekankan soal kehidupan suci dan menjauhi kemaksiatan bukan sekedar menghilangkan kemaksiatan itu, namun mengalami perubahan diri yang menghasilkan kehidupan baru dalam Yesus Kristus (Roma 12:1-2). Tertutupnya tempat-tempat praktek kemasiatan bukanlah tujuan iman Kristen tetapi adalah hasil pertobatan umat Kristen.

( T-5) SAKSI YEHUWA. Saya mendengar bahwa belum lama ini pada pemerintahan Gus Dur katanya Saksi Yehuwa sudah dapat beroperasi kembali dengan fatwa dari Kejaksaan Agung, benarkah berita Itu? Bagaimanakah sikap kita sebaiknya sebagai umat Krristen menghadapi hal itu?.

(J-5) Memang Saksi Yehuwa telah diizinkan kembali beroperasi secara bebas dengan dibatalkannya keputusan Jaksa Agung RI tahun 1976. Pada tanggal 1 Juni 2001, Jaksa Agung Marsuki Daruzman, dibawah pemerintahan presiden Abdurachman Wahid yang mengeluarkan SK tersebut. Menghadapi hal itu, umat Kristen memang tidak dapat berbuat apa-apa selain mempersiapkan diri sebaiknya dengan lebih serius mempelajari Alkitab dan persekutuan jemaat, soalnya kita telah mengetahui dari sejarah bahwa sekalipun misi Saksi Yehuwa adalah semua orang yang belum menjadi anggota mereka, mereka memiliki kebiasaan mendatangi rumah-rumah orang yang sudah beragama dan terutama umat Kristen yang sudah bergereja. Alasan pelarangan tahun 1976 adalah karena mereka menolak dalam berbagai aspek kepemerintahan seperti menghormati bendera, wajib militer dan lainnya, dan juga karena mereka menimbulkan keresahan antar umat beragama karena mendatangi rumah-rumah penduduk yang sudah beragama (termasuk Islam) terutama yang Kristen.

Untuk informasi soal Saksi Yehuwa bacalah masalah Saksi Yehuwa pada Ruang Artikel (nomor 022 & 023).

( T-6) ALIRAN BAPTIS.  Apakah aliran Baptis dapat disebut sebagai protestan? Ataukah bukan? Saya sendiri belum mengerti sampai dimana batasan suatu gereja disebut sebagai protestan atau bukan.

(J-6) Sebenarnya nama aliran Protestan, sekalipun dikaitkan dengan reformasi Martin Luther, pengertiannya umum yaitu kelompok-kelompok yang mem’protes’ ajaran dan tradisi Roma Katolik pada abad ke-16.  Sebelum Martin Luther (Lutheran) sudah ada gerakan-gerakan dibawah Johanes Huss dan kelompok Anabaptis (membaptis ulang) yang kemudian berkembang menjadi kelompok Menonite dan Baptis. Seangkatan dengan Lutheran ada juga kelompok kuat lainnya yaitu Kalvinisme (dibawah ajaran Johanes Calvin) yang di Belanda menjadi aliran Hervorm dan di Skotlandia menjadi aliran Presbyterian. Secara umum, sebutan ‘Protestan’ ditujukan pada semua aliran yang tidak termasuk ‘Katolik Roma’ maupun ‘Orthodox Timur’, kecuali ‘Gereja Inggeris Anglikan’ yang melepaskan diri dari Katolik Roma namun memiliki sayap Katolik Roma dan Protestan. Biasanya aliran Pentakosta juga digolongkan ke dalamnya sekalipun baru lahir pada abad ke-20.

( T-7) APOKRIFA. Saya ingin bertanya mengenai kitab-kitab Apokrifa, mengapa kitab-kitab ini tidak
diakui dalam Alkitab Protestan, padahal dimasukkan ke dalam Vulgata?

(J-7) Kitab-Kitab Apokrifa yang dimasukkan dalam Septuaginta (terjemahan bahasa Yunani) tidak diakui dalam kanon Yahudi (Ibrani, Masoret). Alkitab Roma Katolik didasarkan pada terjemahan Latin ‘Vulgata’ yang merupakan terjemahan ‘Septuaginta’, sedangkan Alkitab Protestan didasarkan terjemahan kanon dalam bahasa aslinya Ibrani (Masoret). Kelihatannya alasan tidak diterimanya kitab Apokrifa dalam kanon Maroret dan disetujui reformator protestan adalah karena kitab-kitab itu lebih merupakan produk tradisi dan kurang memiliki keakuratan sejarah, lagipula kitab-kitab itu kurang sejalan dengan kanon Ibrani.

( T-8) ASIA WORKS. Sehubungan dengan tema MSA tentang "Asia Works dan potensi pengembangan diri." Saya ingin bertanya tentang Asia Works. Sebagaimana diungkapkan tentang orang-orang yang mengalami ganguan jiwa setelah mengikuti pelatihan Asia Works dan efek-efek samping lainnya,saya sebagai orang yang pernah mengikuti pelajaran seperti Asia Works lewat buku, saya ingin bertanya apakah di Indonesia ini ada lembaga rehabilitasi atau adakah hotline-nya untuk menangani korban-korban pelatihan dengan model seperti Asia Works ini. Bagaimanakah caranya orang-orang yang pernah mengikuti pelatihan Asian Works dapat kembali hidup secara normal seperti sediakala? 

(J-8) Sepanjang pengetahuan yang ada, organisasi yang demikian belum ada. Pertama, karena di Indonesia, perlindungan konsumen sangat lemah dan produk hukum yang mengatur kerugian yang bersifat ‘kejiwaan’ belum ada; kedua, karena Asia Works baru beroperasi dan korban-korban yang ada masih dianggap sebagai resiko pribadi (apalagi peserta dianggap sukarela sekalipun ada yang terpaksa ikut karena diutus perusahaan); ketiga, pelatihan demikian di Indonesia masih terbatas dan belum menjadi isu nasional. Mungkin bila pelatihan demikian makin meluas dan korban-korban makin banyak, didukung hukum dan pengacara yang sudah menyadari soal ini, maka soal ini bisa menjadi masalah hukum yang harus dipecahkan. Hal lain yang menyulitkan kehadiran situasi demikian adalah penegakkan hukum masih lemah di Indonesia. Asia Works adalah bisnis besar yang melibatkan uang dalam jumlah besar, karena itu selama aparat hukum belum bersih, dalam kasus-kasus korban melawan badan pelatihan pengembangan diri semacam ini adalah bahwa korban selalu akan disalahkan. Peran yang bisa dilakukan orang Kristen adalah menyadarkan para pengusaha dan eksekutif Kristen tentang aspek ‘cuci otak’ dan nafas ‘new age’ yang ada dalam pelatihan demikian dan kemungkinan dampak psikologis yang ditimbulkannya, dan dengan kesadaran itu setidaknya bila terjadi akibat yang merugikan, mereka telah diberi tahu.

Salam kasih dari Herlianto/YBA.



Catatan
:
Menyambut banyaknya sambutan akan forum diskusi/tanya-jawab YBA tentang masalah teologia maupun umum, sejak Januari 1999 terbuka forum diskusi yang dapat diikuti oleh setiap netter. Dari sekian banyak pertanyaan/tanggapan yang masuk, setiap bulan akan dipilih beberapa pertanyaan/tanggapan yang dianggap penting untuk dirilis secara berselang-seling dengan renungan bulan yang sama. Identitas para netter akan ditulis dengan singkatan tiga huruf disusul dengan kota dimana ia berdomisili. Setiap topik diskusi dapat ditanggapi lagi bila belum terasa cukup. Pertanyaan/tanggapan dikirimkan ke alamat YBA


Form untuk mengirim pertanyaan