Ruang Tanya Jawab - Februari  2001 

Form untuk mengirim pertanyaan


Positive Thinking s/d Idul Adha

Bulan ini masuk beberapa pertanyaan yang mencakup berbagai topik seperti 'Positive Thinking dan Pengembangan Potensi Diri', 'Persekutuan Taize', 'Inner Healing', 'Keselamatan', dan dengan mendekatnya hari raya Islam tanggal 5 Maret 2001 soal 'Idul Adha'. Berikut diskusinya:


Positive Thinking & Pengembangan Potensi Diri

1. Apakah semua buku mengenai berpikir positif yang beredar di Indonesia merupakan bagian dari 'New Age' dan adakah buku mengenai positive thinking yang sesuai dengan iman Kristiani?

Istilah 'positif thinking' atau 'mind cure' memang ditimbulkan oleh kalangan yang terpengaruh filsafat dan psikologi kebatinan agama-agama timur yang sekarang bangun kembali dengan nama 'New Age' (Zaman Baru). Falsafah New Age bukan sekedar tehnik berfikir saja melainkan dilandasi faham agama mistik/pantheistik yang prinsipnya menyebut bahwa manusia memiliki potensi/energi/power tak terhingga dan bersifat ilahi dan tugas manusia adalah menggali potensi diri itu untuk mencapai keilahiannya secara penuh dengan cara a.l. melalui berfikir positif, visualisasi, kata-kata mantra, olah batin, & meditasi. Marilyn Ferguson, seorang tokoh New Age, dalam bukunya 'The Aquarian Conspiracy' menyebutkan bahwa kita sekarang memasuki masa 'Aquarius' yang penuh dengan kelimpahan dan kemakmuran dan meninggalkan dua ribu masa 'Pisces', masa kekristenan, yang penuh dengan kebodohan dan kemiskinan. Kita tahu bahwa pisces (yunani: ICHTUS) dijadikan lambang oleh umat Kristen mula-mula karena bisa menjadi akronim Iesous CHristos Theou Uios Soter (Yesus Kristus Anak Allah Juruselamat).

Agak susah memilah yang mana terpengaruh New Age mana tidak karena sifat new age adalah 'holistis' artinya menyatu tak terpisahkan (sebaliknya dari dikotomis), dan karena latihan-latihan yang berlabel 'pengembangan potensi diri' atau 'positive thinking' memang dilandasi ajaran New Age, ada yang ringan ada yang berat. Bila itu dihasilkan oleh penulis Kristen, biasanya dilakukan 'sinkretisasi' (mencampur adukkan konsep Injil dengan New Age), misalnya menjelaskan konsep-konsep new age dengan kutipan ayat-ayat yang mendukung yang ditafsirkan di luar konteksnya.

2. Kalau begitu, apakah orang-orang seperti Norman Vincent Peale, Yonggi Cho, dan Kenneth Hagin itu menyadari bahwa mereka mengajarkan New Age juga?

Dari tulisan-tulisan mereka jelas mereka tahu bahkan mengaku, namun bagi mereka ajaran itu sudah dianggap sejalan dengan ajaran Kristen jadi halal dipraktekkan. Norman Vincent Peale sendiri dalam buku-bukunya mengungkapkan ajaran New Age seperti: "Harapan manusia satu-satunya adalah menyatukan dirinya dengan suatu kekuatan yang lebih super daripada dunia materi, karena itu Tuhan adalah juga suatu "kekuatan batin" (inner spiritual power) dimana manusia tinggal menggalinya" (You Can Win, hlm. 120); Yonggi Cho mengaku dalam bukunya bahwa "Visualisasi Dimensi ke-empat itu sama dengan yang dipraktekkan oleh aliran Sokka Gakai", dan Kenneth Hagin dalam salah satu seminar Roh Kudus di tahun 1997 "memanifestasikan roh ular dengan lidahnya yang menjulur keluar dan bergoyang-goyang seperti lidah ular sambil berdesis dan diikuti hadirin."

Persekutuan Taize

3. Sekarang di kalangan Kristen banyak yang mempraktekkan 'persekutuan Taize' yang dipopulerkan di Perancis. Bagaimana mengenai persekutuan ini?

Dari literatur soal persekutuan Taize, kelihatannya tujuannya untuk memadukan ajaran Roma Katolik, Orthodox, dan Protestan, dalam suatu persekutuan ekumenis, ini dirintis Br. Roger. Ajaran RK yang dipraktekkan adalah antara lain kehidupan selibat, kehidupan biara; Ajaran Protestan dipraktekkan dalam bentuk pemahaman Alkitab yang bersifat eksposisi dan sel-group; dan ajaran Orthodox dengan mengedepankan soal Icon; dan menekankan soal kehidupan kemiskinan, meditatif namun juga pelayanan sosial yang aktip. Kelihatannya memang menarik, namun karena mencampur-adukkan tiga tradisi yang tidak semua ajarannya berpusat Kristus dan Alkitab maka kita harus mengujinya dalam terang firman Tuhan. Kepercayaan magis tentang Icon, selibat dan kehidupan biara bisa menjurus pada keyakinan kesucian diri dengan usaha baik manusia, sedangkan bentuk meditasi katolik harus dibedakan dengan 'doa Kristen', soalnya RK sendiri memiliki pusat meditasi Zen di Jepang. Doa Kristen adalah dialog dengan Allah (theosentris), dan sekalipun dalam kitab Mazmur dalam terjemahan bahasa Inggeris dijumpai istilah meditasi, selalu meditasi (yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai merenungkan) selalu dikaitkan dengan Tuhan atau firman Allah, sedangkan meditasi Zen tertuju pada penyatuan diri dengan kekuatan semesta melalui pencerahan batin (antroposentris).

4. Kalau begitu bagaimana kalau kita mempraktekkan persekutuan semacam Taize, apa manfaatnya dan apa bahayanya?

Bagi kita yang sudah diterangi Injil Kristus, sebenarnya cara terbaik adalah menggali kebenaran firman langsung dari Alkitab dan merenungkan janji Tuhan dalam doa dan persekutuan serta melakukan kehendak Allah Bapa dalam kehidupan kita. Mempraktekkan beberapa aspek pratek Taize bisa saja selama hal-hal yang tidak bertentangan dengan firman Tuhanlah yang di ikuti sedangkan tradisi yang tidak sesuai tidak perlu diikuti, manfaat yang bisa kita peroleh adalah kalau kita menjalankan kehidupan kesederhanaan (tidak perlu selibat kalau Tuhan memberi jodoh), disiplin dalam doa dan pelayanan, namun bahayanya adalah bahwa tidak semua tradisi RK, Protestan, dan Orthodox sesuai dengan 'scriptura', jadi yang terbaik adalah menghayati firman Tuhan dengan tekun dan dengan firman Tuhan sebagai filter kita mempraktekkan beberapa aspek ibadat Taize yang sesuai dengan firman itu. Sinkretisme lebih berbahaya daripada Apostasi soalnya sinkretisme itu ibarat 'kuda Troya' yang kita masukkan ke benteng pertahanan kita dan ketika kita lengah maka dari kuda itu keluar laskar musuh.

Inner Healing

5. YBA menyebut bahwa Morton Kesley & John Sanford, anak Agnes Sanford, adalah murid Carl Jung, namun dalam buku 'Sebuah Penuntun Komprehensif Kepada Pelapasan & Penyembuhan Batin' (John & Mark Sanford) disebutkan Agnes Sanford tidak ada hubungan keluarga dengan John, dan John menentang okultisme dan New Age, bagaimana?

John Sanford memang berbeda dengan John Sandford (dengan huruf 'd'). Psikologi Jung sarat kandungan mistik Zen Buddhisme dan okultisme (disertasinya 'On Occult Phenomena'), ia melakukan kegiatan spiritisme (berhubungan dengan roh orang mati/kegelapan) dan melakukan perjalanan dengan roh-roh orang mati melalui visualisasi dan imajinasi. Dalam buku Jung disebut: "Simbolisme religius dan yoga dari Hinduisme dan Buddhisme Zen, mistik alkemis Taoistis dan filsafat Konfusianisme dari Cina, akan memainkan peranan penting dalam penyelidikan psikologinya" (Memperkenalkan Psikologi Analitis, hlm.19). Morton Kesley dalam 'Dictionary of Pentecostal & Charismatic Movements' disebutkan sebagai: "meluaskan pandangan Agnostisisme melalui pengertian ahli jiwa C.G.Jung, yang teori-teorinya mengenai bawah sadar digunakan sebagai model penafsiran" (hlm.516), dan dalam bukunya ia menyebutkan bahwa "mujizat perdukunan sama dengan mujizat Ilahi" (The Christian & The Supernatural, hlm.113-123). John & Paula Sandford menulis buku terkenal 'The Transformation of the Inner
Man', dimana di dalamnya a.l. ia menulis: "Kita harus mengingat dengan hati-hati untuk melihat keseluruhan riwayat seseorang ... Kita tidak sekedar melayani orang dewasa, tetapi anak yang
hidup di hati ... Seringkali, penolakan terletak di dalam hati dan pikiran, yang berasal baik di dalam roh selagi dalam kandungan atau ketika dilahirkan." (hlm.102).

6. Dalam buku yang sama, Agnes Sanford memberikan pengantar permulaan Inner Healing dan disebutkan bahwa Agnes membenci okultisme dan penentang New Age. Ini berbeda dengan kecurigaan YBA.

Agnes Sanford ketika memasukkan ajaran 'Inner Healing' ke dalam pelayanan Kristen mendapat banyak kritik dari kalangan Kristen karena metoda yang dipakainya tidak berlandasakan ajaran Alkitab melainkan diambil dari ajaran Carl Jung yang dilandasi New Age, karena itu demi bisa diterima di kalangan gereja-gereja secara meluas ia mengaku bahwa ia menolak okultisme dan New Age, namun ajarannya tetap begitu. Konsep New Age dalam buku-bukunya dapat misalnya mengenai konsep 'tuhan' dapat dilihat dalam kutipan berikut: "daya hidup yang besar berupa radiasi energi … darimana segala sesuatunya berasal" (The Healing Gifts of the Spirit, hlm.22), dan "kita adalah bagian dari Allah … Ia ada di dalam alam dan Ia adalah alam … Tuhan adalah energi prima" (The Healing Light, hlm.146,10,34-35,30).

Menurut 'Dictionary of Pentecostal and Charismatic Movements', praktek pengajaran Agnes Sanford adalah: "menjalankan kesembuhan ilahi mengikuti hukum-hukum alam dan berfikir positif" (hlm.767). Martin Daulby, dalam bukunya menyebutkan bahwa: "Kesembuhan New Age terdiri dari apa yang dinamakan 'kesembuhan ingatan', 'kesembuhan luka-luka batin'. Ide utama dibelakangnya adalah untuk menyembuhkan pengalaman negatif masa lalu dan bukan fisik. Ide ini dikembangkan oleh Agnes Sanford dan Morton Kelsey" yang sarat dipengaruhi psikologi Jung dan Freud. Penyembuhan ini secara berat bergantung pada konsep Freud mengenai jiwa dalam dimana masa kecil sesorang menghasilkan trauma dan kekecewaan, ini harus dihadapi dan disembuhkan. Psikologi Jung juga diikuti, dimana kesembuhan New Age mengajar seseorang untuk membayangkan Yesus menemani pasien selama pengalaman traumatis masa kecil dan membayangkan hasil yang lebih baik dari situasi tersebut. Efek visualisasi ini dipercaya mendatangkan kesembuhan dalam alam bawah sadar seseorang." (Spiritual Healing, Geddes & Grosset, 1998, hlm.15).

Keselamatan

7. Saya ingin menanyakan tentang relasi antara teologi yang dipegang seseorang dengan akibatnya. Maksudnya apakah dengan berpegang pada teologi tertentu akan berpengaruh kepada keselamatannya? Apakah jika kita setuju dengan paham neo-ortodoks atau paham armenian ataupun paham universalisme (saya percaya Yesus adalah Juruselamat tapi bukan satu-satunya Juruselamat...), maka itu akan mempengaruhi keselamatan kita?

Firman Tuhan menyebutkan bahwa 'Keselamatan diperoleh karena iman kepada Yesus Kristus' (Yoh.3:16), namun juga difirmankan bahwa 'bukan setiap orang yang berseru Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan mereka yang melakukan kehendak Bapa di sorga' (Mat.7:21). Pandangan teologi tentu berpengaruh pada keselamatan, sebab pandangan teologi menunjukkan sampai dimana ia mengerti dan menghayati iman dan melakukan kehendak Allah dalam kehidupannya, namun yang menyelamatkan bukan teologi seseorang tetapi Tuhanlah yang menyelamatkan dengan anugerahNya. Seseorang yang tidak percaya bahwa Alkitab adalah firman Allah atau bahwa Yesus adalah Tuhan tentu tidak termasuk dalam janji keselamatan yang diberitakan firman itu, dan kalau ia berpendapat bahwa Yesus bukan satu-satunya juruselamat bagaimana bisa diselamatkan oleh Yesus satu-satunya penebus itu? karena Tuhan Yesuslah yang nanti akan menjadi Raja dan Hakim yang adil (Mat.25:31-46). Namun, sekalipun seseorang beriman kepada Tuhan Yesus dan melakukan kehendak Bapa, ia tidak otomatis memperoleh keselamatan, melainkan karena 'anugerah' yang diberikan oleh Allah sendiri melalui penebusan darah Yesus (Yoh.3:16;Ef.2:8-10;1Ptr.1:13-25).

8. Kalau benar, bukankah kita akan terpaku pada teologi dogmatis saja, dan tidak akan berani lagi berpikir secara teologis kritis? Soalnya bahasa teologi merupakan bahasa yang cukup dalam dan tidak bisa dibatasi oleh dogma-dogma kristen yang terbatas misalnya pengakuan Iman Rasuli ataupun dogma lainnya (Saya tidak menyatakan bahwa Pengakuan Iman Rasuli itu salah atau tidak berlaku lagi, tapi maksud saya adalah itu tidak bisa dijadikan batasan bagi teologi seseorang, soalnya rumusan itu juga bisa ditafsirkan bermacam-macam seperti Yesus turun ke dalam kerajaan maut dll).

Memang benar bahwa kita tidak boleh terpaku kepada teologia dogmatis saja, dan seperti jawaban (9), ungkapan dogmatis tidak menyelamatkan seseorang betapapun benarnya dogma yang dipercayai itu, namun seseorang yang percaya tentu akan menghasilkan ungkapan keyakinan. "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm.10:17), jadi seseorang yang ber'iman' yang dilandasi berita firman Kristus, ia akan mengungkapkan keyakinan imannya itu dalam bentuk pengakuan seperti Pengakuan Iman Rasuli yang merupakan pergumulan gereja-gereja dalam ke-esa-annya, namun perlu dicatat bahwa bukan setiap orang yang mengaku 'Pengakuan Iman Rasuli' akan selamat, melainkan mereka yang 'memperoleh anugerah Allah, beriman dan mentaati firman Allah', dan seseorang yang beriman rasanya kok tidak akan jauh menghasilkan pengakuan seperti pengakuan iman rasuli seperti yang digumuli gereja-gereja sepanjang abad tersebut (bacalah kembali 1Ptr.1:13-25).

Idul Adha

9. Mengenai Iman Abraham, siapakah yang sebenarnya di korbankan oleh Abraham sebelum korban itu diganti domba oleh Allah, Ishak atau Ismael?

Dalam Al-Kitab diceritakan bahwa Abraham adalah seorang tokoh sejarah dalam Perjanjian Lama yang dikenal sebagai 'Bapa Orang Beriman'. Julukan ini diberikan kepadanya karena di tengah-tengah penyembahan berhala pada zamannya, ia menekankan 'Iman kepada Allah yang monotheistis', dan keyakinannya ini teruji melalui penantian kelahiran anak kandungnya Ishak yang dilahirkan secara mujizat dan kesediaannya untuk mengorbankan Ishak sebagai korban bakaran ketika diminta Allah.

Tuhanlah yang semula menjanjikan keturunan perjanjian kepada Abraham dengan isterinya Sara (Kej.12:7;15). Semula Abraham percaya, dan kepercayaan tentang janji keturunan perjanjian inilah yang dianggap sebagai 'Iman Abraham yang benar' (ayat-6), keturunan perjanjian yang akan dikandung isteri Abraham yaitu Sara (pada waktu janji itu diberikan, hanya Sara-lah isteri Abraham). Namun, karena sudah tua keduanya kemudian ragu-ragu akan janji Allah sehingga Sara kemudian mengambil Hagar sebagai pengganti pemberi keturunan dan disetujui Abraham (Kej.16) dan lahirlah Ismael (ayat-11).

Abraham karena sudah putus harap karena ketuaan umurnya kemudian mengharapkan agar Ismaellah yang diperkenan oleh Allah, namun Allah tetap dalam perjanjiannya semula yang menentukan Ishaklah yang akan dilahirkan oleh Sara sebagai keturunan waris perjanjian (Kej.17:18-21), dan Allah mengulangi janjinya memberi Abraham seorang anak laki-laki (Kej.18), ini ditanggapi Sara dengan tertawa (ayat-12). Janji Allah ditepati dengan Sara kemudian hamil dan melahirkan anak kandung Ishak dan karena timbul pertentangan maka akhirnya Abraham mengusir Hagar dan Ismael (Kej.21).

Setelah Ismael diusir maka sekarang anak kandung Sara dengan Abraham tinggal satu yaitu Ishak, anak tunggal keduanya, dan karena tinggal satu itulah maka Allah ingin menguji sekali lagi iman Abraham dengan permintaan agar Abraham mengorbankan Ishak, anak kandungnya, sebagai korban bakaran ke tanah Moria, dan anak tunggal yang keturunannya telah dijanjikan sebagai keturunan waris perjanjian, dan ternyata Abraham lulus sebagai 'Bapa Orang Beriman' (Kej.22).

Dalam Perjanjian Baru kita melihat bahwa Ishaklah yang dikorbankan (Ibr.11:11-12,17-19;Yak.2:21). Janji Allah diberikan kepada keturunan waris perjanjian yaitu Ishak (Kej.17:21;Kis.3:25) dan melalui jalur keturunan Ishak inilah akan lahir Yesus Kristus (Gal.3:16). Jadi, jelaslah bahwa Alkitab PL dan PB menunjuk kepada 'Ishak' sebagai yang akan dikorbankan oleh Abraham sebagai korban bakaran di atas mezbah sebagai ujian Allah, karena ialah anak kandung yang tunggal dari Abraham dan Sara yang menjadi keturunan waris perjanjian Allah.

10. Tetapi, mengapa dalam Al-Quran disebutkan bahwa Ismaellah yang dikorbankan oleh Abraham karena dialah anak sulung, dan sekarang diperingati dalam upacara Idul Adha?

Dalam Al-Quran memang ada berita mengenai korban yang diberikan oleh Musa, yaitu dalam Qs.37:99-113 (Surat Asshaffat), namun dalam ayat-ayat itu tidak disebutkan nama 'Ismael'. Dalam Tafsir Quran Karim ayat-101, disebutkan tentang 'anak yang penyantun' yang secara implisit adalah identik dengan 'Ishak' (ayat-112) karena konteks ayat-ayat itu berbicara mengenai dua orang tokoh yaitu 'Ibrahim dan Ishak'. Jadi, sebenarnya secara implisit tersebut bahwa pengorbanan itu berbicara mengenai pengorbanan Ishak. Bila yang dimaksudkan adalah 'Ismael' tentu akan disebut secara eksplisit mengingat Ismael adalah salah satu tokoh sentral dalam Islam.

Tradisi kurban sudah ada sebelum Islam yang dipraktekkan oleh penganut agama Yahudi dan juga dilakukan para penyembah berhala di Mekah di depan Kaabah. Tradisi ini kemudian dilanjutkan dengan kenangan mengenai arti pengorbanan iman, namun dalam perkembangan tradisi, kemudian diberikan penafsiran atas 'anak yang penyantun' itu sebagai 'anak sulung' (ayat-101) yang kemudian disusul 'anak bungsu Ishak' (ayat-112). Pertimbangan ini didasarkan pengertian bahwa anak sulunglah yang berhak menerima waris dan sudah jelas Islam dianut oleh orang Arab yang adalah keturunan Ismael.

Kelihatannya pemberian tafsiran tentang Ismael ini merupakan perkembangan teologia Islam. Dalam Tafsir Quran Karim disebutkan bahwa Ibrahim diberkati bersama Ishaq (ayat-113), namun ayat yang sama dalam buku 'Islam Menjawab' (Abdullah Wasi'an) disebutkan bahwa yang diberkati diberi penjelasan 'Ismael dan Ishak' (hlm.127), demikian juga dalam Tafsir Quran Karim disebutkan dalam ayat-101 bahwa Ibrahim digembirakan dengan seorang 'anak yang penyantun', dalam ayat-112 disebutkan digembirakan dengan 'Ishaq', ini mencerminkan bahwa ayat-112 menjelaskan anak dalam ayat-101, namun dalam buku 'Islam Menjawab' (Abdullah Wasi'an) ada diberikan sisipan pada kedua ayat itu dengan tafsiran 'kelahiran' (hlm.124,127), seakan-akan ada dua 'kelahiran', yang pertama 'kelahiran' Ismael (ayat-101) dan kedua 'kelahiran' Ishak (ayat-112).

Memang dalam tradisi semitik termasuk Israel dan Arab, hak waris keturunan biasa diberikan kepada 'anak sulung', ini bisa diartikan Ismaellah anak sulung Abraham, namun kalau dimengerti dari pengertian 'waris perjanjian' dari Allah Israel, tentu Ishaklah yang dimaksudkan, lagipula dalam pengertian Israel, anak dari isteri sahlah yang disebut keturunan waris, dalam hal ini tepatlah kata-kata yang menyebut bahwa 'Ishak' adalah 'anak tunggal' (bukan disebut anak sulung atau bungsu, band.Kej.21:12;22:12).

Dalam Perjanjian Lama sekalipun anak sulung penting sebagai 'waris keturunan', kalau soal 'waris perjanjian,' pilihan Allah sering berbeda dengan tradisi manusia. Kita melihat bukan 'Kain', anak Adam yang sulung, yang dibenarkan Allah tetapi 'Habel' adiknya (Kej.4), bukan 'Esau', anak Ishak yang sulung, yang diberkati tetapi 'Yakub' adiknya (Kej.27), dari keturunan Yakub, bukan Ruben, anak sulung Yakub, yang diperkenan Allah tetapi Yusuf adiknya (Kej.45), bukan Manasye, anak sulung Yusuf, yang diberkati oleh Yakub tetapi Efraim adiknya (Kej.48). adi adalah hak Allah untuk memilih 'Ishak' yang lebih muda dari Ismael yang sulung secara keturunan darah, apalagi Ishak adalah anak tunggal Abraham dan isterinya Sara.

Mengenai 'waris perjanjian' adalah hak Allah untuk menentukan. Umat Israel mengimani 'Allah Abraham, Ishak dan Yakub' (Kej.12:1-2;17:1;26:2-4;28:13-14;Kel.3:15) dan iman Kristen mengimani 'Allah Abraham, Ishak, Yakub, yang digenapi dalam Kristus' (Kis.3:13;Gal.3:16). Jadi jelaslah bahwa 'Iman Abraham Diuji' dengan tantangan untuk mengorbankan 'Ishak' anak kandung dan tunggal Abraham dan Sara.

"Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji. … Dan kamu, saudara-saudara, kamu sama seperti Ishak adalah anak-anak janji. … anak hamba perempuan itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak perempuan merdeka itu" (Gal.4:21-31).

Amin!

Salam kasih dari Herlianto/YBA
.


Catatan
:
Menyambut banyaknya sambutan akan forum diskusi/tanya-jawab YBA tentang masalah teologia maupun umum, sejak Januari 1999 terbuka forum diskusi yang dapat diikuti oleh setiap netter. Dari sekian banyak pertanyaan/tanggapan yang masuk, setiap bulan akan dipilih beberapa pertanyaan/tanggapan yang dianggap penting untuk dirilis secara berselang-seling dengan renungan bulan yang sama. Identitas para netter akan ditulis dengan singkatan tiga huruf disusul dengan kota dimana ia berdomisili. Setiap topik diskusi dapat ditanggapi lagi bila belum terasa cukup. Pertanyaan/tanggapan dikirimkan ke alamat YBA


Form untuk mengirim pertanyaan