Ruang Tanya Jawab - Maret  2001 

Form untuk mengirim pertanyaan


'El' abraham = allah ?

Seri artikel berjudul 'Fatwa Mati', 'Allah Islam = Allah Kristen?', dan 'Allah Bangsa Arab', yang dikirimkan ke belasan milis pada bulan Maret 2001 (lihat Artikel dalam www.yabina.org) mendapat banyak sambutan, dan diantaranya beberapa pertanyaan/sanggahan diajukan, yang dapat dikelompokkan dalam bentuk tanya jawab berikut:

1. Dalam hubungan dengan nama 'Allah' yang berasal dari 'El/Elohim', menurut saya 'El/Elohim' adalah sebutan/gelar dan berarti jamak, jadi bukan nama diri. Padahal Islam menyebut 'Allah' adalah nama diri tunggal yang definitif.

Perlu disadari bahwa sekalipun dalam PL 'El/Elohim' digunakan dalam pengertian sebutan/gelar/jabatan (generic appelative), namun 'El/Elohim' juga digunakan sebagai nama diri (proper name), bahkan 'El' sebagai nama diri tunggal yang digunakan dalam PL sebelum Musa mendengar nama Yahweh (Kel.6:1-2), sering disejajarkan dengan nama diri tunggal Yahweh dan dipakai bersama-sama sesudahnya. Beberapa ayat yang menunjukkan hal itu, a.l.:

"Akulah El yang di Betel itu." (Kej.31:13).

"Elohim Israel ialah El." (Kej.33:20).

"Aku, Yahweh, Elohimmu, adalah El yang cemburu" (Ul.5:9)

"Elohim berfirman kepada Yakub: "Bersiaplah, pergilah ke Beth-El, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi El, yang telah menampakkan diri kepadamu" (Kej.35:1,3)

"Akulah El, Elohim ayahmu." (Kej.46:3)

"Lalu berserulah Musa kepada Yahweh: "Ya El, sembuhkanlah kiranya dia." (Bil.12:13)

"Jadi dengan siapa kamu samakan El, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia? (Yes.40:18)

"Sebelum Aku tidak ada El dibentuk, dan sesudah Aku tidak ada lagi. Aku, Akulah Yahweh dan tidak ada juruselamat selain daripadaKu. … Akulah El." (Yes.43:10-12)

"Hanya di tengah-tengahmu ada El, dan tidak ada yang lain; di samping Dia tidak ada Elohim." (Yes.45:14).

Contoh lain dimana 'El' sebagai nama diri disamakan dengan 'Yahweh' sebagai nama diri dapat dilihat pada ayat-ayat berikut: (MT = teks Masoret bahasa Ibrani)

"Allah Israel adalah Allah [MT:El Elohe Israel]" (Kej.33:20)

"Akulah Allah [MT:El], Allah [MT:Elohe] ayahmu" (Kej.46:3)

"Akulah Allah [MT:El] Yang Mahakuasa [MT:Shadday]" (Kej.17:1;band.Kel.6:2)

Bandingkan ayat-ayat tersebut dengan:

"TUHAN [MT:Yahweh], Allah [MT:Elohe] Israel" (Kel.32:27)

"TUHAN [MT:Yahweh], Allah [MT:Elohe] Israel" (Yos.8:30)

Contoh ayat-ayat tersebut menunjukkan bahwa anggapan bahwa nama 'El/Elohim/Eloah' adalah 'sebutan atau gelar' dan hanya nama 'Yahweh' merupakan nama diri jelas tidak tepat sebab terbukti bahwa baik El/Elohim/Eloah bisa juga berarti nama diri, dan 'Elohim'lah yang paling banyak dipakai sebagai nama gelar/sebutan/panggilan dalam arti tunggal maupun dalam arti jamak, dan khususnya nama 'El' dapat dikatakan sebagai sederajat dengan nama 'Yahweh.'

"Penggunaan 'El' sebagai 'nama diri' Tuhan Israel dan 'sebutan/panggilan/gelar umum' bersama-sama lebih banyak terjadi pada saat awal sejarah Israel dan pada masa sesudah pembuangan ... . Tahun-tahun menjelang pembangunan Bait Allah pertama, 'Yahweh' menggantikan 'El' sebagai 'nama diri' dan 'elohim' menggantikan 'el' sebagai nama sebutan/panggilan/gelar. … sesudah pembuangan di Babil penggunaan El sebagai nama diri meningkat kembali." (Johanes Botterwech, Theological Dictionary of the Old Testament, h.258-261)

El lebih banyak digunakan dalam pengertian nama diri tunggal sedangkan Elohim lebih banyak digunakan dalam pengertian sebutan dan jamak.

2. Bila Allah Islam = Allah Kristen, mengapa kita keberatan kalau pindah dari agama Kristen ke agama Islam? Mengapa umat Islam marah besar jika umatnya pindah ke agama Kristen?

Allah Islam sama dengan Allah Kristen dalam pengertian menunjuk pada nama oknum 'El' Abraham, namun keduanya berbeda dalam konsep ajaran/aqidah soal yang dianggap wahyu/perjanjian Allah (lihat juga butir-7). Lebih dari agama Yahudi yang mempercayai wahyu Allah dalam PL, maka agama Kristen mempercayai wahyu PL yang telah digenapi dalam PB dengan 'penebusan keselamatan Tuhan Yesus Kristus.' Maka bila kita telah memperoleh anugerah demikian besar mengapa kita beralih agama lain? Umat Islam marah besar kalau umatnya pindah ke agama Kristen karena dalam anggapan mereka umat Kristen menyekutukan Tuhan dengan ajaran Trinitasnya. Yang perlu dilakukan umat Kristen bukanlah mengajak umat Islam menjadi anggota gereja Kristen, tetapi bersaksi kepada umat Islam bahwa sekalipun kita menyembah oknum Allah yang sama, namun jalan, kebenaran dan hidup hanya dianugerahkan melalui Tuhan Yesus Kristus.

3. Bila Allah Islam = Allah Kristen, mengapa ajaran tentang Allah dalam Al-Quran berbeda dengan dalam Al-Kitab?

Memang berbeda karena soal kesamaan oknum Allah yang disembah tidak optomatis menghasilkan konsep ajaran/aqidah yang sama. Umat Yahudi tidak menerima PB jadi konsep ajaran/aqidahnya juga ada bedanya dengan Kristen demikian juga, agama Islam sekalipun menerima wahyu-wahyu PL & PB namun mereka tidak mempercayai selain yang dipercayai Al-Quran, karena dianggap kitab-kitab Wahyu PL & PB telah dipalsukan, dan mempercayai Al-Quran sebagai wahyu Allah yang diterima Muhammad. Ini tidak dipercaya oleh umat Yahudi & Kristen. (lihat juga butir-7).

4. Bila Allah islam = Allah Kristen, bukankah penebusan Yesus di atas kayu salib akan sia-sia mengingat bahwa dalam Al-Quran disebutkan ia tidak disalib melainkan digantikan oleh Yudas?

Tidak juga, sebab yang sama adalah keduanya menunjuk kepada 'El' Semitik/Abraham yang sama, namun agama Yahudi memperoleh kejelasan soal wahyu Perjanjian Lama itu melalui Abraham, Ishak & Yakub, dan umat Kristen mempercayai kegenapannya dalam Perjanjian Baru dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Jadi yang harus dipercayai adalah konsep ajaran aqidah yang percaya PL + PB dan bukan yang tidak mempercayai wahyu PL + PB.

"Memang tidak dapat disangkal adanya suatu masalah. Namun yang menjadi masalah ialah soal dogmatika atau 'aqida, sebab tiga agama surgawi itu mempunyai faham dogmatis yang berbeda mengenai Allah yang sama, baik hakekatnya maupun pula mengenai cara penyataannya dan tindakan-tindakannya." (Olaf Scumann, Keluar dari Benteng Pertahanan, Grasindo, 1996, hlm.177).

5. Pada waktu Muhammad menerima wahyu bangsa Arab berada pada masa jahiliah yang menyembah 'Allah' berhala. Bukankah itu berarti bahwa bangsa Arab waktu itu tidak memelihara monotheisme 'El' Abraham? Dan, bukankah itu juga menunjukkan bahwa 'Allah' bangsa Arab belum tentu 'El' Abraham?

Perlu disadari fakta sejarah bahwa sekalipun pada masa pra-Islam ada masa jahiliah dimana banyak orang bangsa Arab terpengaruh kepercayaan berhala kafir yang diantaranya disebut juga dengan nama 'allah', pada saat itu banyak juga orang Arab yang mengikuti agama kaum 'Hanif' yang tetap menyembah 'Allah' Ibrahim sehingga mereka menyebut El Abraham sebagai Allah dalam dialek Arab. Di antara yang tinggal di Arab ada juga banyak orang penganut agama Yahudi (terutama di Medinah) dan Nasrani, dan banyak juga orang bangsa Arab yang sudah percaya akan 'Allah Taurat PL' dan 'Allah Injil PL+PB' (Kis.2:11). Itulah sebabnya sejak awalnya orang Arab Yahudi & Kristen menggunakan nama 'Allah' juga dalam ibadat mereka dan dalam naskah Alkitab dalam bahasa Arab. Jadi, tidak perlu diragukan bahwa memang 'Allah' bangsa Arab adalah 'El' Abraham.

6. Bukankah agama itu produk pergumulan manusia akan sesuatu kekuatan di luar manusia, jadi Allah juga merupakan produk pergumulan manusia yang dipercayai secara kolektif dan berbeda-beda dalam setiap agama? Bukankah menurut pendapat sejarah agama-agama, ada satu kepercayaan tunggal menuju 'Yang SATU' ini, apakah disebut Allah atau Tuhan, ini kemudian melahirkan jalan-jalan yang partikular dalam bentuk agama-agama di dunia ini?

Teori 'evolusi agama' mempercayai hal itu dan menganggap bahwa semula manusia memiliki kepercayaan yang animistis lalu berkembang ke arah politheis dan kemudian monotheis. Namun banyak yang tidak menyetujui teori ini karena proses sebaliknya sering terjadi. Memang ada agama-agama yang disebut 'agama alami' (natural religion) yang bermuasal dari pergumulan manusia, namun ada juga yang disebut 'agama wahyuni' (revelational religion) yaitu yang mendasarkan diri pada wahyu Allah, ini terlihat jelas dalam ketiga agama Samawi/Semitik yaitu Yahudi, Kristen & Islam.

Jadi, kalau kita menyebut 'Allah yang Esa', ini sebatas menunjuk pada Allah Semitik dan Abrahamik saja, dan tidak menunjuk pada 'ilah-ilah' lain. Soalnya tentu Yahweh atau Allah yang Mahakuasa (El Shadday) tidak dapat disamakan dengan ilah dalam bentuk 'monisme' (kekuatan semesta dimana manusia adalah sehakekat dengannya), 'non-theisme' (sebab Yahweh sebelumnya menyatakan dirinya sebagai 'AKU ADALAH AKU'), dan 'demonisme' (sebab Yahweh memeranginya).

7. Ada pepatah yang mengatakan bahwa 'Semua Jalan Menuju Roma'. Bukankah ini berarti bahwa memang pada dasarnya semua agama menuju Tuhan 'Yang SATU' itu sekalipun jalannya berbeda-beda?

'Semua jalan Menuju Roma' tentu maksudnya bukan bahwa jalan 'Jagorawi' di Jawa atau 'Trans Sumatra' semuanya menuju kota Roma. Pepatah di atas timbul ketika pada saat kerajaan Romawi menguasai kawasan sekitar Laut Tengah, pemerintah Romawi membuat jalan-jalan raya (Via Romana. Dalam bahasa Romawi, 'via' artinya 'jalan') yang menghubungkan ibukota Roma dengan negara-negara jajahan untuk mempercepat pengiriman pasukan dan logistik. Dari situasi banyaknya jalan-jalan yang bisa menuju kota Roma inilah maka timbul pepatah di atas, namun itu tentu tidak berarti bahwa SEMUA jalan akan menuju ke Roma, karena ada jalan-jalan di lokasi terisolir yang tidak berhubungan dengan jalan raya, ada jalan yang semula berhubungan namun karena longsor, banjir atau gempa bumi, kemudian terputus, dan jalan-jalan di pulau Sisilia, Malta, Kreta, Patmos atau Siprus tentu tidak menuju ke kota Roma kecuali harus disambung dengan kapal atau jembatan. Namun secara terbatas, pepatah di atas baik juga untuk dijadikan ilustrasi kesamaan nama 'Allah Islam' dengan 'Allah Kristen.'

Semisal secara terbatas kota Roma kita ibaratkan oknum 'El/Allah'. Dibangunlah jalan raya keluar yang dinamakan 'Via Patriakh' yang bersambung-sambung (Adam, Nuh, Sem, Eber dst.) dan ada jalan-jalan samping yang keluar dari situ, antara lain 'via Aram' dan 'via Yoktan'. Jalan raya 'Via Patriakh' itu kemudian disambung dengan 'Via Abraham' dan jalan inilah yang dipelihara dan dibuat hot-mix sedangkan lainnya tidak terurus sehingga terputus karena rusak, kena longsor, banjir, atau terbelah karena gempa, namun sekalipun terputus orang-orang disekitar jalan samping itu masih ingat bahwa jalan itu dulunya menuju kota Roma. Via Abraham kemudian bercabang menjadi 'Via Ishak' dan 'Via Ismael', dan penguasa Roma (dhi.'El/Allah') hanya berjanji memelihara 'Via Ishak', dan 'Via Ismael' tidak dipelihara, akibatnya lama kelamaan jalan ini terputus (menurut Alkitab) karena tidak ada otorisasi dari Roma untuk perbaikan yang rusak terkena banjir, gempa, atau longsor. Nah, penguasa Roma memperpanjang 'Via Ishak' dengan pembangunan baru 'Via Yakub' sampai 'Via Musa' dan 'Via Para Nabi'. Namun, kemudian wahyu otoritas itu terputus sejak 'Via Maleakhi' karena ada jurang yang dalam, sehingga generasi berikutnya yang tinggal di seberang sungai itu yang menggambarkan generasi masakini hanya dapat meraba-raba jalan yang akan ke Roma.

Akhirnya Penguasa Roma membangun jembatan 'Via Dolorosa' untuk menghubungkan kedua sisi jurang yang dalam itu agar dari seberang jurang itu dapat pergi ke Roma (menurut Alkitab).

"Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firmanNya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepadaNya jauh lebih indah dari pada nama mereka." (Ibr.1:1-4).

Di jazirah Arab kemudian ada usaha pembangunan jalan raya lokal menyambung 'Via Ismael' yang selama ini diperpanjang dengan 'Via Hanif' dan kemudian dibangun 'Via Muhammad' dan penduduk disekitar itu tetap menganggap bahwa jalan itu juga menuju kota Roma tanpa terputus dan 'Via Muhammad' itu dipercayai sebagai dibangun dengan otorisasi Roma (menurut Al-Quran).

Dari gambaran ini jelas bahwa kota Roma menurut konsep baik 'Via PL', 'Via PB' maupun 'Via Al-Quran' memang menyebut 'Roma' yang sama, sekalipun juga ada bedanya seperti yang satu mungkin menganggap masih berdasar ingatan nenek moyang tentang nostalgia Roma 'tempo doeloe' dalam keadaannya yang masih sederhana dengan Colloseumnya, sedang yang lain sudah melihatnya yang terkini penuh dengan pencakar langit. Namun (menurut Alkitab PB) pergi ke Roma hanya bisa sampai bila kita menyeberangi jembatan 'Via Dolorosa', sedangkan kalau hanya mengikuti 'Via PL' tidak sampai karena ada jurang dalam. Demikian juga 'Via Muhammad, Hanif dan Ismael' tidak bisa menuju Roma karena jalannya yang terputus (menurut Alkitab). Jadi mereka yang sudah tahu ada jembatan 'Via Dolorosa' hendaknya bersaksi mengenai adanya jalan itu agar seseorang bisa sampai kepada kebenaran dan hidup di kota Roma.

Kesamaan Roma dalam ketiga agama Samawi hanya bisa dicapai melalui jalan lewat jembatan 'Via Dolorosa' (menurut Alkitab), maka tentu saja lewat jalan-jalan 'Tembok Besar' di Cina yang panjangnya 2400 Km itu atau 'Kyber Pash' di India lebih tidak akan sampai ke Roma, maka kita perlu menjadi penunjuk jalan menuju jalan, kebenaran dan hidup itu.

Amin!

Salam kasih dari Herlianto/YBA.



Catatan
:
Menyambut banyaknya sambutan akan forum diskusi/tanya-jawab YBA tentang masalah teologia maupun umum, sejak Januari 1999 terbuka forum diskusi yang dapat diikuti oleh setiap netter. Dari sekian banyak pertanyaan/tanggapan yang masuk, setiap bulan akan dipilih beberapa pertanyaan/tanggapan yang dianggap penting untuk dirilis secara berselang-seling dengan renungan bulan yang sama. Identitas para netter akan ditulis dengan singkatan tiga huruf disusul dengan kota dimana ia berdomisili. Setiap topik diskusi dapat ditanggapi lagi bila belum terasa cukup. Pertanyaan/tanggapan dikirimkan ke alamat YBA


Form untuk mengirim pertanyaan