Ruang Tanya Jawab - Januari 2004
Form untuk mengirim pertanyaan
PEMILU 2004
Pemilu 2004 dalam tiga tahap (April, Juli dan September) sudah diambang pintu dan sehubungan dengan itu banyak yang mempertanyakan beberapa hal sekitar Pemilu tersebut:
(Tanya-1) GOLPUT. Melihat komposisi parpol dan caleg peserta Pemilu 2004, saya sendiri pesimis akan menghasilkan perbaikan, karena itu daripada salah memilih, apakah tidak sebaiknya kita tidak memilih alias Golput?
(Jawab-1) PERTAMA-TAMA, perlu disadari bahwa sekalipun banyak partai dan politisi busuk meramaikan Pemilu 2004, tidak semua parpol dan caleg busuk. Pernah nabi Elia berseru kepada Tuhan: “Tuhan, nabi-nabi-Mu telah mereka bunuh, mezbah-mezbah-Mu telah mereka runtuhkan, hanya aku sendirilah yang masih hidup dan mereka ingin mencabut nyawaku.” Tetapi bagaimanakah firman Allah kepadanya? “Aku masih meninggalkan tujuh ribu orang bagi-Ku, yang tidak pernah sujud menyembah Baal.” (Rom.11:3-4). Sejahat-jahatnya Firaun di situ ada Yusuf, dan sebebal-bebalnya Babel disitu ada Daniel dkk, demikian juga selain Elia masih ada 7000 orang yang tidak menyembah Baal. Demikian juga didunia perpolitikan di Indonesia, di antara Parpol dan Politisi tentu juga masih ada yang beretikad baik. Dengan menjadi Golput berarti kita membiarkan yang mayoritas yang busuk menguasai politik tanpa peran serta yang minoritas yang masih beretikad baik. Karena itu jadilah ‘Golsad’ (golongan sadar) dengan cara meneliti mana parpol yang paling sedikit bergelimang dosa dan para caleg yang lebih bersih, dengan demikian kita ikut bertanggung jawab sebagai warganegara surga maupun warganegara dunia.
(T-2) KRISTEN & POLITIK. Melihat lika-liku dunia politik yang kotor, bolehkah seorang Kristen berpolitik?
(J-2) DUNIA POLITIK adalah dunia netral seperti halnya dunia pendidikan dan bisnis, yang menjadikannya kotor atau tidak adalah ‘orang-orang’ yang berada di belakangnya. Rasul Paulus dalam Roma pasal 13 (1-7) tidak mengharamkan pemerintah yang tentunya termasuk politik, karena disitu disebutkan bahwa ‘pemerintah berasal dan ditetapkan Allah’ (ay.1), ‘Pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikan bersama’ (ay.4) dan ‘Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat’ (ay.4). Berhubung dengan itu setiap orang Kristen wajib ikut serta dalam dunia politik, baik secara aktif. Namun, dari keduanya, peran umat Kristen harus jelas, yaitu ikut berusaha agar: (1) Pemerintah menjadi hamba Allah untuk kebaikan bersama; dan (2) Pemerintah menjadi hamba Allah yang membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Memang cara efektif untuk ikut dalam usaha ini adalah menjadi politikus namun tidak semua diberi talenta dan karunia dalam hal ini apalagi diperlukan iman yang teguh agar umat Kristen tidak terperosok ke dalam kancah politik praktis yang umumnya kotor, tetapi setidaknya umat Kristen dapat ikut berpolitik secara aktif dengan memilih parpol dan politisi yang sebaik mungkin.
(T-3) KRITERIA PEMIMPIN. Pemimpin pemerintahan yang bagaimanakah yang sebaiknya kita pilih yang dikehendaki Tuhan?
(J-3) TUHAN kepada Musa memberikan rambu-rambu mengenai pemimpin yang baik, yaitu berdasarkan kriteria: (1) Cakap; (2) Takut akan Tuhan; (3) Dapat dipercaya; dan (4) Benci Kepada Pengajaran Suap (Kel.17:21). Seorang pemimpin haruslah cakap memimpin dan berpengalaman dalam organisasi. Jangan memilih hanya karena seseorang keturunan orang penting, berpendidikan tinggi, atau ulama/pendeta, tetapi karena kecakapannya. Pemimpin harus takut akan Tuhan sebab hal ini akan menjadi rem untuk membatasi perilaku politiknya agar tidak mendukakan Tuhan, demikian juga pemimpin yang perlu kita pilih adalah mereka yang dapat dipercaya, yang berbicara “Ya di atas ya” yang tidak mengumbar janji kampanye dan melanggarnya setelah menang. Terakhir, pemimpin perlu benci kepada pengajaran suap, alias tidak ber-KKN. Tidak mudah memilih pemimpin yang memenuhi keempat kriteria di atas, namun setidaknya kita memilih pemimpin yang paling mendekati kriteria di atas.
(T-4) TAKUT AKAN TUHAN. Apakah takut akan Tuhan berarti kita harus memilih mereka yang takut akan TUHAN Kristen atau dengan kata lain ‘seorang Kristen’?
(J-4) DALAM konteks di kitab Keluaran, memang yang dimaksudkan adalah TUHAN bangsa Israel, namun itu tidak berarti harus seorang penganut agama Yahudi atau dalam konteks Perjanjian Baru ‘seorang Kristen.’ Paman moyang Musa yang bernama Yusuf mengabdi raja Firaun yang tidak beriman kepada TUHAN Yahweh, namun ia takut kepada TUHAN Yahweh. Firaun berkata: “Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah” (Kej.41:37-41). Daniel mengabdi kepada raja Nebukadnezar yang takut akan TUHAN Israel karena dikatakan kerajaannya diberikan oleh Allah (Dan.2:36) dan Nebukadnezar mengakui bahwa ‘Allah Israel lebih besar dari segala Allah’ (Dan.2:46-47). Namun dibalik itu ketika Firaun dan Nebukadnezar tidak lagi takut akan TUHAN Israel, mereka dihukum. Dalam konteks sekarang di Indonesia, seorang pemimpin yang perlu kita pilih adalah pemimpin yang takut akan Allah Alkitab, dan sekalipun ia tidak beriman kepada-Nya setidaknya ia haruslah orang yang tidak membenci Allah Kristen dan menghormati Allah Kristen dan umatnya di Indonesia.
(T-5) PARTAI KRISTEN. Apakah kita tidak lebih baik memilih partai Kristen saja semacam Partai Damai Sejahtera (PDS)?
(J-5) PARTAI yang kita pilih tidak harus Partai Kristen yang menggunakan simbol-simbol Kristen seperti salib dan roh kudus. Sejarah partai Kristen di Eropah menunjukkan bahwa pada umumnya partai-partai (termasuk yang Kristen) menjalankan politik duniawi, dan ada kalanya parpol dan politisi Kristen lebih tidak baik dari politisi dan parpol non-Kristen. Politisi Parkindo yang kemudian masuk ke parpol-parpol non-Kristen tidak semuanya menunjukkan kualitas kristiani yang baik bahkan ada yang lebih jelek dari yang non-Kristen. Yang penting adalah mereka ‘cakap, takut akan Tuhan, dapat dipercaya, dan benci kepada pengajaran suap,’ apakah mereka itu berada di partai non-Kristen atau partai Kristen. Jadi, jangan dilihat kulitnya (yang tersurat) tetapi hakekatnya (yang tersirat). Bargain politik selalu terjadi dalam dunia politik, demikian juga PDS sejak terpilih sebagai kontestan tidak bebas dari intrik-intrik politik yang mengejar kekuasaan dan uang, dimana ada kesepakatan dengan beberapa parpol yang tidak lolos pemilu untuk menyatukan massa, demikian juga tidak kurang para konglomerat yang sarat KKN juga ikut menyusup dan pada gilirannya ikut memberi ragi bagi partai tersebut. Sekaranglah saatnya bagi umat Kristen untuk ikut bertanggung jawab dalam membangun pemerintahan yang bersih. Jadilah politikus yang baik dan masuklah ke parpol-parpol yang ‘takut akan Allah Tritunggal,’ atau jadilah pemilih yang baik yang memilih para pemimpin pemerintahan yang sesuai dengan kehendak Allah.
Kiranya rambu-rambu di atas menjadi pedoman bagi umat Kristen dalam nenentukan sikap menghadapi Pemilu 2004, dan marilah kita mendoakan parpol dan politisi yang akan dipilih.
Salam kasih dari Herlianto/YABINA ministry