Ruang Tanya Jawab - Mei 2004 

Form untuk mengirim pertanyaan


FILM-FILM TENTANG YESUS
 

Beberapa pertanyaan masuk belakangan ini berkenaan dengan ceramah dan terbitnya MSA-75 berjudul ‘Film-Film Tentang Yesus.’ Berikut diskusinya:

(Tanya-1) NONTON ‘THE PASSION’ DI GEREJA.
Di gereja saya baru diputar film ‘The Passion’ dan pendetanya menjelaskan bahwa memang film ini berasal dari tradisi Roma Katolik, jadi ketika kita melihatnya kita harus tahu mana yang sesuai firman Tuhan dan mana yang berasal dari tradisi ‘misa jalan salib’ gereja Roma Katolik. Bagaimana?

(Jawab-1) FILM ‘The Passion’ memang berasal dari visiun Biarawati Roma Katolik yang dibukukan, yaitu Maria Agreda (Spanyol, 1602-65), dan terutama buku Anne Catherine Emmerich (Perancis, 1774-1824) ‘The Dolorous Passion of Our Lord Jesus.’ Namun perlu disadari bahwa film itu banyak mengandung hal-hal yang bersifat non-biblical seperti penampakkan Iblis di Getsemane (Dalam Alkitab yang menampakkan diri adalah Malaekat) dan pada waktu Yudas dilempari batu oleh anak-anak diawasi Iblis (Alkitab tidak menceritakan ini). Demikian juga film ini mayoritas menyuguhkan sadisme dan Yesus yang bangkit hanya ditampakkan selama 30 detik dari film yang berdurasi 2 jam! Yesus sebelum dihadapkan pada pengadilan resmi  sudah dibuat babak belur berdarah-darah dengan mata kanannya bengkak, kebrutalan sudah ada di taman Getsemane (Alkitab mencatat, kecuali insiden pemotongan telinga oleh murid Yesus, Yesus menenangkan massa Yahudi), demikian juga anak-anak dengan mata kesetanan melempari Yudas dengan batu. Ketika melalui jalan salib Yesus dibuat berjatuhan dicambuki dan ketika dipakukan di atas kayu salib kemudian kayu salib dibalik dan dibalikkan kembali dengan melemparkan begitu saja ke tanah, dan satu penjahat matanya dipatok burung (Alkitab tidak mencatat ini). Sekalipun dalam Alkitab disebutkan beberapa penderitaan Yesus, kesadisan dalam film ini dibuat berlebihan dan sensasional sehingga film ini lebih tepat disebut sebagai ‘saksi dusta.’ Kalau memang ada salib di bolak-balik dengan Yesus terpaku disitu, tentu peristiwa dramatis ini tidak akan luput dari pengamatan penulis Alkitab sebagai saksi mata sehingga mereka tentu akan melaporkan dalam Injil mereka. Gereja adalah agen pemberitaan ‘kabar sukacita tentang yesus’ sebagai firman Tuhan dan bukan pemberitaan sensasi dan saksi dusta karangan manusia.

(T-2) BUDAYA ZAMAN SADISME.
Kalau melihat mengapa film ‘Jesus Christ Superstar’ yang dibuat tahun 1973 laris waktu itu, bukankah itu disebabkan karena masa itu memang adegan film menggambarkan budaya zaman itu (1970-an) yang diisi kebebasan sex dan narkoba, karena itu tentunya larisnya film ‘The Passion’ (2003) bisa juga dilihat isinya yang sadis sesuai dengan budaya zaman sekarang ini yang memang sangat menonjolkan sadisme?

(J-2) MUNGKIN saja ada hubungan erat antara kehausan pasar dan penciptaan nuansa film. Namun yang jelas, memang Mel Gibson, sutradara dan pembuat film itu, pada dirinya berjiwa sadis. Ia terkenal sebagai pembuat/pemain film-film sadis seperti Lethal Weapon (4 seri), Braveheart, dan The Patriot. Jadi rupanya ada kombinasi antara pasar yang sedang haus film-film sadisme dengan kecenderungan sutradaranya yang sadistik, dan penonton gembira karena banyak orang merasa dipuaskan bila melihat film-film yang sadistik. Hanya menyedihkan dan perlu kita doakan agar umat Kristen bisa lebih berhati kasih dan tidak memanipulir pelecehan tubuh Yesus seperti yang dipertunjukkan film tersebut.

(T-3) MELARANG FILM.
Setelah saya melihat film-film Yesus seperti ‘Jesus Christ Superstar’ yang melecehkan Yesus, ‘The Last Temptation of Christ’ yang menghujat Yesus, dan ‘The Passion of the Christ’ yang sangat sadistik diluar Alkitab, apakah tidak sebaiknya film itu di larang saja?

(J-3) LARANGAN tidak memecahkan masalah dan tidak mungkin. Di Indonesia, film-film itu sudah beredar di kaki lima sehingga setiap orang yang berminat dengan mudah bisa membelinya hanya dengan harga 5 ribu untuk satu DVD, apalagi banyak pendeta belum memiliki kepekaan bahwa film-film demikian dampaknya yang jelek lebih banyak dari yang baik. Setidaknya, umat Kristen tidak perlu melihat film demikian berkali-kali karena pengaruhnya juga akan lebih besar, demikian juga setidaknya gereja perlu menahan diri untuk tidak mendorong jemaat melihatnya, misalnya dengan memutar film demikian di gereja. Yang bisa secara positif dilakukan gereja adalah memberikan ulasan mengenai film tersebut dan bimbingan kepada jemaat agar mengerti apa yang disajikan film-film demikian, industri film yang tujuannya komersial dengan memanipulasikan sentimen agama, pornografi, maupun kekerasan yang tersembunyi dalam hati manusia.

(T-4) KEMBALI KEPADA ALKITAB.
Kalau melihat banyak film tentang Yesus tidak memuliakan Tuhan, apakah tidak sebaiknya kita kembali kepada Alkitab saja dan tidak usah memilih film-film demikian?

(J-4) MENJAUHI film bagi manusia modern rasanya sulit, apalagi kegandrungan akan firman Tuhan belum merata ada dalam diri umat Kristen. Sebagai contoh, yang menarik untuk diamati bahwa justru orang Kristen Amerika yang mengaku ‘born again dan biblical’lah yang paling banyak mempromosikan film ‘The Passion’ sedangkan gereja-gereja ekumenis umumnya tidak mempromosikannya (bukan kebetulan kalau kelompok ini juga yang berada di belakang sikap sadis Bush yang menyerbu Irak). Mungkin cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan cara memutar film-film yang setia kepada Injil Yesus di gereja, terutama film ‘Jesus’ yang dibuat oleh Campus Crusade for Christ. Film ‘The Greatest Story Ever Told’ juga film bagus yang dekat dengan Injil Yesus, demikian juga berikutnya dapat disebut film layar lebar seperti ‘Jesus of Nazareth’ dan ‘King of Kings.’

(T-5) FILM YESUS LAINNYA.
Kalau nggak salah, selain 7 film tentang Yesus yang disebutkan masih ada lagi film ‘The Gospel of John.’

(J-5) FILM lain tentang Yesus memang banyak beredar seperti film: ‘Gospel of John’, ‘Gospel of Matthew’, ‘Jesus, the gratest story of all time’, ‘Jesus, the new way’ (didistribusikan oleh Vision), dan ‘The Story of Mary.’ Film-film terakhir ini cukup setia kepada Injil, namun biasanya film-film yang setia kepada Injil kurang diminati umat sedangkan film yang melecehkan Yesus jauh lebih laku. Dari semua film itu memang hanya 7 yang terkenal sedangkan yang lain kurang dikenal umum. Sebaiknya gereja mempromosikan film-film yang lebih dekat kepada Injil Yesus daripada memutar film-film sensasi semacam ‘The Passion.’

Kiranya diskusi ringkas ini membuat kita lebih berhati-hati dalam menonton film-film yang bertemakan kehidupan Yesus.  

Salam kasih dari Redaksi YABINA ministry


Form untuk mengirim pertanyaan