Ruang Tanya Jawab - Oktober 2005

Form untuk mengirim pertanyaan


BISMILLAH
 

Artikel berjudul ‘A018 - Bismillah’ mendapat beberapa tanggapan, beberapa tanggapan yang penting untuk dijawab diramu dalam bentuk Diskusi di bawah ini:

(Tanggapan–1) 
Bagi  saya mengucapkan kata ‘Bismillah’ adalah haram karena kata/ungkapan Arabic itu mengandung nama ‘Allah,’ sama halnya dengan kata ‘Alhamdulillah’ dan ‘Astagafirullah’ dll. 

(Jawab–1)
Sebenarnya penanggap mencerminkan sikap salah kaprah yang sudah diungkapkan dalam awal artikel ‘Bismillah’ bahwa:

Pertanyaan ini timbul dilatar belakangi kekurang-tahuan yang dicampur-adukkan dengan prasangka dan sikap alergi terhadap semua yang berbau Arab dan Islam, seakan-akan yang Arab itu pasti Islam dan yang Islam itu pasti Arab. Kerancuan berfikir demikian seharusnya hilang dari pemikiran karena Arab tidak identik dengan Islam, dan orang Arab yang beragama Yahudi dan Kristen sudah jauh ada sebelum adanya agama Islam, dan bahasa Arab sudah hadir di Timur Tengah jauh sebelum penulisan Al-Quran.”

Cobalah berjalan-jalan di Palestina dan bergaul dengan orang Yahudi, Kristen, dan Islam yang berbahasa Arab, maka akan terdengar kata-kata itu diucapkan bersama oleh ketiganya, demikian juga dalam Al-Quran sudah disebutkan bahwa Nama ‘Allah’ diucapkan baik di gereja, sinagog, maupun mesjid (QS.22:40). Itu berarti nama itu sudah diucapkan di gereja dan dinagog jauh sebelum ada mesjid dibangun sekalipun dengan pengertian pengajaran yang berbeda.

(T–2)  Bukankah ada tradisi dalam Yudaisme untuk ‘me-reverse’ nama ELOHIM dan menyebutkan dengan kata ganti hormat: “ADONAI” (literal: Tuanku) atau “Hashem” (literal: Sang Nama).

(J–2) Ada baiknya penanggap mempelajari lagi soal ‘Nama-Nama Allah,’ sebab yang di-reverse menjadi ADONAI itu BUKAN nama ELOHIM tetapi YHWH, karena nama ini ada masanya oleh sekelompok orang dalam pembuangan di Babil dianggap sangat suci sehingga haram untuk diucapkan. Demikian juga, ADONAI itu memiliki tiga arti bukan sekedar secara literal dimengerti sebagai ‘Tuanku.’ Adonai umumnya dimaksudkan sebagai: (1) Pengganti nama diri YHWH; (2) ‘Tuhan,’ sebutan untuk ‘YHWH’; dan (3) secara terbatas digunakan sebutan kehormatan ‘Tuan’ (juga ditujukan kepada raja atau pejabat). Dalam kitab Kejadian fasal 18, ada 10 kata YAHWEH dan 5 kata ADONAI, dalam penerjemahan ke bahasa Inggeris/Indonesia, Yahweh diterjemahkan sebagai LORD/TUHAN (ay.1,13,14,17,19,19,20,22,26,33), Adonai, 4 diterjemahkan sebagai sebutan untuk YHWH (Lord/Tuhan, ay.27,30,31,32) dan 1 diterjemahkan oleh LAI sebagai sebutan penghormatan (Tuanku, ay.3, yaitu ketika Abraham baru bertemu dengan ‘Malak Yahweh’ yang menjelma menjadi manusia dan ia belum sadar bahwa Malak Yahweh itu Tuhan sendiri).

(T–3) Apakah saudara berani mengirimkan artikel Bismillah ke milis Islam, coba kalau berani mengatakan didepan orang Islam bahwa kata Allah berasal dari kata Elohim Ibrani yang dalam bahasa Aramnya adalah Alaah, pasti saudara akan dilawan!

(J–3) Faktanya, artikel ‘Bismillah’ juga dikirimkan ke milis Islam namun tidak satupun ada tanggapan dari membernya. Apakah ini berarti bahwa member milis Islam itu lebih dewasa dalam mengerti sejarah bahasa dan bangsa Arab dan dengan rendah hati mengakui bahwa bahasa dan bangsa Arab itu sudah lebih dari satu milenium sudah ada sebelum kelahiran agama Islam, daripada beberapa member milis Kristen yang merasa lebih ‘Arab’ daripada orang Arab dan lebih ‘Yahudi’ daripada orang Yahudi? Sejauh ini penulis belum pernah sekalipun mendapat perlakuan kasar dari pihak Islam, namun sebaliknya dr. Suradi, tokoh gerakan yang anti nama Allah, malah mendapat ‘Fatwa Mati’ sehingga terpaksa hijrah ke mancanegara dan takut dihukum mati kalau pulang ke Indonesia.

(T–4) Bagi saya ‘Allah’ tidak sama dengan ‘Alaah.’ Elohim itu adalah gelar, saya kira belum terbukti bahwa Alaah terjemahan dari kata Elohim yang di’Arami’kan.  Jika benarpun ditulis sebagai ‘Alaah’ bukan ‘Allah.’

(J–4) Bagi orang Arab, Aram, Yahudi yang tinggal di Palestina kedua istilah itu menunjuk hal yang sama. ‘Bashum Alaah (Beshum Elah, Aram) identik dengan ‘Bismi al-Ilah’ (Arab, lihat inskripsi Zabad, 512). Kita jangan terjerat konsep gramatik modern yang mempersempit istilah Allah menjadi ‘al-ilah’ karena bagi orang berbahasa Arab sebelum tatabahasa berkembang bagi mereka keduanya ucapannya sama, orang dulu ada yang menyebut kata dasarnya saja, tetapi ada juga yang menyebut dengan memberi penekanan dengan kata sandang. Ingat bahwa dalam artikel ‘Bismillah’ disebutkan bahwa Ezr.5:1 itu tulisan Ibraninya dan ejaannya (hla), sama dengan arti ‘sumpah’ Ibrani, padahal yang dimaksudkan adalah ‘Alaah Yisraaeel’ (ini bukan bahasa tulis tetapi ejaan dalam PC-Study Bible). Dalam Ezr.6:14 kalimat ‘Alaah Yisraaeel’ juga ada (ditulis dalam aksara Ibrani dimengerti dalam bahasa Aram) tetapi pada fasal yang sama (Ezr.6:21,22) yang ditulis dalam aksara dan dimengerti dalam bahasa Ibrani ada tertulis ‘Elohe Yisraaeel.’ Jadi, Alaah (Aram) sama dengan Elohim (Ibrani). Bagi orang brani kuno, El & Elohim bisa digunakan sebagai nama diri atau sebutan, namun memang El digunakan lebih banyak sebagai nama diri sedangkan Elohim lebih banyak digunakan sebagai sebutan dan bentuk jamak dari Eloah.

(T–5) Dengan kita menyebut ‘Bismillah’ apakah itu bukan berarti kita menganut faham Inklusivisme yang menganggap ‘Allah’ Agama-agama itu sama?

(J–5) Tidak juga, Allah dalam agama Yahudi, Kristen, dan Islam menunjuk pada oknum ‘El/Allah Abraham/Ibrahim’ yang sama namun ketiganya memiliki konsep pengajaran yang berbeda mengenai Allah yang sama itu (Ingat ritual Idul Adha). Kalau kita berbicara mengenai kesamaan oknum dari ketiga agama Samawi atau agama semitik itu, tentu berbeda halnya dengan faham kesatuan agama-agama yang dikenal sebagai ‘Inklusivisme.’ Setidaknya dalam dialog agama ada tiga konsep mengenai Tuhan, yaitu: (1) Tuhan Theisme (Dalam agama semitik dikenal sebagai Yahweh dan Allah), (2) Tuhan Monisme (mistik); dan (3) Tuhan ‘Non-Theisme’ (seperti dipercayai dalam Buddhisme). Jelas ketiganya menunjuk pada oknum-oknum yang berbeda, yang pertama menunjuk Tuhan yang berpribadi, yang kedua menunjuk Tuhan yang sekedar kekuatan semesta, dan yang ketiga menunjuk pada Tuhan yang ‘non-existence.’ Apalagi, kalau diperpanjang dengan konsep Tuhan ke-(4) yaitu ‘Demonisme/Diabolisme’ tentu makin berbeda. Mengakui kesamaan oknum Allah agama-agama Semitik jangan diperpanjang seakan-akan menyamakan dengan oknum Tuhan ‘Yang SATU’ dalam Inklusivisme.  

(T–6) Sebutan istilah Ibrani untuk "demi nama Allah Israel" di Ezra 5:1 bukan "Bashum Alaah Yisraeel" sebagaimana diuraikan, melainkan: "Beshum Ela Yisrael." Sebutan istilah Ibrani untuk "Allah Israel" di Ezra 6:14 bukan "Alaah Yisraeel", melainkan: "Ela Yisrael."

(J–6) Masalah sebutan Alah atau Ela(h) bukan masalah prinsip karena keduanya variasi ejaan dan menunjuk pada istilah yang sama. Yang prinsip seperti dalam konteks artikel itu adalah bahwa kata tiga huruf alef-lamed-he (hla) itu bisa dibaca dengan pengertian ‘sumpah’ (1Raj.8:31;2Taw.6:22) tetapi kata yang sama juga menjadi kata dasar ‘eloah’ dan ‘elohim,’ dan bila dimengerti dengan pengertian bahasa aram bisa berarti elah/alah. Dalam Interlinear Bible - PC Study Bible, secara umum, memang kata itu ditulis ejaannya sebagai ‘elah’ seperti a.l. dalam Ezr.5:12;7:14,19,23;Dan.2:19,23,28,44,47;3:29;6:10,11,16,22, dan ‘elaha’ seperti a.l. dalam Ezr.4:24;5:2,5,8,13,14,15,16,17;6:3,5,7,8,12,16,17,18;7:16,17,18,24,25,26; Dan.3:17,28,29;4:2;5:18,21,26;6:20,23,26; Yer.10:11, namun secara khusus, ditulis dalam ejaan ‘alaah’ dalam Ezr.5:1,11;6:14; Dan.3:15;6:5,7,12. Ezr.5:1;6:14 dikaitkan dengan Israel dan dieja ‘Alaah Yisraa’eel’ sedangkan dalam Ezr.7:15 dieja ‘Elah Yisraa’eel.’ Ezr.5:1 dieja sebagai ‘Bashum Alaah Yisraa’eel.’

Kita perlu sadar bahwa ejaan ‘e’ dan ‘a’ itu dalam bahasa Aram sama karena merupakan variasi ejaan dialek yang berbeda, apalagi dalam naskah aslinya Ibrani belum ada tanda-tanda baca. Dalam seminar Lembaga Alkitab Indonesia yang membahas bahasa-bahasa Alkitab yang sering dihadiri, dalam seminar di Kinasih, Manuel Jinbachian dari United Bible Societies yang menjadi salah satu penerjemah Alkitab ke bahasa Arab mengatakan bahwa dalam Alkitab Peshitta (Aram-Siria), El/Elohim/Eloah biasa dibaca sebagai Elah/Elaha; Alah/Alaha; atau Aloh/Aloho tergantung dialek pembacanya (identik dengan Ilah/Allah Arab). Sebagai member milis ‘Palestinian Christian’ pernah soal ejaan Allah ditanyakan dan mendapat jawaban dari orang Arab Kristen yang mengatakan bahwa di Palestina ada puluhan ejaan untuk menyebut nama yang sama itu, dan baik umat Yahudi, Kristen maupun Islam yang berbahasa Arab mengejanya a.l. sebagai El, Eloah, Elohim, Ela, Elah, Ila, Ilah, Alo, Aloh, Ala, Alah dan berbagai ucapan lain yang mirip, namun dari konteks percakapan itu semua saling mengerti apa yang dimaksud.

Salam kasih dari Redaksi www.yabina.org


Form untuk mengirim pertanyaan