Diskusi Juni 2006

Form untuk mengirim pertanyaan


 

KESEMBUHAN ILAHI
 

Beberapa artikel dan renungan yang membahas topik sekitar ‘Kesembuhan Ilahi’ banyak menarik perhatian pembaca. Berikut diskusi mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

(Tanya-1) Dalam artikel tentang Kesembuhan Ilahi, ada kesan penulis kurang setuju dengan mujizat dan kesembuhan Ilahi pada masa kini, bukankah begitu?

(Jawab-1) Kalau artikel itu dibaca dengan benar, yang disalahkan bukan ‘Kesembuhan Ilahi’nya, tetapi penyalah gunaan kesembuhan ilahi untuk memperkaya diri (para penginjil Penyembuhan Ilahi umumnya hidup mewah dan terjerat godaan duniawi), meletakkan prestasi penyembuhan pada diri penginjil bukan pada Yesus, kesembuhan yang berbau perdukunan (beriman sembuh, kalau berdosa sakit), menganggap bahwa Tuhan bisa memulihkan semua penyakit manusia, dan banyak praktek kesembuhan yang menipu dengan trik-trik buatan manusia dan kesaksian-kesaksian palsu. Artikel ‘Sebuah Kesaksian Kesembuhan’ merupakan jawab atas pertanyan demikian yaitu bahwa penulis juga sering melakukan doa kesembuhan dan bahkan mengalaminya baik mengalami sendiri maupun dalam konteks keluarga yang penuh mujizat. Ayat Matius 7:15-23 menunjukkan bahwa banyak mujizat, pengusiran setan dan penyembuhan tidak berasal dari Tuhan dan sering dilakukan oleh nabi-nabi palsu. Para penyihir Mesir melakukan mujizat dengan kemampuan kekuatan batin mereka dan ini berlawanan dengan kuasa Allah yang diminta Musa dari Tuhan (Keluaran 6:27-12:41), demikian juga kuasa mujizat Simon si Sihir berlawanan dengan kuasa Roh Kudus yang diminta oleh Filipus, Petrus dan Yohanes (Kisah 8:4025).

(T-2) Ada kesan juga seakan-akan penulis tidak setuju dengan KKR Penyembuhan Massal, bukankah Yesus sendiri melakukan penyembuhan massal dimana semua orang disembuhkan?

(J2) Memang benar bahwa beberapa kali Tuhan Yesus disebutkan menyembuhkan banyak orang bahkan Alkitab mencatat beberapa kali kalimat ‘semua orang disembuhkan.’ Ini tidak berarti bahwa Yesus melakukan penyembuhan massal sebagaimana praktek para penginjil ‘Kesembuhan Ilahi’ dimana kesembuhan massal itu menjadi tujuan dan slogan KKR. Tujuan pengurapan Yesus adalah untuk ‘menyampaikan kabar baik bagi orang miskin,’ namun Ia juga diutus untuk memberikan pembebasan bagi orang tawanan, penglihatan bagi orang buta, dan membebaskan orang-orang tertindas, dan untuk memberitakan Tahun Rahmat Tuhan telah datang. Kalau kita melihat pelayanan Yesus dan para Rasul, kabar baik mengenai Yesus sebagai pembebas dosa dan ajakan percaya dan bertobat serta dorongan untuk menjalankan kasih Allah merupakan penggenapan hukum kasih yang mendominir pelayanan-Nya, soal praktek kesembuhan adalah pelayanan yang menyertai. Di banyak bagian Injil disebutkan bahwa sering juga Yesus tidak menyembuhkan semua orang dan hanya orang-orang tertentu saja (misalnya perempuan yang sakit perdarahan dan rasul Paulus), bahkan juga pernah Yesus sama sekali tidak mau menyembuhkan setelah melihat kondisi para pendengar-Nya.

(T-3) Dalam kitab Yakobus 5:14-16, disebutkan mengenai kesembuhan dengan mengolesi dengan minyak, bukankah ini berarti bahwa penyembuhan dengan ‘Minyak Urapan’ sesuai dengan firman Tuhan?

(J-3) Minyak yang disebutkan dalam ayat Yakobus 5:14-16 bukanlah minyak urapan. Dalam konteks ini minyak hanya lambang kehadiran Roh Kudus atau lambang penyembuhan, tetapi kesembuhan terjadi karena Tuhan yang memberi kesembuhan setelah Tuhan melihat kesungguhan iman sipendoa dan mempertimbangkan dukungan doa para penatua. Jadi kesembuhan terjadi karena Tuhan berkenan, Dalam penyembuhan 10 orang berpenyakit kusta, hanya satu orang yang mempunyai hubungan iman selanjutnya dengan Yesus. Minyak urapan adalah minyak yang dibuat dengan mencampur beberapa rempah-rempah khusus dengan minyak zaitun, dan minyak ini tidak digunakan untuk penyembuhan tetapi untuk menyucikan dan mengurapi Raja yang dipilih Allah, Para Imam keturunan Harun, dan Kemah maupun perlatan ibadat dalam Kemah Suci itu (Keluaran 29:1-9;30:22-33; Imamat 8:10-12; 1Samuel 9:16;10:1). Jadi, minyak urapan bukan minyak magis yang digunakan sebagai jimat yang bisa menyembuhkan penyakit karena bukan itu tujuan pembuatan minyak itu. Alkitab dengan keras menyalahkan orang yang membuat dan penggunaan minyak itu untuk orang awam karena mereka akan dilenyapkan (Kel.30:30-33).

(T-4) Dalam artikel Doa, Berkat dan Gempa, ada kesan bahwa penulis telah mengajarkan Injil Sosial. Ketika murid-murid menyuruh wanita dari Betani agar tidak memboroskan uang dengan membeli minyak wangi yang mahal dan agar diserahkan kepada orang miskin, bukankah Yesus menjawab bahwa apa yang diperbuat perempuan itu tidak salah bahkan baik karena ia membuat persiapan untuk penguburan Yesus ? (Matius 26:6-13).

(J-4) Dalam ayat-ayat diatas memang disebutkan bahwa orang miskin tetap ada padamu, dan Tuhan tidak melarang pemberian bantuan uang kepada orang-prang miskin karena itu bisa terus dilakukan oleh para murid. Yang menjadi masalah adalah penuangan minyak mahal oleh perempuan Betani kepada Yesus itu bersifat kasuistik, yaitu bahwa pada momentum itu penuangan minyak itu perlu sebagai lambang pengurapan pelayanan Yesus yang akan disalib sebagai persiapan penguburan-Nya. Namun, kita harus sadar bahwa setelah itu Yesus dikuburkan, mati, bangkit dan telah naik ke surga, maka adalah tugas umat manusia untuk menjalankan kasih kepada Tuhan dan kepada sesama. Pada penghakiman terakhir yang menjadi ukuran adalah seberapa jauh kita telah melakukan kasih kepada mereka yang terlebih hina dari kita (Matius 25:31-46). Ucapan Yesus pada Matius 26:6-13 tentu tidak menghilangkan makna perumpamaan yang disebutkan Yesus pada fasal sebelumnya. Alangkah sedihnya kalau saat ini ayat Matius 26:6-13 digunakan banyak penginjil untuk menghindari tanggung jawab sosial umat Kristen, ajaran yang banyak kita jumpai di dalam Alkitab! (bacalah: 1 Yohanes 3:16-18).

(T-5) Bagaimana dengan gereja-gereja yang tidak menjalankan praktek kesembuhan ilahi? Bukankah mereka salah dihadapan Tuhan?

(J-5) Kesembuhan merupakan tanggung jawab yang mengiringi pemberitaan Injil. Rasanya semua gereja melakukan pelayanan kesembuhan dan mendoakan yang sakit bila mengunjungi jemaatnya atau mendoakan jemaat yang sakit dalam kebatian Minggu. Kita harus menghindari dua sikap ekstrim, yang satu kurang yakin akan kuasa kesembuhan ilahi sehingga menyerahkan kesembuhan penyakit hanya kepada dokter dan rumah sakit, yang kedua terlalu menekankan kesembuhan ilahi sehingga menjurus pada kesembuhan massal perdukunan (New Age) yang menekankan kekuatan iman (batin) pasien yang menyembuhkan.

(T-6) Kalau begitu, bagaimanakah pelayanan Kesembuhan yang sesuai dengan ajaran Yesus dan Alkitab?

(J-6) Pelayanan kesembuhan menurut Alkitab bisa kita simpulkan sebagai berikut:

1. Penyakit sekalipun bisa terjadi karena dosa tidak semua disebabkan dosa;

2.
 Kita tetap dapat meminta kesembuhan dari Tuhan melalui doa-doa kita yang disertai iman yang sungguh, baik secara pribadi maupun dengan dukungan jemaat;

3.
 Doa boleh saja menggunakan alat-alat bantu seperti minyak dalam kasus Yakobus 5:14-16 di atas, namun perlu disadari bahwa bukan minyak itu yang menjadi ‘obat penyembuh’ tetapi kehendak Tuhanlah yang menyembuhkan; jadi

4.
 Apakah sembuh atau tidak sembuh, serahkan kepada Tuhan yang memberikan kesembuhan itu apakah dirasa tepat bagi si pasien atau sebaiknya tidak sembuh karena itulah yang paling tepat untuk pasien; dan

5.
 Kalau sembuh janganlah menganggap kita sembuh karena kekuatan iman kita dan kalau tidak sembuh jangan juga merasa seakan-akan kurang iman atau dit
inggalkan Tuhan. Ingat: Rasul Paulus sendiri minta sampai tiga kali berdoa tetapi tidak dikabulkan Tuhan, karena ketidak sembuhannya justru yang terbaik bagi Paulus agar ia tidak meninggikan dirinya;

6.
 Tidak menjadikan kesembuhan ilahi sebagai komoditi (barang dagangan) untuk mengumpulkan uang.
 

Salam kasih dari Redaksi www.yabina.org


 


Form untuk mengirim pertanyaan