Diskusi Februari 2007

Form untuk mengirim pertanyaan



JESUS DYNASTY
 

Ada beberapa tanggapan yang diajukan sekitar artikel ‘Jesus Dynasty’ yang baru dirilis sehubungan dengan diterbitkannya terjemahan ke dalam bahasa Indonesia oleh Gramedia (Februari 2007), buku James D. Tabor, berjudul ‘Jesus Dynasty.’ Berikut diskusinya:

 

(Tanggapan–1)  Buku yang ditulis Nicolas Notovitch bukan berjudul "The Life of Holy Issa" seperti yang disebutkan dalam artikel ‘Jesus Dynasty’ melainkan "The Unknown Life of Jesus Christ."

(Jawab–1) Sebenarnya kedua judul itu sama saja, yang satu judul pada terbitan aslinya kemudian terjemahan lainnya menggunakan judul kedua. Mengenai Nicolas Notovitch disebutkan bahwa: “In 1894, the Russian war correspondent Nicolas Notovitch published a book entitled “La vie inconnue de Jesus-Christ”, later translated and published as “The Life of the Holy Issa” http://home.swipnet.se/corbie/Fuskwww/notov.html). Buku ini pertama kalinya diterjemahkan di New York dengan judul seperti aslinya dalam bahasa Perancis yaitu “The Unknown Life of Jesus” (1890) kemudian oleh penerbit lain diberi judul “The Life of the Holy Issa.”
 

(T–2) Perlu dikoreksi bahwa "dongeng" Nicholas Notovich mengenai perjalanan Yesus ke India bukanlah yang diimani oleh Jemaat Ahmadiyah.

(J–2) Dalam buku “Nabi Isa, dari Palestina ke Kashmir’ oleh Syafi R. Batuah (Penerbit: Jemaat Ahmadyah Indonesia, 1991) disebutkan panjang lebar mengenai Yesus ke India pada halaman 23 s/d 36 sebagai bagian pendirian Ahmadyah, bahkan dalam buku yang sama disebut bahwa:

“Seorang arkeolog dan sejarahwan India, Prof. Dr. Fida Muhammad Hassnain telah melakukan penyelidikan atas kuburan yang terletak di Mohalla Khanyar, Srinagar itu. Dari penyelidikan itu ia memperoleh kesimpulan, yang untuk kebenarannya ia berani mempertaruhkan reputasinya, bahwa yang terkubur di situ ialah nabi Isa, yang datang ke sana dari Palestina kira-kira 2000 tahun lalu. ... Dalam Konferensi International di London awal Juni 1978 Dr. Hassnain juga diundang untuk bicara. Tetapi ia tidak dapat hadir pada konperensi itu, karena di saat-saat terakhir permintaannya untuk exit permit ditolak atas desakan orang-orang Islam fanatik, yang tidak menginginkan sarjana itu mengemukakan penyelidikan dan kesimpulannya dalam konferensi international itu, karena hal itu hanya akan memperkuat pendirian Ahmadyah.” (hlm. 34,35).
 

(T–3) Sebenarnya Teori Notovich tentang perjalanan Yesus berdasarkan adanya manuskrip di sebuah biara Budha (Biara Hemis) di Ladakh yang ia lihat dan juga beberapa orang lainnya bertahun-tahun kemudian melihat bahwa manusrip tersebut masih ada di sana. Manuskrip yang mengisahkan perjalan Issa dari Yerusalem ke India. Biarawan di sana menghormati Issa sebagai seorang Budha yang pertama setelah adanya 22 orang Budha.

(J–3) Mengenai Nicolas Notovitch dan bukunya, Max Muller, ahli literatur Oxford di Inggeris mengemukakan bahwa buku Notovitch mengandung banyak kesalahan dan ketidak-konsistenan. Segera setelah buku Notovitch terbit, seorang wanita Inggeris mengunjungi biara Himis dan memperoleh data dari para rahib bahwa sudah lama tidak pernah ada orang Rusia mengunjungi biara itu, apalagi yang yang dirawat kakinya karena kecelakaan, lagipula di biara itu tidak ada naskah yang menuliskan tentang Issa. Bukti telak tentang kebohongan Notovitch dikemukakan Profesor Archibald Douglas dari Kolese Pemerintah di kota Agra, India, yang juga mengunjungi biara Himis segera sesudah itu dan membacakan buku Notovitch kepada kepala biara dan mendapat jawaban bahwa kepala biara itu tidak pernah mengucapkan ucapan seperti yang dikatakan Notovitch dalam bukunya tentang Dia. Pengakuan kepala biara itu ditulis dengan tandatangannya bersama Douglas dan penerjemahnya dengan dibubuhi segel kepala biara itu. Dalam wikipedia disebutkan bahwa:

“Nicolas Notovitch was a French Scholar and journalist made famous of his revelation that during the years of Jesus Christ’s life missing from the Bible, he followed travelling merchants abroad into India and Nepal, where he studied Buddhism. The claim that Notovitch found records of this story in the Hemis Monastery in Ladakh is widely believed to be a hoax, as the European scholar Archibald Douglas visited Hemis Monastery shortly after and demonstrated miltiple major errors in Notovitch’s account. However, the modern scholar Fida Hassnain claims the visit to be real.” (http://en.wikipedia.org/wiki/Nicolas_Notovitch).

Setelah diserang dari kanan-kiri dengan telak, Notovitch yang semula berkilah dengan berbagai dalih, akhirnya menyerah dan mengakui karyanya sebagai fiktif di pengadilan. Lama setelah suasana mendingin (1926), buku Notovitch diterbitkan kembali oleh penerbit lain di Amerika Serikat yang menganggap bahwa orang sudah melupakan sanggahan fatal atas buku itu dan menghidupkan kembali dongeng mengenai perjalanan Yesus ke India itu. Kebohongan memang lebih laku dibandingkan kebenaran. Menarik mencermati bahwa Prof. Fida Muhammad Hassnain, MA, LLB, D.Arch, ahli arkeologi dan sejarah, berani mengucapkan atas nama reputasi akademisnya bahwa cerita itu benar, padahal Notovitch sendiri sudah mengaku dipengadilan bahwa tulisannya itu tidak benar.

(T–4) Bagaimana dengan klaim Oded Golan yang menyebutkan bahwa ia telah menemukan peti-mati Yakobus saudara Yesus?

(J–4) Kasus Oded Golan sudah ditangani oleh pengadilan di Israel dan sudah terbukti bahwa Oded Golan telah mengukir nama ‘Yakobus’ tersebut, jadi nama itu tidak ada dalam peti-mati aslinya tetapi ditambahkan kemudian oleh Oded Golan untuk mencari sensasi. Perlu disadari bahwa tidak biasa petimati itu diberi nama, sebab orang-orang mati tidak bersamaan sehingga perlu membedakan satu dengan lainnya sehingga tidak perlu identitas pada setiap petimati. Pada abad pertama tidak umum adanya penggunaan petimati, yang umum adalah penguburan di gua-gua dimana jenazah diletakkan setelah dibungkus kain kafan.
 

(T–5) Tetapi bagaimana dengan penemuan keluarga Yusuf dengan ditemukannya petimati dengan nama-nama seperti Maria. Salome, Yakobus, dan bahkan disebutkan juga petimati Yesus?

(J–5) Dipertanyakan bahwa ada kuburan demikian milik keluarga Yesus, soalnya Yesus berasal dari keluarga tukang kayu yang tidak terlalu kaya, karena itu alangkah anehnya kalau keluarga demikian bisa memiliki kuburan keluarga. Teori-teori seputar kehidupan Yesus banyak dikaitkan dengan Yesus sebagai tokoh revolusi yang mati dihukum salib, bahkan kalangan Jesus Seminar menganggap mayat Yesus dimakan anjing atau binatang pemangsa lainnya karena itulah kebiasaan pada abad pertama lebih-lebih bagi mereka yang mati disalib sebagai pemberontak untuk memberikan kejutan mengerikan bagi para pemberontak (Martin Hengel & John Dominic Crossan). Adalah mustahil seorang pemberontak yang dibenci oleh orang para pemimpin agama Yahudi dan pemerintah penjajah Romawi bisa dikuburkan dengan tenang di kuburan keluarga!
 

 (T–6) Lalu bagaimana dengan klaim bahwa kuburan itu berasal pada abad pertama dan malah mungkin sebagai kuburan Yesus dan keluarganya? 27 tahun silam ketika pekerja konstruksi Israel menggali pondasi untuk membangun di kompleks industri di Talpiyot, kawasan pinggiran Kota Yerusalem, mereka menemukan sebuah gua berumur 2000 tahun dengan 10 peti mati dari batu. Para arkeolog pun dipanggil dan peti-peti mati batu tersebut dipindahkankan untuk dipelajari.  Para ahli membutuhkan 20 tahun untuk menerjemahkan nama-nama di atas kesepuluh kuburan batu tersebut. Dan hasil penelitian itu menyebutkan ada nama Jesua, yang diyakini putra dari Yusuf dan Maria.

(J–6) Arkeolog terkenal Israel, Profesor Amos Kloner tidak menghubungkan ruang bawah tanah tersebut dengan Yesus dari Perjanjian Baru. Perlu disadari bahwa penyelidikan archaelogis hanya bisa meraba-raba kira-kira pada masa mana suatu penemuan itu berasal tetapi tidak bisa menentukan secara spesifik dan akurat itu kuburan siapa dari tahun berapa. Penyimpulan demikian lebih merupakan spekulasi daripada kebenaran nyata, ibarat kita mencari jarum dalam tumpukan jerami. Kita tahu bahwa jarum itu ada dalam jerami karena jatuh disitu, tetapi bahwa jerami itu pasti berada disatu tempat tertentu merupakan spekulasi.
 

(T–7) Bagaimana dengan klaim bahwa ada setumpuk bukti melalui tes DNA, bukti arkeologi dan penelitian Alkitab bahwa kesepuluh peti mati tersebut milik Yesus dan keluarganya.

(J–7) Test DNA adalah untuk menunjukkan apakah ada hubungan antara dua rumus DNA dan kalau ada kesamaan apakah kesamaan itu menunjukkan bahwa DNA itu milik orang yang sama atau milik Ayah dan Anaknya. Dalam hal DNA Yesus, DNA Yesus asli tidak diketahui sehingga bagaimana kita bisa membandingkan DNA dari tulang belulang orang mati yang disimpulkan berasal dari abad pertama dan itu DNA Yesus? Ini hanya ada dalam cerita fiksi yang direkayasa. Archaelogy juga menafsirkan tahun-tahun penemuan didasarkan data-data peninggalan maupun pengukuran radioaktif dan inipun juga tidak akuran benar.

Kiranya diskusi diatas menambah informasi sekitar buku ‘Jesus Dynasty.’

  

Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org


 


Form untuk mengirim pertanyaan | Diskusi Sebelumnya