Diskusi Januari 2007

Form untuk mengirim pertanyaan



JAHWEH ECHAD
 

 

Ada banyak pertanyaan yang diajukan sekitar nama Tuhan dan ajaran Trinitas, termasuk pengertian kalimat ‘Yahweh Echad’ (Ul.6:4) yang artinya ‘Yahweh itu esa.’ Berikut diskusinya.

(Tanggapan–1)  Salah satu argumen yang dipaksakan teolog Trinitarian adalah teologi filsafat Yunani yang menyatakan bahwa Yesus memiliki 2 hakikat: manusia dan ilahi, Yesus adalah Allah-Manusia, Ia adalah Allah yang sejati sekaligus manusia sejati, Ia adalah Allah yang sempurna sekaligus manusia yang sempurna, kalau pikiran ilahi yang timbul, Ia berkata-kata sebagai Allah, kalau pikiran manusianya yang timbul, Ia berkata-kata sebagai manusia. Kalau pikiran ilahinya timbul, Ia menjadi Allah yang Maha Tahu, kalau pikiran manusianya timbul, Ia menjadi tidak maha tahu. Jika Yesus adalah pribadi seperti itu, maka Yesus seperti bermain sandiwara, manusianya tidak maha tahu, tetapi keAllahannya maha tahu, jadi sebenarnya Yesus itu maha tahu apa tidak? Manusianya bisa lapar, tapi keAllahannya tidak, jadi sebenarnya Yesus lapar atau tidak ketika dicobai di padang gurun (Matius 4:2)? Manusia Yesus mengalami rasa ketakutan, tapi keAllahannya tidak bisa takut, jadi sebenarnya Yesus takut atau tidak ketika bergumul di Taman Getsemani (Matius 26:37)?
 

(Jawab–1) Sebenarnya kalimat tanggapan diatas bukan pernyataan penganut Trinitarian tetapi pernyataan yang dikemas penganut ‘Unitarian.’ Bila kita mempelajari penyataan Alkitab, kita mengetahui bahwa Yesus memang adalah ‘Allah yang menjadi manusia’ (Immanuel, Mat.1:23). Ayat-ayat Perjanjian Baru dengan jelas menyatakan hal itu, dimana dikatakan bahwa ‘Pada mulanya adalah firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan firman itu adalah Allah.’ (Yoh.1:1). Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus itu dibedakan dengan Allah (Bapa) sekaligus disebutkan bahwa Ia adalah Allah. Kita tidak mungkin menguraikan kedua hakekat yang menyatu itu, yang jelas, dalam kitab Filipi disebutkan bahwa ‘Kristus Yesus yang setara dengan Allah, mengosongkan diri, mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. ... Yesus Kristus adalah Tuhan.’ (Flp.2:5-10). Dalam kitab Ibrani disebutkan bahwa ‘Yesus untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari malaekat’ (Ibr.2:7-9),  namun sekalipun begitu, ‘malaekat tidak mau disembah tetapi menyuruh murid menyembah Yesus’ (Why.19:10;22:9). Dalam kitab Wahyu berkali-kali Bapa dan Anak disebutkan sebagai ‘Alfa dan Omega’ dan ‘Yang Awal dan yang Akhir.’ (Why.1:8,17;2:8;21:6;22:13). Jadi konsep Trinitarian sesuai penyataan Alkitab adalah bahwa Allah Bapa dan Anak (bersama Roh Kudus) adalah Allah yang sama yang terdiri dari kesatuan tiga yang berbeda (Bapa, Anak dan Roh Kudus).
 

(T–2) Hukum utama yang orang Yahudi pahami dan itu dibenarkan adalah : "Dengarlah hai orang Israel , YHWH itu Allah kita, YHWH itu esa" (Ulangan 6:4; Markus 12:29). Kata esa, echad, tidak dapat diartikan kesatuan kolektif, melainkan satu numerik. Satu tunggal, satu-satunya. "Echad muncul dalam penerjemahan sebagai angka satu, satu-satunya, sendirian, tidak terbagi" (Theological Dictionary of The Old Testament, Grand Rapids : Eerdmands, 1974:194).
 

(J–2) Mengenai ‘echad’ tanggapan di atas timbul karena mengutip sepotong kalimat, padahal buku itu memberi pengertian yang luas bila dibaca selengkapnya secara kontekstual. Kutipan diatas adalah kalimat pertama dari kutipan, dan selengkapnya berbunyi:

“As a numerical adjective and adverb it takes on menanings such as “only,” “unique,” “prominent,” “alone,” “same, uniform,” “entire,” “undivided” (ini yang dikutip diatas). There are other Hebrew words which are closely related to ‘echadh,’ and partially used interchangeably with it: badhadh, “alone,” yachadh, “ union, all together”. ... In the Hebrew OT, ‘echadh had not yet come to be used in a theological program. Therefore, we cannot deal with monotheism in this article.”  (Theological Dictionary of The Old Testament Vol.I, Grand Rapids : Eerdmands, 1974:194).

Dari kutipan lengkapnya, buku itu menceritakan bahwa ‘echad’ memiliki beberapa arti, bisa menyebut tunggal (sendirian) tetapi juga ‘kesatuan, semua bersama.” Selanjutnya artikel juga menyebutkan bahwa dalam Ibrani Perjanjian Lama, Echad belum digunakan sebagai istilah teologis, karena itu tidak bisa digunakan dalam hubungan dengan monotheisme dalam artikel itu. Dalam buku yang sama (hlm.198-199), dalam penggunakan dalam ‘Penciptaan’  untuk menunjukkan keaslian atau kesatuan masa datang yang terpecah. Arti kata ‘echad’ bisa berarti ‘kesatuan daging’ (one flesh, Kej.2:24, dan juga ‘kesatuan umat’ (one people, Kej.11:6;34:16,22). Kedua penggunaan ‘echad’ ini mengandung pengertian kesatuan yang jamak.
 

(T–3) Doktrin 'Yesus itu malaikat' berdasarkan bukti : salah satu nubuat tentang kedatangan Yesus dalam Yesaya 63 : 8b - 9a versi Alkitab KJV tertulis "So He (God) become their Savior in all their afliction he was afflicted. And the Angel of His presence saved them, in His love and His pity He redeemed them" Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia : "maka Ia (Allah) menjadi juruselamat mereka dalam kesesakan mereka. Dan Malaikat yang di hadirat-Nya menyelamatkan mereka, dalam kasih-Nya…". Perhatikan frase ayat "Malaikat di hadirat-Nya" ternyata oleh LAI telah diubah menjadi "bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia (Allah) sendiri", terjemahan ini jelas mengandung makna bahwa yang menjadi manusia adalah Allah sendiri bukan utusan, padahal ayat aslinya tidak seperti itu! Hal ini bisa dibuktikan dengan menyelidik ayat tersebut pada Alkitab LAI terbitan 1958-68 yang tertulis: "…Malakalhadliratnya [malaikat di hadirat Allah] memelihara mereka …" Bunyi ayat itu jelas beda dengan Yesaya 63:8b-9a di Alkitab LAI terbitan baru yang sudah dirubah menjadi " ..Bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia sendiri". Nah, mana yang kita percayai? Mahluk yang turun ke dunia menjadi sosok Yesus apakah Allah sendiri (bukan utusan) ataukah Malaikat (Angel) dari hadirat Allah?
 

(J–3) Tanggapan diatas sebenarnya tidak perlu membuat kita bertanya-tanya, soalnya kalau kita mengerti dengan benar latar belakang penerjemahan itu, kita menyadari bahwa terjemahan LAI tidak bisa disebut sebagai salah. Kita harus menyadari bahwa istilah ‘malaikat’ (malak) dalam PL memiliki dua arti, yaitu menunjuk kepada ‘utusan/malaekat’ secara umum, tetapi juga menunjuk kepada ‘Allah’. Sebagai bukti, yaitu: (1) ‘Malak Yahweh’ (MY) sering diidentikkan sebagai ‘Yahweh’ (Kel.3:15) dan ‘El’ sendiri (Kej.16:13); (2) MY berfirman atas Nama-Nya sendiri (Kej.16:10), dan bukan sebagai utusan Tuhan (Band. Luk.1:19 dan Yud.1:9); dan (3) MY mau disembah (Yos.5; Hak.13), ini berbeda dengan malaekat (utusan) yang tidak mau disembah (Why.19:10;22:9). Sekalipun demikian, ‘Malak Yahweh’ juga dibedakan dengan ‘Yahweh’ sebab Ia dapat diminta oleh Bapa sebagai ‘abdi Allah’ (Hak.13). Ini menunjuk pada ‘Anak Allah’ sebagai Allah yang menyatakan Diri dan Kehendak-Nya dalam rupa Manusia (band.Yoh.1:18), oknum kedua dari Allah tritunggal, yang berbeda pribadi namun sehakekat dengan Bapa. Yahweh adalah El (Kej.33:20, band.Yos.8:30), dan Yesus membedakan dan menyamakan diri-Nya dengan Elohim (Yoh.1:1, band. Kej.1:1) dan Yahweh (‘ego eimi’ dalam Yoh.8:58, band. Kel.3:14 – LXX). Mengenai terjemahan bagian itu oleh LAI, memang LAI disini tidak menerjemahkan kata-demi-kata tetapi lebih bersifat ‘paraphrase,’ yang menjelaskan bahwa malaekat disitu bukan artinya utusan tetapi Tuhan sendiri.  

(T–4) Tidak ada nama lain yang layak disembah kecuali YESUS yang adalah nama Yang Maha Pencipta. Cobalah periksa Kisah Rasul 4:12. Adakah keselamatan di dalam nama lain? YHWH adalah nama malaikat Tuhan, tapi Yahwe adalah penipu! Teman sepelayanan kami di Nias pernah melayani seorang yang kesurupan. Dia memanggil-manggil nama Yahwe. Ditemukan juga tattoo di badannya ada tulisan Yahwe. Yahwe sudah memperhamba dia, sebagaimana Allah sudah memperhamba sebagian besar orang Kristen di Indonesia.

“Tidak ada nama yang setingkat apalagi bertingkat diatas tingkat nama Yesus. Nama-nama YHWH, El, Allah, .... dll., itu semua berada dibawah nama Yesus .... Allah, Yehuvah, El Roi, El Shadday ... dan lain-lain, semuanya hanyalah nama-nama berhala yang menyelusup ke dalam Alkitab.” (Scriptutal Total Ministry: Nama Trinitas, #20, 46).

(J–4) Rupanya tanggapan di atas keluar dari penganut ‘Oneness Pentecostal’ yang menganut ‘simoultaneus modalism’ yang menganggap ketiga sifat Allah sebagai Bapa, Anak, Roh itu hadir pada saat sama dalam nama ‘Yesus.’ Keyakinan ‘Jesus Only’ yang dimotori oleh Wisma Gembala ini berlawanan dengan kelompok ‘Asal bukan Allah’ (Pengagung Nama Yahweh), disatu sisi Jesus Only menganggap El/Yahweh sebagai nama berhala juga, disisi lain kelompok ABA mengagungkan nama ‘Yahweh’ sebagai nama Tuhan satu-satunya. Kisah Rasul 4:12 benar menyebutkan bahwa ‘Tidak ada nama lain selain Yesus yang akan menyelamatkan manusia’ namun ayat ini jangan ditafsirkan secara harfiah dan textual di luar konteksnya tetapi perlu dimengerti secara kontekstual. Benar keselamatan diletakkan di tangan Yesus tetapi Yesus itu penyataan Allah, jadi mewakili ke’Allah’an yang penuh (Yesus menyatakan Allah pada manusia, Yoh.1:18), Yesus mengatakan bahwa orang datang kepada Bapak melalui Yesus (Yoh.14:6). Yesus juga mengatakan bahwa ‘Yang melihat Aku melihat Bapa’ (Yoh.14:9). Nama Yesus sendiri mewakili Yahweh, sebab Yesus dalam bahasa Ibrani berarti Yehusua atau ‘Yahweh penyelamat.’ Maka kalau penganut Yesus Only menghujat nama ‘Yahweh’ dan menyebutnya sebagai ‘berhala,’ mereka sebenarnya menghujat Yesus juga yang adalah Yahweh penyelamat. Kalau ada orang kesurupan dan membawa-bawa nama Yahweh, kita tahu dalam Perjanjian Baru Paulus mengkritik anak-anak Skewa yang menggunakan nama Yesus tetapi mereka juga dikalahkan Iblis (Kis.13:13-16), ini tentu tidak berarti bahwa nama Yesus lebih rendah dari dan dikalahkan oleh setan bukan? Soal YHWH adalah nama malaekat Tuhan bisa dilihat di J–3 di atas.

 

(T–5) Menurut sejarah siapakah yang sebenarnya dikurbankan oleh Abraham untuk memperlihatkan kesetiaan dan ketaatannya kepada YHWH, Ishak atau Ismail? Apa dasar ajaran Islam mengatakan bahwa Ismail yang dikurbankan? Adakah hal tersebut termuat dalam Alquran? Dapatkah dibenarkan seorang Kristen mengatakan bahwa yang hendak dikurbankan oleh Abraham adalah anaknya. Ishak atau Ismail tidak menjadi soal. Yang penting peristiwa itu mau memperlihatkan kesetiaan dan ketaatan Abraham yang perlu diteladani?
 

(J–5) Yang dikorbankan oleh Abraham adalah Ishak. Dalam agama Yahudi yang tercatat dalam Tanakh (PL Kristen), Abraham mempersembahkan Ishak (Kej.22:1-19) dimana hal itu merupakan ujian bagi iman Abraham sehingga ia dijuluki ‘Bapa Orang Beriman’ (Gal.3:6-7). Peristiwa pengorbanan Ishak diakui dan tercatat dalam Perjanjian Baru Kristen (Ibr.11:17-19). Keduanya mengaminkan bahwa peristiwa itu sekaligus menunjuk pada perjanjian Tuhan melalui Ishak (Kej.21:12; Ibr.11:18), dan bagi umat Kristen, pengorbanan Ishak menunjuk kepada Yesus Kristus (Rm.4; Gal.3). Orang Arab juga mewarisi pengetahuan mengenai El/Allah itu sebelum Abraham melalui keturunan Sem (melalui anaknya Aram) dan Eber (melalui anaknya Yoktan). Hanya, berbeda dengan kitab suci agama Yahudi dan Kristen, Al-Quran (QS.37:99-113) tidak menyebutkan siapa yang dikorbankan, namun tradisi Islam menyebut Ismaellah yang dikorbankan. Karena Ismael adalah anak sulung (secara daging) dan orang Arab dimana Islam lahir adalah keturunan Ismael, dapat dimaklumi kalau mereka menolak data Tenakh dan PB dan menjadikan Ismael sebagai anak yang dikorbankan Abraham. Adalah penting mengakui isi Alkitab (PL+PB) bahwa Ishaklah yang dikorbankan, karena melalui Ishaklah perjanjian Allah diturunkan dan dari keturunan Ishaklah (Israel) kemudian Yesus dilahirkan. Bagi Abraham, Ishaklah anak yang dijanjikan Allah ditengah kemandulan isterinya Sara, jadi Ishak adalah anak perjanjian yang sekaligus menunjukkan mujizat Allah dan pilihan Allah.

 

(T–6) Kenapa Tuhan harus Tritunggal, dan kenapa diantara 3 oknum yg lebih dijadikan Tuhan adalah Jesus? bukan Bapa atau Roh kudus? Adakah di Alkitab pertanyaan Jesus yang menyatakan dirinya sebagai Tuhan?
 

(J–6) Soal ke’Tritunggal’an adalah penyataan Alkitab sendiri. Sejak kitab Kejadian s/d Wahyu, ketigaan oknum dalam Allah yang esa itu disebutkan. Kej. 1:1-2 menyebutkan Allah dengan Roh berada dibalik penciptaan, sedangkan Yoh.1:1 menyebutkan Bapa dan Anak bersama dalam penciptaan. Rumus baptisan menunjukkan adanya ketritunggalan itu, dan banyak lagi ayat-ayat yang menyebutkan bahwa Yesus itu Tuhan. Dalam Alkitab PB, Yesus sendiri secara eksplisit menyebut bahwa Yesus adalah Tuhan:

“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu.” (Yoh.13:13-14).

Mengenai Yesus yang lebih di’Tuhan’kan, jawabannya sama dengan J–4 dimana dalam nama             Yesus sudah diwakili Allah yang tritunggal.



(T–7)
Sekiranya Tuhan mau menggunakan bhs arab sbg bhs "penuntun" dan merestui nama ‘Allah,’ mengapa YHWH memberikan Taurat dlm bhs Ibrani, ingat dua loh batu yg dibawa Musa itu ditulis dlm bhs Ibrani bukan Arab! Maka sama seperti Tuhan punya maksud menggunakan bhs Ibrani sbg "pemisah" dgn sebutan tuhan2 lain maka setanpun berusaha menyatut satu bahasa utk memperkuat kedudukannya seblm peperangan terakhir.

(J–7) Harus disadari bahwa para leluhur Yahudi itu tidak berbahasa Ibrani, bahasa yang baru terbentuk kemudian karena terpengaruh abjad Funisia. Para leluhur berasal dari Mesopotamia dan berbahasa Aram Mesopotamia demikian juga Abraham dan Sara (Kej.20:12). Ishak yang berbahasa ibu Aram mencari isteri ke Aram Mesopotamia ke kota Nahor (Kej.24:10). Saudara Ribka isteri Ishak tercatat memiliki saudara bernama Laban yang adalah orang Aram berbahasa Aram (Kej.31:20,47). Yakub anak Ishak+Ribka menikahi Lea dan Rachel yang adalah anak-anak Laban. Karena itu bisa dimaklumi kalau orang Israel mengaku sebagai keturunan Aram (Kej.25:5) yang tentunya berbahasa Aram juga. Ketika Abraham memasuki Kanaan ia menggunakan juga bahasa lokal Kanaan (Funisia) dan keturunan Israel yang tinggal di Mesir disebut berbahasa Kanaan (Yes.19:18). Bahasa Ibrani baru berkembang pada abad-11sM menggunakan abjad Funisia, maka karena Musa hidup pada abad-15sM, kemungkinan Musa hanya berbahasa Mesir karena ia dididik di istana tetapi mungkin juga belajar bahasa Kanaan karena waktu itu orang-orang Israel yang di Mesir berbahasa itu. Tidak jelas bahasa apa yang digunakan menulis 10 Hukum di atas loh batu, karena waktu itu Musa berada di daerah Median dan mempersiteri orang Median dan bahasa Ibrani belum muncul. Bahasa Ibrani yang digunakan menulis Tenakh juga mengalami perkembangan dari yang mirip bentuk abjad Kanaan sampai bentuk huruf Aram. Perlu diketahui pula bahwa dalam Tenakh (PL) sebagian kitab Ezra (4:8 – 6:18;7:12-26), Daniel (2:4b – 7:28), dan Yeremia (10:11) ditulis dalam bahasa Aram bukan Ibrani. Tidak lama setelah Tenakh ditulis lengkap, karena bahasa Ibrani merupakan bahasa mati yang hanya digunakan dalam menulis kitab suci dan bukan digunakan sebagai bahasa percakapan, maka diterjemahkan dengan restu Imam Besar Eliezer ke dalam bahasa Yunani dalam bentuk Septuaginta (LXX, abad-3/2sM)), LXX inilah yang digunakan Yesus dan orang Kristen abad-1, dan dalam kitab Kisah 2, di hari Pentakosta, Roh Kudus mendorong orang-orang mengerti kotbah Petrus dalam bahasa-bahasa mereka masing-masing termasuk bahasa Arab (Kis.2:11). Saat ini ada 29 juta orang Arab beragama Kristen dan 4 versi Alkitab dalam bahasa Aram, semuanya menggunakan nama Allah. Bahasa Arab masuk ke Indonesia pada abad-13 dan kemudian menyebar ke seluruh Nusantara dan sebagian diadopsi menjadi bahasa Indonesia termasuk kata Allah. Karena kata Allah (yang notabena digunakan lebih dahulu oleh orang Kristen Arab jauh sebelum ada agama Islam) dan karena sudah menjadi kosa kata bahasa Indonesia, maka ketika Alkitab diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kata ‘Theos’ diterjemahkan menjadi ‘Allah’ (dialek Arab untuk El).

Kiranya diskusi kali ini menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan peserta.
 

Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org


 


Form untuk mengirim pertanyaan | Diskusi Sebelumnya