Diskusi Mei 2007
Form untuk mengirim pertanyaan
MAKAM YESUS DITEMUKAN?
Ada beberapa bahan diskusi sekitar film The Last Tomb of Jesus yang menyimpulkan bahwa makam Yesus ditemukan di Talpiot dan artikel ‘Kubur Yang Mengecoh Para Ahli’ di milis YABINA, karena itu pembaca perlu mengetahui berita kelanjutannya. Berikut diskusinya: (Tanggapan–1) Bukankah para pakar Maria Magdalena seperti Bovon dan Karen King sepakat bahwa Mariamene atau Mariamne adalah sebutan untuk Maria Magdalena? Tradisi lebih tua menyatakan sehabis Maria Magdalena pergi mengabarkan Injil ke Asia Kecil bersama Filipus, ia kembali ke Yerusalem. (Jawab–1) Francois Bovon, penemu dan penerjemah ‘The Acts of Philip’ memang semula mengira Mariamne yang disebut disitu sebagai Maria Magdalena karena mirip dengan gambaran Maria Magdalena dalam kitab Gnostik Manichean Psalms, The Gospel of Mary, dan Pistis Sophia, yaitu gambaran sebagai seorang pengajar, pembaptis dan beriman kuat, tetapi ia menolak kalau Mariamne diidentikkan dengan Maria Magdalena dalam kitab Injil. Dalam ‘Bovon on the ‘Family Tomb of Jesus’ (March 23nd, 2007) disebutkan bahwa: “I do not believe that Mariamne is the real name of Mary Magdalene. The Mariamne of the Acts of Philip is part of the apostolic team with Philip and Bartholomew; she teaches and baptizes.” Perlu disadari Mariamne dalam The Acts of Philip adalah saudaranya yang menganut ajaran asketik dan selibat. Di kisah itu Philip berbicara kepada Ireus: “Do no wrong, and leave thy wife” (50). Tidak konsisten kalau Pilipus menyuruh orang sudah kawin untuk cerai/selibat tapi adiknya sendiri lalu kawin (dengan Yesus). Karen L. King dalam buku yang ditulisnya ‘The Gospel of Mary of Magdala’ yang berhalaman 260 itu maupun dalam pengantarnya atas Injil Maria dalam ‘The Nag Hammadi Library’ (523-524) tidak menyebut Maria dari Magdala sebagai Mariamne, dan dalam Injil Maria maupun kitab-kitab Gnostik juga tidak disebut Maria Magdalena sebagai Mariamne dan sebagai isteri Yesus. Kalau Karen L. King mendukung Talpiot dapat dimaklumi karena ia fellow dari Jesus Seminar yang punya agenda khusus. (T–2) Mengenai Matius yang ada osuarinya dalam makam Talpiot, James Tabor dalam bukunya, The Jesus Dynasty, menyebut bahwa Matius itu anak Kleopas dan Kleopas itu kemudian mengawini Maria setelah Yusuf meninggal dunia, jadi Matius itu termasuk keluarga/saudara Yesus. (J–2) Dalam buku James Tabor tidak ada bukti jelas, hanya disebut sumber asumsi ‘Klopas saudara Yusuf’ dari tulisan Eusibius abad–4 yang mengutip penulis abad ke–2 Hegesippus. Ini belum membuktikan Klopas benar saudara Yusuf atau Klopas yang mana (ayah Matius?), soalnya James Tabor melontarkan banyak asumsi, Klopas juga dianggap suami kedua dari Maria setelah suami Maria, yaitu Yusuf, meninggal, dan anak-anak Yusuf dijadikan anak-anaknya. Ini malah membuat benang kusut, soalnya kalau Matius anak Klopas (Alfeus) dan dianggap keluarga dekat sehingga dikubur di Talpiot, mengapa dalam catatan Injil ketika Lewi anak Alfeus dipanggil, Yesus terlihat belum mengenalnya, dan orang Farisi mengkritik mengapa ia berhubungan dengan seorang pemungut cukai, padahal kalau saudara atau saudara sepupu kan tidak salah bertemu? Asumsi Klopas saudara Yusuf dan suami isteri Yusuf menambah benang lebih kusut lagi, sebab kalau Klopas begitu dekat mengapa tidak dikubur di Talpiot? Dan kalau Klopas punya kuburan keluarga sendiri mengapa Matius yang dianggap anaknya (karena dianggap identik Lewi anak Alfeus) tidak dikuburkan dikuburan ayahnya tetapi dikuburkan di Talpiot? (T–3) Bagimana dengan dugaan bahwa "Maria Magdalena" dari makam Talpiot adalah isteri "Yesus anak Yusuf" dari makam Talpiot. Ada tradisi-tradisi cukup tua (misalnya Injil Filipus) yang menggambarkan hubungan yang sangat intim antara Yesus dan Maria Magdalena. Kalau sebuah dokumen gnostik seperti Injil Filipus (juga Injil Maria Magdalena dan Pistis Sophia) sampai bisa menggambarkan keintiman Yesus dengan Maria Magdalena, sementara mentalitas gnostik itu anti-perkawinan laki-laki dan perempuan, maka harus disimpulkan bahwa gambaran keintiman Yesus dengan Maria Magdalena adalah fakta sejarah yang tidak bisa disangkal oleh dokumen gnostik mana pun. (J–3) Adalah sebuah spekulasi kalau menyebut “Mariamene e Mara” adalah Maria Magdalena dan juga adalah isteri “Yesus anak Yusuf,” karena itu dua asumsi yang belum terbukti, asumsi-1: Mariamene = Maria Magdalena, asumsi-2: Maria Magdalena = isteri Yesus. Soal Injil Filipus, justru karena mentalitas gnostik yang anti perkawinan, seharusnya istilah-istilah keintiman dalam kitab Gnostik dimengerti dengan latar belakang mentalitas gnostik itu. Sayang kalau ‘ciuman gnostik’ dalam Injil Filipus ditafsirkan seperti yang ditafsirkan buku Dan Brown (The Da Vinci Code). Bandingkan kutipan-kutipan berikut: dalam Injil Thomas Yesus menyebut “He who will drink from my mouth will become like me” (logion 108), dalam Injil Filipus juga disebut “It is from being promised to the heavenly place that man (receives) nourishment (...) from the mouth. ... It would be nourished from the mouth and it would become perfect. For it is by a kiss that the perfect conceive and give birth. For this reason we also kiss one another” (58-59). Dalam ‘Second Apocalypse of James’ ditulis: “And he kissed my mouth. He took hold of me, saying, “My Beloved!”” (56). Dalam Injil Maria Magdalena disebut: “Then Mary stood up and greeted them, she tenderly kissed them all.” (5:4). Maka jelas gambaran keintiman Yesus dan Maria Magdalena dan juga Maria dengan lain-lainnya harus dimengerti dalam mentalitas gnostik dan bukan fakta sejarah. Sebab bila begitu, dengan cara penafsiran harfiah diluar konteks latar belakang gnostik, jangan-jangan Yakobus nanti disebut melakukan hubungan homo karena dicium dan dipeluk Yesus. (T–4) Tetapi bukankah Dr. Matheson dan timnya cukup pakar dan profesional yang telah melakukan test-test DNA terhadap human residue Yesus dan Maria Magdalena? (J–4) Kembali harus disadari bahwa Matheson tidak melakukan penelitian DNA dari Yesus dam Maria Magdalena, karena ini baru hipotesa, yang jelas Matheson meneliti hubungan maternal antara residu di osuari bertuliskan ‘Yesus anak Yusuf’ dan ‘Mariamene e Mara’ dan ia hanya menyebut bahwa: “Tidak ditemukan hubungan maternal antara Yesus anak Yusuf dan Mariamene. Dalam tulisan Ted Koppel: ‘The Lost Tomb of Jesus – A Critical Look’ disebutkan bahwa ia menerima surat tertulis dari Matheson yang diantaranya dinyatakan: “you cannot genetically test for marriage.” Ini dilaporkan beda oleh Cameron seakan-akan ahli DNA itu menyimpulkan keduanya suami isteri! (T–5) Bagaimana dengan komentar Dr. Andrey Feuerverger yang menyebutkan bahwa kemungkinan ditemukan keluarga dengan 4 nama sama dengan keluarga Yesus berbanding 1:600, dan kalau Yakobus dimasukkan, angkanya 1:30.000? (J–5) Kembali hal ini didasarkan asumsi bahwa ‘Mariamene e Mara’ adalah Maria Magdalena, dan Yusuf, Maria, dan Yesus anak Yusuf adalah keluarga Yesus dari Nazareth yang diceritakan dalam Injil. Tidak tanggung-tanggung, untuk mendukung sensasinya, James Tabor dalam bukunya ‘The Jesus Dinasty’ malah menyebutkan perbandingnya 1:250.000! Klaim demikian masih harus dibuktikan lebih dahulu, sebab kalau kita menghilangkan asumsi Mariamene dan Yakobus, angkanya menjadi 1:belasan/puluhan saja. Ini berarti bahwa komposisi adanya keluarga dengan nama-nama mirip keluarga Yesus orang Nazareth itu banyak sekali. Feuerverger menyebut nama-nama itu umum di Israel dan nama ‘Yesus anak Yusuf’ perbandingannya 1:190, tapi kita tidak tahu apakah Yesus anak Yusuf itu Yesus orang Nazareth (dalam Injil nama terakhir ini yang biasa disebut). Dalam situsnya ‘Dear Statistical Colleague’ (4 Maret 2007), Feuerverger menulis: “I now believe that I should not assert any conclusions connecting this tomb with any hypothetical one of the NT family.” Di Israel sudah ditemukan osuari dengan inskripsi ‘Yesus anak Yusuf’ sebelumnya, antara lain bisa dilihat fotonya dalam ‘The Interpreter’s Dictionary of the Bible, vol.3, 1962, hlm.611’, yang ditemukan jauh sebelum dicetaknya buku itu. (T–6) Bagaimana dengan komentar John Dominic Crossan bahwa “Makam Talpiot adalah paku terakhir yang sedang ditancapkan pada peti mati literalisme biblis”? (J–6) Rupa-rupanya John Dominic Crossan, pendiri Jesus Seminar itu, sudah kehabisan paku untuk digunakan sehingga tinggal paku terakhir, soalnya selama lebih dari 20 tahun sejak Jesus Seminar berdiri di tahun 1985, Crossan secara sitematis terus-menerus berusaha memasukkan ‘Yesus’ dan ‘literalisme biblis’ ke dalam petimati dan dipaku dengan banyak paku, namun karena Yesus maupun literalisme biblis itu tetap hidup maka Crossan harus menyediakan banyak paku untuk terus menerus memaku petimati-petimati baru sehingga kehabisan paku. Memang yang metaforis tidak boleh ditafsirkan sebagai literal, tetapi sebaliknya yang literal juga tidak boleh ditafsirkan metaforis! Makam Talpiot justru mencoreng kredibilitas Crossan, sebab dalam bukunya ‘Jesus A Revolutionary Biography’ dan ‘Who Is Jesus’ ia mengemukakan bahwa “Kemungkinan Yesus tidak dikubur, tetapi mayatnya dibiarkan tergantung disalib dengan kemungkinan mayatnya dimakan anjing dan binatang pemangsa lainnya karena Yesus adalah pemberontak Yahudi” maka kalau sekarang Crossan mendukung teori makam keluarga Talpiot dimana Yesus dikubur aman-aman saja di kuburan keluarga, jelas tidak konsisten dan menunjukkan agenda teologinya yang anti ‘Yesus yang bangkit.”
Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org |