Diskusi Maret_ 2009

Form untuk mengirim pertanyaan



BAGAIMANA WAJAH YESUS?
 

 

Dalam bulan ini, ada berbagai pertanyaan maupun tanggapan yang disampaikan kepada Sekertariat, beberapa di antaranya didiskusikan dibawah ini.

(Tanggapan 1)

"Apakah boleh/tidak menggambar wajah Yesus?" Bukankah tidak ada orang yang melihat wajah Yesus di masa sekarang, karena itu kalau kita menggambarkan wajah Yesus itu melanggar perintah ke-dua dari 10 Perintah Allah. Bukankah ada bahaya bahwa kalau kita membuat gambar atau patung Yesus kita akan menyembahnya seperti yang terjadi di gereja RK di masa lalu?

(Diskusi 1)

Sebenarnya menggambar wajah Yesus tidak ada masalah dan tidak ada larangan, jadi boleh, tetapi dengan catatan. Hukum kedua menyebutkan agar jangan membuat patung dan menyembahnya (Kel. 20:3-6), dan perikop ini merupakan kesatuan, karena itu kita harus menyembah Tuhan Yesus yang hidup yang bersemayam di sorga dan bukan gambar atau patung mati mengenai-Nya. Selama gambar dan patung itu sekedar kenangan atau untuk menggambarkan peristiwa dimana Yesus pernah hadir di dunia (seperti lukisan ‘The Last Supper’ karya Leonardo da Vinci) lukisan itu dapat memberi kenangan yang indah. Kembali dengan catatan agar lukisan itu tidak disembah. Namun karena tidak ada yang tahu bagaimana sebenarnya wajah Yesus, apalagi gambaran Yesus yang dipopulerkan biasanya berasal dari seni budaya Barat yang berkulit putih, maka sebaiknya menggunakan gambar Tuhan Yesus yang berbeda-beda (misalnya sebagai ilustrasi kalau mengajar sekolah minggu) agar kita tidak terpukau pada gambar tertentu dan menganggapnya sebagai satu-satunya yang benar.

Pernah penulis diundang berkotbah disebuah gereja dimana didinding dekat mimbar digantungkan sebuah gambar Tuhan Yesus, dari atas mimbar penulis memberikan nasehat agar gambar itu tidak dipasang di situ sebab bisa timbul bahaya distorsi kesan, sebab kalau kita terus menerus memandang gambar Tuhan Yesus yang sama, kita bisa mengganggap itulah wajah sebenarnya. Ini bisa mendatangkan masalah kalau pada kedatangan Tuhan Yesus keduakali kelak kita menjumpai wajah Yesus yang sebenarnya, ada kemungkinan kita mengabaikan Yesus yang benar karena kenangan kita terpukau gambar wajah Yesus yang berbeda. Wajah Tuhan Yesus dalam kemuliaan setelah bangkit juga berbeda dengan wajah Yesus sebelum disalibkan (kasus Emaus, Luk. 24:15-16).

(T-2)

“Jangan menyebut Nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan” (Terjemahan LAI, Kel. 20:7). Karena nama Tuhan adalah YHWH (Yahweh) maka terjemahan LAI diatas keliru karena mengganti nama YHWH dengan TUHAN, apalagi kalau nama Tuhan disebut sebagai ALLAH, nama berhala Arabia.

(D-2)

Nama YHWH bukan satu-satunya nama Tuhan Alkitab, sebab nama itu baru diperkenalkan kepada Musa sebagai Tuhan pegunungan dalam peristiwa Keluaran (6:1-2) dan berasal dari kata ‘hayah’ (Kel. 3:13-14) yang berarti ‘Ia Yang Ada.’ Sebelumnya nama yang digunakan adalah variasi nama ‘El/Il’ Semitik dan sesudah nama YHWH  diperkenalkan, nama ‘El/Elohim/Eloah’ masih tetap digunakan. Adanya nama YHWH sebelum Keluaran disebabkan kitab Keluaran menurut tradisi ditulis oleh Musa yang sudah mengenal Nama Itu sehingga untuk menjadikan Yahweh sebagai ‘Tuhan manusia’ (Kej. 4:26) bahkan ‘Tuhan yang menciptakan langit dan bumi’ (Kej. 2:4) nama yang sudah dikenal itulah yang ditulis. Perjanjian Lama diterjemahkan dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta/LXX) dan nama YHWH diterjemahkan menjadi KURIOS, terjemahan ini dilakukan oleh 70 (LXX) tua-tua Israel yang diutus Eliezer, Imam Besar di Yerusalem. Yesus dan Para Rasul menggunakan LXX dan Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani Koine mengikuti jejak Septuaginta. Roh Kudus sendiri mendatangkan mujizat terjemahan sehingga setiap pendengar kotbah Petrus mendengarnya dalam bahasa mereka masing-masing termasuk Arab (Kis. 2:11). Jadi ayat di atas harus dimengerti dalam konteks, bahwa janganlah kita menyebut Nama Itu dengan sembarangan, dan karena takut menyebutnya dengan sembarangan itulah maka pengikut Yahudi Ortodok memanggil-Nya ‘Adonai’ atau ‘Ha-Syem’ (Nama Itu), apalagi sejak masa Ezra bahasa Ibrani tidak digunakan orang Israel tetapi mereka berbahasa Aram sebagai bahasa percakapan, bahkan selama Israel dijajah kerajaan-kerajaan Islam (Abad VII-XX) orang yahudi berbahasa Arab sebagai bahasa percakapan dan menyebut ‘Nama Allah’ juga untuk menyebut ‘El/Elohim/Eloah’ Ibrani. Bahasa Ibrani sebagai bahasa percakapan umum baru hidup kembali pada awal abad XX.

Sehubungan dengan Tanggapan & Diskusi (1), kembali kita harus sadar bahwa ‘nama’ YHWH sebagaimana dengan ‘patung’ yang menggambarkan pribadi dibaliknya tidak boleh dikultuskan. Nama ALLAH adalah dialek semitik Arab yang sinonim dengan nama ‘El/Elohim/Eloah’ Ibrani dan ‘Elah/Elaha’ Aram, dan sudah ditemukan Inskripsinya dari suku Arab Lihyan pada masa Ezra (abad VI SM), jauh sebelum kehadiran agama Islam (abad VII M). Dalam ayat Kel. 20:7, nama YHWH disusul dengan nama ‘Elohim’ (Allah dalam bahasa Arab). Sejak lama orang Yahudi maupun Arab kalau berhasa Arab menyebut Allah untuk menunjuk ‘El/Elohim/Eloah’ bahkan masa kini ada 29 juta orang Arab beragama Kristen dan ada 4 versi Alkitab dalam bahasa Arab dan semuanya menggunakan kata ‘Allah’ untuk menerjemahkan ‘El/Elohim/Eloah.’ Menyebut nama Allah sebagai berhala merupakan penghujatan kepada YHWH yang salah satu nama-Nya kita sebut berhala.

 (T-3)

“Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan.” (Terjemahan LAI, Yl. 2:32a). Terjemahan LAI ini keliru karena ayat itu dalam bahasa aslinya menyebutkan bahwa hanya yang berseru kepada nama YHWH yang akan diselamatkan, bukan nama TUHAN atau lainnya.

(D-3)

Memang ayat itu aslinya dalam bahasa Ibrani menyebut bahwa ‘Berseru kepada Nama YHWH akan diselamatkan.’ Namun perlu disadari bahwa terjemahan Tanakh ke dalam bahasa Yunani (Septuaginta/LXX) menerjemahkan Nama Itu sebagai ‘Kurios,’ terjemahan ini dilakukan 70 tua-tua Israel utusan Imam Besar Eliezer di Yerusalem. Ayat itu dikutip Paulus dalam Perjanjian Baru Yunani Koine dengan nama ‘Kurios’ juga (Rm. 10:13). Rasul Petrus menyebutkan di hadapan Mahkamah Agama bahwa ‘Dan Keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, yaitu nama ‘Yesus (Iesous) Kristus’ (Kis. 4:5-12). Jadi ayat-ayat tersebut tentu bukan dimaksudkan bahwa keselamatan berada dalam huruf-huruf mati nama Y H W H, K U R I O S, atau I E S O U S, melainkan di dalam iman kepada pribadi dibalik Nama Itu. Nama sebagai produk sejarah bahasa hanya menggambarkan sebagian dari keseluruhan pribadi yang diberi nama.

(T-4)

Tetapi, bukankah Nama Allah adalah sesembahan orang Islam, ini terbukti dari fakta bahwa orang Islam di Amerika menyebut ‘Allahu Akbar’ bukan ‘God Akbar.’ Sahadat Islam yang pertama menyebutkan ‘Tiada Tuhan selain Allah,’ jadi Allah adalah Tuhannya Islam.

(D-4)

Perlu disadari juga bahwa ‘Al Quran dalam bahasa Inggeris umumnya juga digunakan nama ‘God’ untuk menerjemahkan nama ‘Allah’,’ demikian juga orang Kristen berbahasa Arab kalau beribadat dalam bahasa Arab di gereja Arab di Amerika juga menyebut ‘Allah’ untuk menerjemahkan ‘El/Elohim/Eloah’ Ibrani. Mengenai ucapan sahadat yang pertama, bandingkanlah dengan ayat ‘Tidak ada Allah lain daripada Allah yang Esa’ (1Kor. 8:4b). Ini dalam Alkitab dalam bahasa Arab ditulis persis seperti sahadat Islam pertama, dan sudah diucapkan orang Kristen Arab sebelum Al-Quran ditulis. Menarik untuk diketahui bahwa nama Allah Arab dalam Al-Qur’an diterjemahkan oleh orang Yahudi penganut agama Islam menjadi ‘Elohim’ dalam bahasa Ibrani (Al-Qur’an Tirgem Avrit, Tel Aviv, 1945).

Jadi, dari ke-4 diskusi di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sama halnya jangan terpukau gambar, lukisan atau patung wajah Yesus, demikian juga jangan terpukau huruf-huruf Nama Itu, tetapi berimanlah kepada pribadi dibalik gambar dan lukisan itu maupun nama-nama yang ditujukan kepada-Nya.

Kiranya damai sejahtera Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus mencerahkan kita sekalian.  Amin!

 

Salam kasih dari Sekertari www.yabina.org


 


Form untuk mengirim pertanyaan | Diskusi Sebelumnya