Diskusi September 2009
Form untuk mengirim pertanyaan
POSITIVE THINKING
Beberapa tanggapan yang penting untuk didiskusikan masuk ke meja sekertariat, berikut diskusinya:
Saya telah membaca artikel ‘Christian Science’ dan menarik membaca kesimpulan pada alinea terakhir tentang positive thinking. Saya tidak melihat ada salahnya, bukankah Positive Thinking itu baik? (Diskusi-1) “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8) Namun perlu disadari bahwa istilah ‘positive thinking’ berkembang dari ajaran ‘mind/mental cure’ yang kemudian mendapat dukungan dari Para ahli psikologi dalam (depth psychology) dan maksudnya beda dengan yang dimaksudkan rasul Paulus. Positive thinking yang berkembang dalam psikologi dalam dan yang dipopulerkan dalam pelatihan pengembangan diri adalah bahwa ia bertitik tolak dari anggapan yang menolak keberadaan dan peran Allah dan mengandalkan ‘self’nya (self realization / self actualization) untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik sukses materi atau sukses rohani, jadi sama sekali mengabaikan pribadi Allah dalam hidupnya. Bukan ‘God centered’ (positive thinking sebagai buah iman) melainkan ‘Man Centered’ (positive thinking sebagai usaha pribadi menuju keselamatan). Beberapa instruktur positive thinking (beragama kristen) mengajarkan: “bila kita berfikir positive, pikiran-pikiran negative dalam diri kita sedikit-demi-sedikit akan terhapus dan akhirnya hilang!”, “Kalau kita tahu bahwa bodrex itu menyembuhkan sakit flu, buat apa kita berdoa untuk kesembuhan?,” dan ada yang mengemukakan bahwa “Daud menang atas Goliat karena ia menggunakan positive thinking dengan memvisualisasikan mayat Goliat akan dimakan burung-burung diudara dan binatang-binatang liar” (1Sam.17:46). Dalam contoh terakhir ini kita dapat melihat dengan jelas bagaimana Positive Thinking dengan visualisasinya menjadi alat kemenangan, padahal kita tahu bahwa hal yang sama lebih dahulu telah divisualisasikan Goliat (ay. 44), tetapi Daud dengan jelas dalam konteks ini menyebut bahwa “aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu. … Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku … di tangan TUHANlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami.” (ay. 45b, 46a, 47b). (T-2) Saksi-Saksi Yehuwa menceritakan dari pengalaman mereka dalam dinas pekabaran bahwa banyak orang kristen justru setelah belajar membaca Alkitab menjadi percaya dan mengikuti Saksi-Saksi Yehuwa. Bagaimana dengan pernyataan ini? (D-2) Mungkin saja hal itu terjadi kalau seseorang belajar Alkitab dibawah indoktrinasi guru-guru Saksi-Saksi Yehuwa yang sudah terbiasa memutar-balikkan Injil (Gal.1:6-7) dan membelokkan pandangan seorang kristen dari yang ‘berpusatkan Nama Yesus Kristus’ kepada ‘berpusatkan Nama Yehuwa,’ SSY biasa membina calonnya dengan bahan-bahan mereka sendiri sedikitnya (a.l. Menara Pengawal) dalam 5 pertemuan setiap minggu. Namun kalau seorang benar-benar mempelajari Alkitab dan menyerahkan diri kepada Roh Kudus agar mengajarnya, tentulah ia akan menjadi seorang kristen yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus makin teguh. Ribuan orang yang telah terjerat SSY setelah mempelajari Alkitab kristen secara langsung kemudian disadarkan dan meninggalkan keyakinan SSY yang telah diindoktrinasikan kepada mereka. Kevin R Quick aktif menjadi pengabar Saksi-Saksi Yehuwa selama tujuh tahun, kemudian ia mempelajari Alkitab kristen secara langsung, dan sekarang menjadi pengikut ‘Tuhan Yesus Kristus’ yang setia. Ia menulis buku dengan kesaksian a.l.: “Saya bertekad menyelidiki Alkitab secara pribadi, secara cermat, dan secara obyektif tanpa bantuan buku-buku terbitan Watchtower. …Metode Watchtower yang prosesnya dimulai dengan membaca sebuah paragraf, lalu membaca pertanyaan yang tertulis di bagian bawah halaman, kemudian menggarisbawahi jawaban yang tercantum dalam paragraf adalah satu-satunya metode yang saya ketahui! … Ketika saya membanding-bandingkan beberapa versi Alkitab dengan memakai sebuah Alkitab yang disisipi bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani, dan juga dengan menggunakan kamus bahasa Yunani, buyarlah kepercayaan saya terhadap Alkitab versi Saksi Yehuwa, The New World Translation. Dari waktu ke waktu saya menemukan adanya ayat-ayat yang nampaknya dengan sengaja diterjemahkan secara tidak tepat sama sekali, secara salah, khususnya mengenai identitas Yesus. … Injil yang sejati adalah kabar baik tentang penebusan kita oleh darah Kristus. Penebusan itu kita terima dengan iman. … Injil yang diberitakan oleh Saksi Yehuwa ialah berita tentang berdirinya kerajaan surgawi Allah oleh penobatan Anak-Nya, Yesus Kristus, pada akhir zaman bangsa-bangsa kafir pada tahun 1914. … Waktunya sudah tiba bagi saya untuk menjawab panggilan Tuhan. … Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya memanggil nama Yesus. …Setelah beberapa bulan berbakti di Evangelical Free Church, saya dibaptis oleh Pdt. Jon “dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” …Sejak saya datang kepada Kristus, Alkitab merupakan buku yang benar-benar baru bagi saya. Ayat-ayat yang tadinya seakan-akan penuh misteri, sekarang menjadi penuh sinar kehidupan. (Menyibak Tirai Saksi Yehuwa, Pengalaman Penganut Aliran Saksi Yehuwa, LLB, Bandung, 2002, hlm. 72-116) (T-3) Ada aliran yang melayani di Indonesia dan menyebut dirinya ‘The Living Church of God.’ Saya baca doktrin dasar yang dianut gereja ini a.l. tidak mengakui Roh Kudus sebagai Allah, apakah gereja ini termasuk salah satu aliran Saksi Yehuwa? ‘The Living Church of God’ bukanlah aliran Saksi-Saksi Yehuwa, namun memiliki akar yang sama, dan dalam hal ajaran tertentu sama dengan SSY. SSY terpengaruh faham pelopor Adventisme William Miller mengenai ramalan akhir zaman namun kemudian menggunakan perhitungan sendiri dan mengembangkan ajaran Arianisme ‘menolak Tritunggal’ dimana hanya Yehuwa satu-satunya Allah, Yesus itu ciptaan yang lebih rendah dari Allah, dan Roh Kudus itu tenaga aktif Allah. Aliran terbesar Adventisme adalah ‘7thday Adventist’ (1860) yang mempercayai ‘Allah Tritunggal’ namun membuka diri kepada Yudaisme terutama memegang Sabat. Dari gereja ‘7thday Adventist’ keluar sekte ‘Church of God, 7thday’ (1933) yang tidak mengakui kenabian Ellen Gould White dan menolak ajaran Tritunggal tetapi menganut faham binitarian yaitu ‘Bapa dan Anak adalah Allah, roh kudus hanya kekuatan Allah.’ Herbert Armstrong, salah satu pendetanya kemudian mendirikan ‘Worldwide Church of God’ (1946). Ajaran Armstrong diteruskan oleh Roderick C. Meredith yang pada tahun 1952 mendirikan ‘The Living Church of God.’ Sama dengan COG, 7thday, The Living Church of God percaya bahwa ‘Allah adalah kepala Allah sedangkan Anak juga Allah (binitarian) tetapi lebih rendah dari Bapa, dan roh kudus bukan pribadi tetapi pikiran dan kekuatan Allah.’ (T-4) Dalam artikel mengenai bahasa Perjanjian Baru, saya tetap beranggapan bahwa Perjanjian Baru aslinya ditulis dalam bahasa Ibrani karena dalam PB banyak ditulis mengenai ‘bahasa Ibrani’ dan tentunya orang Ibrani berbahasa Ibrani dan baru kemudian diterjemahkan menjadi Yunani, sebab kalau keturunan Aram disebut berbahasa Aram, sejujurnya harus diakui bahwa keturunan Ibrani (Eber) juga pasti berbahasa Ibrani. (D-4) Memang dari Aram kemudian berkembang bahasa Aram tetapi dari Eber tidak langsung berkembang bahasa Ibrani, sebab tidak ada bahasa Abraham, Yakub, Gad, Simeon, Benyamin, atau bahasa Daud sesuai nama mereka. Tidak harus seorang tokoh (Eber) menurunkan bahasa langsung dari namanya, apalagi ‘Ibrani’ lebih berarti ‘Dari Seberang’ (ditujukan kepada Abraham yang ‘datang dari seberang sungai Efrat’). Kalau dalam PB disebut ‘bahasa Ibrani’ maksudnya adalah bahasa Aram yang menjadi lidah atau dialek orang Ibrani, sebab sejak abad VI SM, sejak mayoritas orang Yahudi ditawan ke Babil, mereka berbahasa Aram dan bahasa Ibrani tidak digunakan sebagai bahasa percakapan sehari-hari dan hanya digunakan sebagai bahasa tulisan suci, itulah sebabnya pada abad-abad antara Ezra (abad VI SM) sampai kelahiran Yesus, banyak ditulis Targum (Tafsiran Tanakh dalam bahasa Aram) dan Septuaginta (Terjemahan Tanakh dalam bahasa Yunani). Tidak ditemukan salinan PB dalam bahasa Ibrani tetapi ditemukan ribuan salinan PB dalam bahasa Yunani, sebab pada abad pertama di Israel yang digunakan rakyat umum adalah bahasa Aram sebagai logat lokal dan bahasa Yunani (koine) sebagai logat regional. Ingat bahwa Tanakh diterjemahkan ke bahasa Yunani (Septuaginta) dalam dua abad sejak abad III SM, itu pun bisa terjadi karena perintah raja Ptolomeus Philadelphus dan dukungan Imam Besar Eliezer dan organisasi agama Yahudi yang kuat mengingat mayoritas orang Yahudi sudah tidak mengerti bahasa Ibrani. Pada abad pertama belum ada organisasi kristen demikian dan tidak ada raja yang memihak orang Kristen bahkan Yesus disalib oleh mereka, dan orang kristen dimusuhi otoritas Yahudi, maka siapakah dari jemaat kristen yang muda yang berserakan itu yang mampu menerjemahkan Perjanjian Baru dari bahasa ‘Ibrani’ (kalau ada) menjadi ‘bahasa Yunani’ yang tebalnya sekitar sepertiga Tanakh itu? Terjemahan Tanakh ke dalam Peshita Aram pun baru ada satu abad sesudahnya, dan terjemahan PB diperkirakan baru ada pada abad V. Kalau naskah asli Ibrani PB itu benar-benar ada (?), masakan penterjemahkannya ke bahasa Aram begitu lama padahal bahasa Aram itu dekat sekali dengan bahasa Ibrani?
Salam kasih dari Sekertariat |